Sentuhanmu

92 2 2
                                    

Kao meletakkan tangannya disisi kanan dan kiri kepalaku, seolah menghalangiku untuk dapat kabur darinya. Aku dapat melihat mata coklat indahnya yang terasa hangat namun bagai jebakan madu.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?", Aku menyeringai. Mencoba untuk tidak menunjukkan betapa gugupnya aku saat ini yang berada dibawah badan Kao. Aku bahkan tidak yakin seberapa merah merona pipiku dimatanya. Tapi pemikiran ini terhenti sesaat mataku terarah ketelinga Kao.

'Pfft, Telinganya sangat merah.' Pikirku. Aku mengalihkan wajahku kesamping menahan tawa.

"NONG Up Poompat, kau masih bisa tertawa?", Tangan Kao mendekap wajahku, mengarahkannya kembali ke jalur tatapan matanya.

"Nong? kau ini ingin membalasku atas kejadian di mobil tadi ya? kekanakan." Aku mengulurkan tangan kananku ke telinga Kao dan mengelusnya perlahan. Kao meraih tanganku yang sedang mengelus telinganya dan berkata, "Kekanakan? mari kita lihat apakah aku masih terlihat seperti anak-anak jika seperti ini".

Kao melepaskan kaos hitamnya, mengekspos tubuh kekarnya diatasku. 'Sial' Tidak bisa seperti ini. Posisi dan pemandangan ini sangat berbahaya. Aku mendorong tubuh Kao yang setengah telanjang itu untuk kabur dari situasi darurat ini. Tapi tepat saat tanganku menyentuh dada Kao untuk mendorongnya, ia meraih tengkuk leherku dan mendekatkan wajahnya ke leherku.

"Bolehkah aku memberimu kecupan disini?", Kao berbisik lirih.

Aku tau aku baru saja ingin mendorongnya untuk kabur. Tetapi genggaman tangan serta nafasnya yang dapat kurasakan didekat kulit leherku membuatku bergidik dan menjawab "Tentu" tanpa pikir panjang. Aku tidak dapat mengelak dari sensasi panas tubuhku yang menginginkan Kao.

Ia mengecup leherku perlahan, satu..., dua. Kecupan itu pelan dan terasa geli. Rasanya aku ingin tertawa lagi. Oh! kecupan ketiga tidak menargetkan area leherku melainkan bibirku. Bibirnya bergerak perlahan mengecup bibir bawahku. Terlepas dari Kao yang sudah setengah telanjang diatasku ini, aku merasa lebih terangsang meskipun ia hanya menciumku dengan lembut. Aku membuka mulutku dan menjulurkan lidahku untuk mengeksplor mulut Kao. Sepertinya ia sedikit terkejut. Kami berciuman lebih panas dari adegan ciuman Nubsib-Gene yang manapun. Jika P'Tee melihat ini, ia mungkin akan pingsan. Tiba-tiba aku tertawa dan memutus alur ciuman kami karena wajah P'Tee yang terbayang olehku.

"Sepertinya kau banyak memikirkan hal lain sejak tadi? melihatmu tertawa lepas ditengah situasi kau berada saat ini", Kao tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepertinya kau banyak memikirkan hal lain sejak tadi? melihatmu tertawa lepas ditengah situasi kau berada saat ini", Kao tersenyum.

Apakah ia cemburu dengan pikiranku saat ini? sangat lucu. Setelah tersenyum ia menurunkan sudut bibirnya dan Kao terlihat seperti kucing yang merajuk.

"Hehe. Iri? ingin aku hanya terfokus padamu detik ini juga?"

Aku mendorong Kao kesamping. Kali ini doronganku berhasil. Kemudian aku berdiri disamping kasur Kao untuk melepas kaos merah mudaku dan celana panjang hitamku. Memang aku seberani ini. Sekarang aku hanya mengenakan boxer abu-abu. Hahahah. Kao seperti terkesima atas aksiku ini. Ia menatapku dengan tatapan nakal dari atas kasurnya.

𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐇𝐚𝐧𝐝 𝐎𝐧 𝐌𝐲 𝐂𝐡𝐞𝐞𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang