Ice Ice

471 33 5
                                    


"Hyunsuk itu manis. Pria paling manis yang pernah ku temui. Kulitnya seputih salju. Berlawanan dengan senyumnya yang secerah matahari. Matanya bagai bulan yang akan hilang ketika matahari bersinar. Ummm, Maksudku matanya akan menyipit dan tidak terlihat jika dia tersenyum. Sangat manis bukan?" - Park Jihoon

"Jihoon itu sedingin salju. Aku selalu takut untuk melihat ke matanya yang mempunyai pupil bulat bagai boba. Itu terlihat dalam seperti sebuah sumur yang akan menelanmu bulat-bulat." - Choi Hyunsuk

Jihoon POV

Aku mendekati pria berkulit salju itu. Ah kulitnya tampak lebih cerah karena matahari bersinar begitu terik siang ini. Apa ia akan baik- baik saja dengan matahari seterik ini? Karena yang kutahu salju akan meleleh di bawah terik sinar matahari. Dia juga terlihat lelah. Kulit wajahnya terlihat merah.

Dia satu angkatan denganku. Awalnya kukira kami juga seumuran, ternyata setelah beberapa waktu kutahu kalau dia lebih tua dariku. Namun, dia menolak untuk dipanggil kak. Aneh katanya. Lagipula dia bilang aku terlihat lebih dewasa. Ku anggap itu sebuah pujian.

Dia memandangku dengan aneh dan sedikit kikuk. Dia selalu seperti itu. Padahal aku tidak akan memakannya. Belum, dan tentu tidak di tempat umum seperti ini.

Dia mengangkat tangannya, hendak melambai kepadaku sebelum aku melihat sebuah daun kecil terselip di rambutnya. Ia menunduk kecil ketika aku menggerakan tangan untuk mengambil daun kecil itu. Kenapa dia terlihat takut? Aku dengan segera membuang daun itu ketika berhasil mengambil dari rambut Hyunsuk.

"Apa yang kau lakukan?" omelnya. Sepertinya cuaca panas membuat suasana hati Hyunsuk buruk. Entah hanya perasaanku saja atau memang wajahnya kian memerah. Sepertinya cuaca panas sekali ya?

"Membuang daun di rambutmu," jawabku jujur.

Anak itu mendengus kasar dan hendak pergi melewatiku. Tapi ku tahan tangannya.

"Aku ingin mengajakmu makan bersama." 

Dia menghentikan langkah, dan kembali ke hadapanku.

"Kau yang bayar?" Aku mengangguk. Tak masalah.

"Aku ingin makan tiga es bungkus es krim," katanya sambil menunjukan tiga jari di depan wajahku. Aku kembali mengangguk. Bahkan jika dia minta, aku bisa membelikannya satu pabrik es krim.

Aku tak sekaya itu sih. Hanya perumpamaan saja.

"Ayo kalau gitu. Aku akan memilih tokonya."

Aku dengan senang hati mengikuti langkah riang Hyunsuk. Kenapa hari ini dia mudah sekali kuajak? Biasanya dia akan jual mahal.

Jihoon POV End

Hyunsuk memasuki sebuah kedai es krim dengan riang sedang Jihoon mengekor dari belakang. Hyunsuk langsung menuju lemari es krim dan benar- benar mengambil tiga kotak besar es krim. Jihoon hanya memilih tempat duduk dan menunggu Hyunsuk di sana.

Hyunsuk berjalan dengan riang menuju meja yang ditempati Jihoon dengan tiga kotak es krim di pelukannya. Dia meletakkan ketiganya dan membuka es krim berwarna biru dengan wajah cerah.

"Kau hanya akan makan es krim-es krim itu?" tanya Jihoon. Hyunsuk mengangguk.

"Aku sedang diet."Jihoon tertawa dalam hati. Diet katanya, dengan tiga es krim? Yang benar saja.

"Oke, aku akan ke kasir kau mau pesan sesuatu," tanya Jihoon.

"Bukankah aku sudah bilang, aku hanya akan makan ini. Jangan rusak dietku," marah Hyunsuk dengan muka galak.

HOONSUK SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang