Perjanjian Giyanti

47 7 0
                                    

Setelah terjadi perselisihan antara tiga orang yang terjadi di Kasunanan Kartasura. Akhirnya VOC dapat merayu Pangeran Mangkubumi. VOC mengundang Pangeran Mangkubumi untuk berunding setelah pecah kongsi dengan kubu Pangeran Sambernyawa. VOC menjanjikan, bahwa akan dibagikan sebagian kekuasaan yang dipegang oleh Pangeran Pakubuwana II. Dari pihak VOC didatangkanlah seorang Gubernur VOC bagian Jawa Utara. Dia berangkat menuju Semarang untuk menemui Pangeran Mangkubumi. Ada pula beberapa pihak yang hadir, yaitu Pangeran Notokusumo dan Tumenggung Rangga. Sementara, Hartingh didampingi oleh Breton, Kapten Donkel dan Fockens.

Perundingan pertama digelar oleh VOC dengan mengundang Pakubuwono II dengan Pangeran Mangkubumi dalam satu perundingan. Perundingan itu membahas pembagian wilayah, gelar yang akan digunakan, hingga terkait kerja sama dengan VOC. Perundingan pun mencapai kata sepakat dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti. Perjanjian ini ditandatangani oleh N. Hartingh, W. H. Van Ossenberch, J. J. Steenmulder, C. Donkel, dan W. Fockens.

Akibat dari Perjanjian ini membuat peradaban Kebudayaan Jawa terpecah menjadi dua dengan terpusat di Surakarta dan Yogyakarata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akibat dari Perjanjian ini membuat peradaban Kebudayaan Jawa terpecah menjadi dua dengan terpusat di Surakarta dan Yogyakarata. Perjanjian Giyanti membagi wilayah kedua kerajaan tersebut dengan dibatasi oleh Kali Opak. Sebelah timur Kali Opak menjadi wilayah kekuasaan Surakarta, sementara sebelah barat Kali Opak merupakan wilayah Yogyakarta. Kasunanan Surakarta tetap dipimpin oleh Pakubuwono II, sedangkan Kesultanan Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Dari Giyanti jadi Vredeburg [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang