20220125 - Sinhope - Putus

71 11 0
                                    

Tak butuh waktu lama setelah menerima pesan dari Yoongi, Hoseok mengambil jaketnya dan segera pergi menuju ke rumah SinB. Jujur, ada banyak jenis pikiran yang muncul di kepala lelaki itu saat ini.

SinB, gadis dari masa kecilnya yang sempat terpisah jarak karena Hoseok harus pindah rumah itu katanya sedang menangis. Dia tak tau harus bagaimana, tapi ada amarah yang muncul di hatinya meski sepercik.

SinBnya terluka.

Kenapa? Apa? dan bagaiman ini terjadi, Yoongi bilang Hoseok harus mendengarnya dari sisi sang gadis. Panik, khawatir, resah, dan segala jenis perasaan bercampur jadi satu.

"Eh Hoseok, mau kemana ni?" tanya mama, ibu SinB yang sudah biasa melihat mereka bersama kemana-mana.

"engga ma, ini SinBnya tadi nelfon mau cerita katanya haha."

"oohh, iya udah naik aja. itu anaknya belum keluar dari tadi sih."

"Bi udah makan, ma?"
"sore sih udah, ini jam 8 gatau dia laper lagi atau engga."

"oke deh, Hoseok naik ya, ma?"
"iya nak, naik aja."

Langkah kakinya berjalan menaiki setiap anak tangga dengan terburu namun tetap harus tenang. Begitu matanya menangkap sebuah pintu coklat yang amat ia kenal, langkah Hoseok melambat.

Nafasnya yang agak terburu itu ia tenangkan lebih dulu kemudian memperbaiki sedikit penampilannya yang tidak rapi.

Tok tok tok ..

"Bi?"
"kakak?"

Ya tuhan, suaranya bergetar.

"Iya, ini kakak. boleh masuk?"
"sebentar .."

Terdengar samar suara aktivitas gadis itu disusul dengan pintu yang akhirnya terbuka beberapa saat kemudian. Rambutnya rapi, mungkin habis ia sisir sebelum membuka pintu.

Tapi matanya merah berair meski ia tak dapat melihat bekas air mata di pipinya. Hidunya tak kalah merah seperti matanya. SinB jelas habis menangis, tapi dia menghapus semua jejak yang terlihat.

"mau peluk?" Tanya Hoseok menyunggingkan senyum hangat yang sejenak di balasi senyum pula oleh sang gadis.

"kakak .." SinB menghambur masuk ke pelukan lelaki itu. Rasanya hangat. Membuat benteng yang sempat ingin ia tahan, meleleh lagi. Ini terlalu hangat.

"it's okay yaaa, it's okay .." tangan Hoseok mengelus lembut surai hitam seseorang dalam pelukannya. Bisa dengan jelas terlihat bagaimana pundak SinB naik turun akibat sengguk tangis yang ia pendam sebelumnya.

"kakak .. a-aku .." nafasnya terengah. Wajahnya ia benamkan sempurna pada dada bidang lelaki Jung itu.

"stttt nangis dulu aja, jangan buru-buru."

"kakakkkkk .." tangisnya semakin merauh yang membuat --

"Hoseok adeknya jangan digangguin terusssss!!" teriak mama dari bawah. Sepertinya salah paham ya guys, tapi gapapa.

"iyaaa maaa amannnn hehe, maaf yaaaa." balas Hoseok seadanya.

"masuk dulu yuk. Nanti kalau udah tenang, bisa cerita." ajak lelaki itu dengan lembut.

SinB melepas pelukannya, menggangguk, kemudian menarik tangan 'kakaknya' untuk masuk ke dalam kamar.

Cukup lama keduanya terdiam, saling memeluk untuk melepaskan apa yang belum bisa terungkapkan. 

Rasanya senang ketika SinB kecilnya ini bisa menangis dan melampiaskan semua kepada dirinya, bersandar padanya, mengandalkannya. Tapi juga sakit di waktu yang sama melihat gadis cerewet dan jail ini bersedih seperti sekarang.

My Ttinbi don't deserve this.

Ketika keadaannya membaik dan SinB sudah mulai bisa berbicara dengan lebih tenang, gadis itu mulai bercerita. Menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana semuanya terjadi.

Berkali-kali kalimat, "bukan salah kakak" keluar dari bibirnya.

Hoseok diam termangun. Tangannya kemudian bergerak menggenggam tangan SinB yang sejak tadi bergetar selama menjelaskan.

"Bi, udah .. ga usah nangis lagi yaa."

"aku ga ngerti kak. Rasanya sakit banget, tapi aku juga ngerasa lega. Kayak --" ucapannya tercekat, terputus, terblokir oleh segala memori yang hanya ia sendiri yang mampu melihatnya.

"hm?" Hoseok meminta SinB kembali melanjutkan ucapannya.

"gatau kak, aku ga paham .."

Sudah tak ada air mata lagi, namun menyisakan kebingungan dan luka goresan tipis akibat kepergian sesuatu yang sebelumnya mengganjal hati kecil gadis itu.

Ia hanya terbiasa, namun tak benar-benar mengharapkan dan menginginkan sesuatu itu sendiri. Ketika sesuatu itu pergi, hilang, dan tak lagi di tempatnya, terasa hampa, sepi dan dingin.

"iya udah gapapa yaa, kamu tenang aja dulu, pelan-pelan. Everything will be okay, isn't it? kalau kamu perlu apa-apa, aku di sini. Dari dulu aku selalu di sini buat kamu, jangan sungkan buat telfon aku, paham?"

SinB mengangguk lemah.

"aku udah biasa sama segala kecerobohan kamu, segala kecerewetan kamu, segala keisengan kamu. Aku yang ada pas kamu jatuh dari sepeda, aku yang ada pas kamu digangguin anak-anak perkara rebutan ayunan, aku juga yang ada pas kamu di uks pusing dan minta pulang duluan. Kamu bisa ngandelin aku di saat kapanpun, Bi. Kamu bisa jadiin aku 911 buat semua problem yang kamu hadapi, atau cuma sekedar untuk ngeshare keluh kesah, I'm here."

Hoseok menangkup kedua pipi SinB, membuat gadis itu dan dirinya kini saling menatap dan mengunci pandangan.

"aku yakin kamu paham maksud aku. Tapi, aku ga maksa kamu buat langsung 'iya' sama yang aku maksud. Kesannya jahat banget juga sih aku, masa kamu baru putus udah aku trabas begini HAHAHA."

"iiihh kakak!!" SinB memukul pelan lengan lelaki itu.

"eh! udah bisa mukul nih? sini peluk lagi dulu HAHAAA dah bisa mukul dia." ejek Hoseok sambil menarik gadisnya masuk ke dalam pelukannya lagi.

She'll stay be my 'bocil' anytime.

Me & My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang