Part 1

7 2 0
                                    


Assalamualaikum

Selamat Membaca:)
.
.
.
.



"Cok." Sang Empu Menengok.

RACOK. Gelar dari kedua temannya, dan. Hampir seluruh siswa/i memanggilnya dengam sebutan Racok. Guru di SMA Satuantara pun sudah terbiasa memanggil Pria bernama Muhammad Qirol Annaki dengam sebutan Racok. Merupakan singkatan dari(Raja Choki-Choki). Tapi gelar itu tak berlaku untuk kedua Orangtuanya.

Qirol mendekati kedua temannya. Ketiga Pria tanpan itu berjalan melewati beberapa siswa/i.

"Hai cantik," Geffi menebar pesonanya yang tak mempesona, pada setiap siswi yang ditangkap oleh dua manik miliknya.

"Hai juga ka Acok."

"Siap yang nyapa siapa yang disapa,"Giffi mendengar jawan tak sesuai ekspetasinya.

"Positif tingking aja Gef. Acok lebih menggoda dari Lo," Ezi Meledek.

Uma menyiapkan segala kebutuhannya di sekolah.

"Dek. Kaka berangkat dulu," Pamitnya seraya menyodorkan tangannya. Emil dangan cepat menyalami tenaga Uma.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalama."

Uma berangkat dengan jalan kaki. Sebuah kesyukuran besar baginya bisa bertetanggaan dengan Sekolahnya. Hanya tiga rumah perantara tumahnya dengan sekolah.

"Uma!" Sang empu menengok, terihat disana Gadis berambut pendek tersenyum padanya.

Ting ting!

Bel masuk berbunyi membuat SMA Satuantara sepi.

"Pagi Anak-anak."

"Pagi Bu!" Seruan anak IPS 4.

"Siapa pemilik tiga kursi kosong di belakang?"

"Acok and the gang Bu!" Aria sang ketua kelas.

"Anak itu lagi. Yasudah, kita lanjut saja belajarnya."

Pelajaran berlangsung.

"Assalamualaikum." Seorang Gadis masuk di ruangan bernuasa putih kecoklatan.

"Ada apa?" Bi Tani.

"Adek nya Uma Bu. Ketabarak," Pernyataan itu menghentikan aktivitas Uma.

"A-apa? Bu Uma permisi." Tanpa menunggu jawaban dari Gurunya. Uma berlari keluar.

"Mau kemana Kamu?"

"Pak Adek Uma katanya ketabra. Uma izin keluar Pak," Mohonnya pada Pak Ojo. Pria berperut bunci penjaga gerbang.

"Alasan. Kamu mau bolos kan!"

Tak lama salah satu warga disana datang.

"Uma Adek Kamu ketabrak!"

"Tukan Pak. Tolong Pak." Pak Ojo membuka gerbang. Dengan cepat Uma berlalri. Benar saja teras rumahnya tengah di krumumi orang.

Uma masuk ketengah krumunan itu. Bukan Emil yang tengah terbaring lemah. Tapi, Qirol. Dengan maju putih yang berlumuran dara.

"Adek!"

"Kaka," Emil menangis memeluk Uma.

Mobil hitam berhenti di pinggir jalan depan rumah Uma. Terlihat Ezi dan Geffi.

"Permisi-permisi." Kedua Pria itu mengangkat Qirol masuk kedalam mobil milik Qirol sendiri.

"Uma ikut."

UMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang