Sean and Zen

170 36 0
                                    















Tak!

Tak!

Tak!

SRET!!

" Yak! Jeon Sean!!! "

".......... Hi..?! "

".................."

Zen meremat kedua tangannya ke kain gorden putih berenda miliknya itu, sedangkan matanya terus menatap nyalang ke arah seberang balkon yang memperlihatkan sesosok pria menjengkelkan baginya di pagi hari minggu itu. Siapa lagi kalau bukan Jeon Sean........

" Apa mau mu!? "

" Hm? Aku hanya ingin menyapa tetangga balkon ku saja... Hei, ayolah... Ini masih pagi, kenapa harus marah marah? Nanti cepat tua lho... Haha! "

" Terserah!! Kau yang mulai duluan sialan! Lagipula yang tua aku, kenapa kau yang sewot ha!? "

" Siapa bilang aku sewot? Aku hanya ingin mengingatkan saja~ "

".................."

" Hei Zen, ingat lusa kita tanding, apa kau siap? "

"................."

" Kenapa diam? Kau takut ya? "

BLAM!!!!

Zen tidak menjawab pertanyaan Sean, dia memilih untuk membanting pintu kaca balkon nya lalu kembali masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di atas kasur bermotif awan.

Hampir semua warna serta gaya dekorasi isi kamar Zen di warnai oleh putih bersih, tertata rapi. Langit langit kamar yang sengaja dia gantung manik manik motif salju.....

Berbanding terbalik dengan Sean yang hampir semuanya malah berwarna biru......

Zen pernah sekali masuk ke dalam kamar Sean dulunya, tapi dia tidak mau lagi setelah melihat bagaimana kamar pemuda Jeon itu bagaikan berada di tengah tengah laut tanpa pijakan kaki di bawahnya.

Zen membuka buku Fisika, mencoba mengambil kembali fokusnya untuk belajar tapi sayangnya pintu kamarnya kali ini malah di ketuk, dan itu adalah suara ibunya.

" Zen, keluarlah. Sean datang berkunjung! "

Zen mendengus lalu menarik bantal untuk di peluk.
" Malas! Suruh saja dia pulang! "

Tak ada lagi suara, Zen hampir mengira kalau Ibunya itu sudah pergi untuk mengusir Sean, tapi siapa Sean?

Cklek

" Wow! Aku merasa seperti baru berada di salju! "

" Siapa yang menyuruh mu masuk!? "

" Oh, bukankah kau baru saja menyuruhku untuk pulang? "

".......Pulang ke rumah mu! Bukan ke kamar ku! "

Sean mengangkat bahunya acuh lalu melangkah masuk dan bersandar di kaca balkon. " Kamarku tepat ada di seberang balkon mu, aku bisa pulang lewat sini. "

" Terserah. "

".................."

Melihat Zen yang tampak tak terlalu menghiraukan nya, Sean lantas menggeser pintu balkon dan menatap Zen sekali lagi.

" Lusa kita tanding, jangan sampai sakit, makan dulu gih, Ibu lu bilang, lu belum makan dari tadi. Gue.... Pulang dulu. "

Hanya dengan sekali lompatan, Sean berhasil mendarat di teras balkonnya. Padahal rentang jarak balkon mereka ada lima meter dengan tinggi lebih dari 12m. Anak basket emang beda!

Blue and White Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang