'Ah, semuanya nampak gelap.. Sebenarnya aku dimana?' Daril kebingungan kenapa dia tidak bisa melihat apa-apa..
Perlahan semuanya menjadi terang. Daril pun membuka matanya.
'Siapa itu?' pikir Daril saat melihat ke ibunya. Dia sedang di pegang oleh perawat yang membantu ibunya melahirkan.
"Selamat Bu, Anak Ibu laki-laki." Ibu itu terlihat kelelahan dan nafasnya terengah-engah. Lalu tidak lama perawat yang lainnya memanggil suaminya lalu dia menangis bahagia karena melihat anaknya telah lahir dengan sehat dan istrinya juga tidak apa-apa.
'Apa mereka keluargaku?' itulah yang dipikirkan oleh Daril karena ucapan orang samar-samar itu bahwa Daril akan mengulang lagi kehidupannya.
'Tak kusangka bahwa reinkarnasi itu nyata.'
"Anaknya kalem ya pak.. Gak nangis padahal baru lahir. Haha." Ucap Perawat itu tengan tawa kecilnya.
"Ah, iya.. Haha." Ucap Bapak itu sambil mengelus belakang kepalanya.
"Yah, Aku ingin melihat anak kita.." Ucap Ibu yang melahirkan Daril.
"Ini Bu silahkan dilihat dulu anaknya sebelum diinkubasi." Perawat itu menaruh Daril disamping Ibunya.
'Ah.. Malaikat kecilku.' Mata Ibu itu berair dikarenakan Dia bahagia melihat bahwa anak yang dikandungnya dapat lahir dengan sehat.
"Apa Ibu sudah memikirkan namanya?" ucap perawat tersebut dengan senyum.
'Ah, ini dia. Akhirnya aku akan mendapatkan nama baru.. Nama apa yang bakalan kudapatkan di inkarnasiku ya? Robert? Albert? Aku benar2 tidak sabar.' saat memikirkan hal tersebut Daril tidak terasa bahwa dia tersenyum sendiri.
'Ah, senyumnya menandakan bahwa dia seperti senang karena telah dilahirkan.' Ibu Daril tersenyum hangat melihat anak yang sedang digendongnya.
"Daril Fernanda, aku ingin menamainya Daril Fernanda." Ibu Daril melihat kearah suaminya.
"Nama yang bagus." ucap Ayah Daril dengan senyumnya.
'Ah, sama dengan namaku di dunia yang lalu ya.. Tidak apalah, lagian jadi mudah nginget nama sendiri. Enggak ngerasa seperti membuat kepribadian lain pada diri sendiri, haha.' Daril bergumam dalam hatinya.
Setelah beberapa lama di rumah sakit, Daril pun dibawa ke rumahnya orang tuanya. Di sana hanyalah sebuah desa besar. Banyak pepohonan, semak-semak dan hal hijau lainnya. Ayah Daril bekerja di balai desa. Sedangkan Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Namun menjadi ibu rumah tangga itu tidak enak karena harus terus menerus mengerjakan hal yang sama setiap hari sehingga membutuhkan kesabaran dalam melaksanakan semua pekerjaan rumah.
Tak beberapa lama, Daril bersama keluarganya pun sampai di rumah. Di depan rumah Daril terdapat banyak orang. Orang-orang disana sedang menunggu kedatangan Daril beserta keluarganya, karena di desa itu terdapat tradisi untuk menyambut kelahiran anak setiap orang yang tinggal di desa tersebut.
"Bagaimana Pak Ferdy?" salah satu orang di desa itu bertanya kepada Ayah Daril.
"Semuanya berjalan lancar, haha. Aku malah lebih gugup dari pada Gina." Ucap Ayah Daril sambil sedikit tertawa saat menjawab pernyataan orang tersebut.
Lalu ada nenek-nenek mendekat ke arah Ibu Daril lalu melihat ke arah Daril. Daril hanya memandangi nenek tersebut tanpa memikirkan apa-apa.
"Anak yang baik." Ucap Nenek tersebut sambil tersenyum lalu pergi kearah Ferdy.
"Daril, lihatlah. Kita memang tinggal didesa tapi bukankah menyenangkan ketika banyak orang yang menunggu kedatanganmu. Mereka sangat menantikan kedatanganmu. Mereka orang-orang yang baik, kan?" Gina melihat kearah Daril sambil tersenyum.
Daril melihat ke arah Ibunya lalu melihat kearah kerumunan tersebut.
'Apa aku sudah memilih keputusan yang benar? Aku lari dari kehidupan sebelumnya lalu berada di dunia ini. Apakah untuk pertama kalinya dalam hidupku.. Aku sudah memilih pilihan yang bagus?'
Daril kembali melihat ke wajah Ibunya.
'Aku pasti akan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi daripada kehidupanku sebelumnya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai
Teen FictionDaril Fernanda merupakan mahasiswa yang dropout tanpa sepengetahuan orang tuanya. Hari-hari dia habiskan dengan bermain game kosnya. Namun penyesalan dalam memilih jalan hidup seperti itu selalu ada. Hingga suatu malam saat keluar kos dia pun bertem...