Chapter 3 of 3

14 1 0
                                    


Frans : 'Kak. Aku sudah sampai di rumah'

Frans mengirim pesan kepada Jeremy. Frans melepaskan baju dan sepatu lalu merebahkan diri ke atas tempat tidur. Dia memegang ponsel di atas wajah, menunggu balasan dari Jeremy.

Sepuluh menit Frans menunggu tidak ada balasan. Frans mengirim pesan lagi.

Frans : 'Apa kau sudah tidur?'

Lima belas menit berlalu tetap tidak ada balasan. Frans menebak mungkin Kak Jeremy sudah tidur. Frans meletakkan ponsel di samping tempat tidurnya yang hanya berupa kasur diletakkan di lantai.

Frans tidak miskin. Gajinya cukup berlebih. Dia hanya malas untuk merapikan seprai jika dia memakai ranjang berkaki. Rumah kecil Frans juga tidak diisi banyak barang. Hanya barang-barang seperlunya seperti beberapa meja kecil untuk belajar, untuk makan, untuk televisi 14 inch, serta lemari dan kasur. Para tetangganya suka berpikir Frans hanyalah seorang pegawai miskin di perusahaan kecil.

Alasan Frans tidak punya banyak barang adalah karena dia malas membersihkan rumah. Dia sangat tidak menyukai pekerjaan bersih-bersih. Kamarnya saat ini saja sangat berantakan.

Ibunya yang tinggal di desa sudah ribut menyuruhnya untuk mencari seorang istri. Saat Frans bercanda dia akan mencari seorang suami, Ibu sempat melarang. Ibu takut suaminya memiliki kepribadian yang sama seperti Frans karena mereka sama-sama pria.

Namun setelah berpikir panjang, Ibu setuju. Selama orang tersebut adalah yang terbaik bagi Frans. Lebih baik lagi jika dia juga bisa memasak dan membersihkan rumah.

Kak Jeremy bisa memasak, pikir Frans. Kak Jeremy telah termasuk salah satu ciri pasangan yang diinginkan Ibu untuk Frans. Jeremy juga selalu rapi, mungkin saja dia memiliki kebiasaan untuk bersih-bersih.

Frans membayangkan wajah Jeremy dalam pikirannya. Mengingat saat pertama kali Frans bertemu Jeremy di restoran sushi. Frans baru gajian dan dia ingin memanjakan dirinya.

Frans pergi makan ke restoran sushi setelah pulang kerja jam enam sore. Frans telah selesai makan dan sedang menikmati teh penutup, ketika tiba-tiba Jeremy datang dan duduk begitu saja di kursi depannya.

Frans terdiam karena tidak mengenal Jeremy. Dia tidak mengerti kenapa Jeremy berbicara dengannya seolah-olah mereka diperkenalkan oleh orang lain. Jeremy membicarakan perjodohan yang membuat Frans semakin tidak paham.

Diam Frans adalah dia mencoba memahami kata-kata Jeremy. Jadi mereka dijodohkan dan akan bertemu di restoran sushi? Siapapun orang, yang pasti bukan Frans, yang akan dijodohkan dengan pria di depannya pasti memiliki pekerjaan yang menjanjikan hingga mengadakan pertemuan di tempat yang cukup mewah.

Pria di depannya saat ini tidak berpikir panjang sebelum mengira Frans adalah calonnya. Padahal dari pakaian saja sudah jelas Frans bukan orangnya. Tidak ada orang yang datang ke acara perjodohan memakai kaos.

Frans hendak memberi tahu Jeremy bahwa 'kau salah orang', saat Frans mendengar Jeremy berkata 'Perjodohan ini sia-sia. Pada akhirnya, bertemu dengan orang yang kita sukai lebih baik'.

Frans pikir hati Jeremy sangat murni dan tulus. Dia memperhatikan baik-baik wajah Jeremy lantaran Jeremy menyebut wajahnya tidak seperti yang diharapkan si calon (palsu).

Menurut Frans, Jeremy itu memiliki wajah yang manis. Kulit Jeremy putih. Pipinya cukup berisi. Bibirnya merah. Tubuh kurus padat. Bahu tidak begitu lebar yang akan sangat pas dalam pelukan Frans.

Pelukan.....?

Frans tersadar. Dia segera menahan Jeremy yang hendak pergi. Frans mengeluarkan semua kata-kata yang muncul begitu saja dalam pikirannya untuk menyakinkan Jeremy agar tidak pergi. Frans memilih setiap kata dengan hati-hati, demi mencegah kebohongan yang saat itu sedang dia lakukan tidak terbongkar.

One Day, When We.... [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang