01

267 20 1
                                    

Dari sekian banyak siswa di sini ....

Keadaan kelas SMA Pulau Rintis begitu ramai, banyak siswa dan orangtua berdatangan, mengantarkan sekaligus mencari kursi kosong. Begitupun halnya dengan seorang laki-laki berambut ungu, ia tengah mencari kelasnya seorang diri. Alasannya? Kedua orangtua menghilang sejak usia belia dan kakaknya sibuk kuliah, itu sebabnya datang sendiri.

Ditolehkan ke kanan dan kiri, mencari kelas yang akan ditempatinya, X2 IPA. Sekian banyak lorong dan orangtua bersama anaknya dilewati, laki-laki itu menemukan kelasnya. Merangsek masuk kemudian mencari kursi yang masih kosong, sayangnya kursi itu berada di paling belakang serta dekat jendela. Jauh dari meja guru memang, tapi dia sama sekali tidak masalah. Menarik kursi lalu mendudukinya, menopang dagu sembari menatap jendela, mengabaikan hiruk-pikuk kelas barunya.

Teng! Teng!

Berulangkali bel berdenting, menyadarkan seisi manusia di sekolah bahwasannya sudah masuk. Beberapa dari mereka buru-buru masuk ke kelas masing-masing, duduk dengan tenang seraya menunggu guru baru masuk ke kelas.

"Selamat pagi, anak murid kebenaran!"

Suara menggelegar mengagetkan mereka, di ambang pintu kelas berdirilah seorang guru berpakaian unik-nyaris aneh-menyapa mereka. Kumis lebat di wajah, berbadan besar sebagai ciri-cirinya. Guru itu berjalan masuk, membawa sebuah buku di genggaman, senyuman ramah dipersembahkan untuk anak murid barunya.

"Kenalkan, saya Papa Zola! Seorang guru untuk membimbing kalian di jalan yang benar~!" ujarnya, Papa Zola memperkenalkan diri.

Seusainya, beliau mulai menyebutkan satu persatu peraturan di kelas yang diajarkan olehnya, tentu peraturan itu berbeda dengan peraturan sekolah. Sebanyak 50 peraturan telah disebutkan olehnya, dan kini saatnya sesi perkenalan masing-masing murid.

𖠺

Waktu telah berlalu, sekarang waktunya istirahat. Laki-laki berambut ungu seperti landak tengah mendengar sebuah lagu melalui earphone, dia tidak pergi ke kantin seperti siswa kebanyakan. Ia memilih untuk tinggal di kelas, mendengarkan lagu sembari menopang dagu ataupun menidurkan dirinya dengan posisi kepala berada di atas meja.

Tuk! Tuk!

Ketukan kecil di atas meja menganggu ketenangan miliknya, mau tak mau mendongak dan menatap ke arah pelaku.

"Ya?"

Pelakunya seorang laki-laki bertopi dino, kecanggungan dikeluarkan olehnya melalui tatapan biasa. Mereka saling berdiam diri sampai sang pelaku mengucapkan sesuatu.

"Kau tidak ke kantin?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Laki-laki dengan netra terhalang oleh bingkai kacamata menjawab, "Tidak ingin."

"Ah begitu ...." Sang pelaku mengangguk pelan dan kembali berkata, "Kenalkan aku Boboiboy, namamu siapa?"

"Fang."

"Fang? Nama yang lucu." Boboiboy berkomentar, memberikan pujian mini untuk kenalan barunya. Diulurkan tangan bermaksud untuk berjabat tangan, senyuman manis diutarakan dari wajahnya, "Salam kenal, semoga kita berteman baik."

Kenapa harus dia yang menjadi temanku?

Popular  [Fang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang