bab dua. permohonan maaf

151 19 11
                                    

Tema: Tumbuh Dewasa
Prompt: Buket bunga mawar

♧♧♧♧♧♧

Usai pulang sekolah, Anya tak langsung naik bus untuk pulang ke rumah. Langkahnya kali ini menuntun ke hiruk-pikuk kota. Tak dipungkiri suara kendaraan, tapak kaki orang-orang juga suara mereka menemani. Sebenarnya tidak ada tujuan khusus juga Anya berjalan di trotoar sembari melihat sekeliling, ia hanya ingin merilekskan kepala setelah seharian berkutat pada pelajaran. Meski-

Ia juga merasa kesal pada Damian.
Singkat cerita, mereka sedang belajar bersama di perpustakaan saat jam makan siang. Anya akui dia kurang pintar. Ingat, kurang pintar. Butuh waktu baginya untuk memasukkan semua materi yang dipelajari ke dalam otak dan harusnya Damian, lelaki yang berstatus menjadi pacarnya, paham akan hal tersebut. Mereka ini sudah lama dekat, Anya juga berusaha untuk bersanding agar bisa menyamakan posisi di samping Damian. Namun, kata-kata lelaki itu membuatnya kesal meski Anya tak begitu tersinggung tetapi tetap saja mengesalkan.

"Kalau kau kayak gini terus, gimana bisa dapat Stella?"

"Aku sedang berusaha, Damian," Anya berucap. Hawa di antara mereka mulai tak enak, diiring air muka Anya yang mulai merisau.

Hembusan napas kasar tercipta dari sang lelaki, memijat dahi karena merasa pening. "Aku sudah mengulang ini berkali-kali, kenapa kau tidak paham juga sih?"

Setelah perdebatan itu, Anya langsung berkemas dan meninggalkan Damian di perpustakaan. Persetan ketika sang lelaki terus memanggil dan mengejar, Anya tak peduli. Saat ini ia mengingat-ingat apa yang terjadi di antara mereka, membuatnya mendecih dan menggeleng. Pokoknya dia masih kesal dengan pacarnya dan tidak akan berbicara dengan lelaki itu.

Kakinya mendadak terhenti di toko bunga, melihat hamparan bunga-bunga segar dan harum terpajang rapi di luar etalase. Ia sedikit mendekat pada deretan bunga warna-warni-tak tahu namanya-menggerakkan tangan guna mencium aroma bunga dan ia dapat merasakan wewangian yang menguar. Kepalanya terangkat, melihat lebih banyak bunga-bunga di dalam sana membuatnya masuk ke toko tersebut dan disambut dengan keharuman bunga yang dominan. Satu persatu ia telusuri rak-rak tanpa menyentuh, dilihatnya bunga asli juga palsu alias artificial terpajang di sana. Iris hijaunya pun mengerling, berhenti di rangkaian bunga mawar yang terletak di pojok toko. Matanya berkilau, melihat keindahan bunga merah tersebut dirangkai menjadi buket bunga besar.

"Harusnya papa membeli ini untuk mama," Ia bermonolog sembari terkekeh. Lagipula, siapa juga yang tak suka diberi buket bunga seperti ini? Kalau dilihat-lihat, bunga mawar ini asli dan wangi. Tak tahu apakah aromanya berasal dari bunga itu sendiri atau sudah diberi tambahan wewangian, jelasnya Anya gemas melihat buket bunga mawar tersebut. Ukurannya lumayan besar, ia akan tenggelam jika memegangnya. Buket itu benar-benar penuh dengan mawar merah dilapisi plastik hitam-putih sebagai penyangga, juga tali rami sebagai pengikat dan kartu ucapan diikat di tali tersebut. Anya tak terlalu berminat dengan bunga sih, tapi dia tak menolak kalau ada yang memberikannya.

.
.
.
.
.

Pagi ini, Anya terlambat bangun untuk ke sekolah juga ketinggalan bus. Orangtuanya sedang tugas ke luar kota (tidak ada yang membangunkannya) juga alarm pagi yang tidak berbunyi membuatnya buru-buru berkemas dan siap-siap berangkat. Apalah sarapan pagi, ia langsung menggendong tas dan keluar dari rumah. Buru-buru ia memanggil taksi untuk berhenti, melambaikan tangan berkali-kali di trotoar tepi hingga satu mobil hitam pun menepi. Anya masuk ke kendaraan roda empat tersebut, meminta sang supir untuk segera melesat ke Eden Academy.

l'amour de ma vie || damianya [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang