SATU

600 56 1
                                    


   Kehidupan di ibukota Jakarta tidak selamanya indah.  Astrid melihat jam dinding yang ada diruangan kantornya. Jarum panjang tersebut sudah menunjukan pukul 10 malam. Ia masih saja berkutat dengan pekerjaan-pekerjaan yang ada.

    Ia memutuskan untuk mengirim pesan kepada kakak tertuanya, Joshua. Astrid mengabarkan bahwa ia masih berada dikantor saat ini.

    Joshua melakukan panggilan mengatakan bahwa tunangannya, Annie, meminta agar Astrid pulang ke apartment milik Annie saja dibandingkan harus menyetir ke rumah dimana langit sudah gelap.

    Astrid, putri kecil kesayangan keluarganya. Walaupun umurnya sudah menginjak angka 25 tahun, bagi kakak-kakaknya ia tetaplah seorang anak kecil yang masih perlu diperhatikan.

    Astrid sudah berdiri depan pintu apartment Annie tepat pukul 11 malam. Ia menekan bel dan tak lama Annie membukakan pintunya.

    "Sayang, sini masuk," ucap Annie sambil tersenyum melihat kearah calon adik iparnya tersebut.

    "Kakak, sorry yah aku pulangnya kesini. Ga enak jadi repotin kak Annie," ujar Astrid.

    "Santai saja, Princess. By the way, ini ada Celine. Dia juga nginap disini,"

    "Hey, cantik. Apa kabar? Lapar, gak?" tanya Celine yang melihat Astrid sambil membuka box pizza yang ada di meja makan.

    "Hai, kak. Baik kok. How about you, kak? Aku gak lapar-lapar banget sih kak,"

    "Baik juga kok aku. Sini, tadi aku pesen pizza agak banyak soalnya kata Annie kamu mau nginap,"

    "Aduh, aku jadi ngerepotin kak Annie dan kak Celine," ujar Astrid.

    "Engga, sayang. Sekarang kamu mandi dulu, dih. Bajunya sudah kakak siapkan di kamar kamu, yah," sambar Annie.

    "Thank you, kak Annie. Kak Celine, thank you juga pizza-nya,"

    "Astrid hari ini mau ikut lunch bareng aku sama Celine, gak?" tanya Annie.

    "Boleh. Tapi nanti aku ada meeting sekitar jam 12 baru selesai,"

    "Kalau begitu nanti kamu nyusul saja, yah. Nanti kakak share loc aja, yah. Kira-kira jam 12 juga sih. Astrid bisa kan?"

    "Bisa kok, kak. Nanti aku nyusul, yah."

    "Okay, cantik. Hati-hati yah ke kantornya. Kabarin kakak sama Josh juga yah kalau sudah sampai kantor,"

    "Siap, kak Annie. See you at lunch!"

    Astrid menggulung pasta dihadapannya. Ditengah cuaca kota Jakarta yang tidak jelas ini, ia pergi untuk makan siang bersama dengan Annie dan Celine. Mereka banyak bercerita lagi seperti tidak ada habisnya. Padahal sudah semalaman kemarin mereka berbagi cerita.

    "Hey" panggil Jeffrey dan langsung mencium pucuk kepala Celine yang sedang asyik berbincang dengan Annie dan Astrid.

    "Hey, Jeff!" Celine membalikan badan dan sedikit memeluk Jeffrey.

    Jeffrey menyapa Annie dan juga Astrid yang sedang berada disitu.

    "Sendiri? Katanya sama Nathan?"

    "Lagi makan di atas tadi, nanti juga kesini," ucap Jeffrey sambil mengambil satu tempat disamping Celine.

    "Astrid kok bisa disini?" tanya Jeff.

    "Dia baru selesai meeting deket sini. Jadi gue suruh nyusul," jawab Annie sambil menyuap dessert dihadapannya.

    "Astrid balik ke kantor jam berapa?" tanya Celine.

    "Kayaknya sebentar lagi sih kak, paling 30 menit lagi. Kalo jam segini juga jalanan rame banget, males aku,"

    "Nyetir sendiri? Emang udah boleh sama Josh?" tanya Jeffrey.

    "Udah, lah! Udah lama tau. Tapi ga boleh bawa sampe malem malem banget hehehe," sahut Astrid.

    "Sama aja dong!" balas Jeff.

Semuanya tertawa hingga seseorang datang menginterupsi mereka.

    "Kak,"

    "Sini, Nath!" ujar Jeff.

    "Hi, Nath! Apa kabar? Masih sering ke rumah ga sih?" tanya Annie.

    Nathan tersenyum menunjukan eye-smile miliknya.

    "Hi kak Annie, baik kok. Kadang doang sih kalo Peter minta di jemput ke rumah doang,"

    "Tuh anak masih suka ngerepotin yah,"

    "Gak lah kak. Santai aja," jawab Nathan sambil tertawa.

    "Nath, kayaknya kakak ga jadi bisa anter kamu balik kantor deh. Soalnya udah jam segini takutnya ga keburu," ucap Jeffrey.

    "Emang beneran gabisa ke arah kantor dulu?" tanya Celine.

    "Macet, sayang,"

    "Kasihan Nathan, ih kamu tuh,"

    "Biarin aja dia kan udah dewasa,"

    "Yaudah gampang kak nanti aku bisa pakai taksi aja," ucap Nathan.

    "Eh, Astrid udah kenal kan sama Nathan?" tanya Annie.

    Astrid yang sedang berusaha menghabiskan ube cake dihadapannya pun sedikit terkejut.

    "Eh—? Sekedar tau aja, suka lihat di instagramnya Peter," ujar Astrid sambil tertawa kecil.

Tiba-tiba terdengar suara petir serta hujan turun mengguyur kota itu.

    "Yuk, balik yuk. Lagi hujan, takut lebih macet daripada biasanya," ucap Annie sambil beranjak dari tempat duduknya dan diikuti oleh semuanya untuk keluar dari restaurant tersebut.

    "Astrid kabarin yah kalau sudah sampai kantor. Hati-hati yah bawa mobilnya," ucap Annie.

Astrid mengangguk sambil tersenyum manis.

    "Lo juga kabarin kalau udah nyampe kantor," ucap Jeff ke Nathan.

    Nathan menggangguk.

    Mereka pun dan berpisah karena tempat mereka memarkirkan mobil berbeda-beda semua.

Astrid memutuskan untuk berjalan mencari gerai kopi favoritnya untuk membuat dirinya tetap sadar dan menghangatkan dirinya dari udara sejuk yang diberikan oleh kota Jakarta.

    Saat Astrid hendak menengok ke arah belakang dan ia mendapati Nathan di belakangnya.

    "Eh—, hi?" ucap Astrid sambil tertawa kecil canggung.

    "Beli kopi juga?" ujar Astrid lagi sambil agak tergagap.

    Nathan mengulurkan tangannya ke wanita yang sedari tadi sibuk bersama dengan telepon genggamnya dan ube cake miliknya hingga mungkin tak sadar akan hadirnya. Wanita yang tampak tak asing bagi Nathan ini menarik perhatiannya.

    "Jonathan Juanda. I think we need a proper introduction? Nice to know you, Miss Astrid Suhansa?"

-
Hello everyone! The original story is from @/youandthestar from twitter with the same title! Aku buat versi wattpad juga yah! Buat yang di twitter itu AU nya hehehe. Terima kasih yah yang sudah baca! See you on the next chapter!

Involved in [Jeno x Karina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang