Gelap.
Seberapa terangpun cahaya yang Jisung lihat, semuanya tetap terasa gelap. Berjalan tanpa arah. Sendirian. Lorong gelap ia lewati. Gemuruh aneh sudah lazim di telinganya. Hidup di tengah dunia suram.
Gemercik air, di lorong gelap. Cahaya minim samar, membuat ilusi warna hijau. Lumut lumut menyebar, bau busuk menyeruak ke indra penciuman. Berjalan entah tanpa tujuan. Kaki jenjang berbalut sepatu kulit hitam, berjalan luntang lantung.
Sendirian. Tanpa ada seorangpun teman, keluarga, apalagi seorang sahabat. Bohong. Mereka hanya kebohongan semata. Yang selalu bersamanya adalah dirinya sendiri. Cacian, makian, bentakan semua hal menyakitkan sudah pernah ia alami, termasuk hampir mati sekalipun.
Gidat terluka, tangan penuh perban, kaki jenjang di balik celana jeans hitamnya penuh lebam, tubuh ringkih kurus, wajah manis namun suram itu menatap kosong lorong gelap bak tanpa ujung itu sembari terus melangkah. Entah apa yang ia cari.
Tuk...
Suara sol sepatu kulitnya menandakan ia berhenti. Tepat dibawah titik cahaya yang samar terlihat tadi. Menatap kearah depan, seringai misterius muncul di wajahnya.
Disana, seseorang muncul dengan seringai mematikannya. Muncul dari arah kegelapan. Perlahan, raganya nampak karena terkena cahaya.
Dia, seorang laki laki bertubuh tinggi, berkulit putih khas orang asia, dada tegap berisi dibalut kemeja hitam berantakan, sudah dipastikan didalam sana ada 6 pahatan indah. Kakinya jenjang, paha tebalnya tercetak dari celana kulit ketatnya. Sepatu kulit senada, rambut silfer, mata tajam, alis menukik, bilah tipis dan juga hidung mancungnya. Sungguh, visual yang sempurna.
Ia menatap Jisung. Remaja 18 tahun yang sebatang kara dari awal ia membuka nata. Tubuh kurus ringkih karena kurang gizi. Rambut oranye pudar, mata bulat, bibir tipis, dan pipi bak tupainya sebenarnya mampu membuat Jisung tampak manis, namun sayang kondisi remaja itu tidak bisa mewujudkan pernyataan tadi.
Keduanya perlahan mendekat kearah satu sama lain. Pandangan sulit diartikan keduanya berikan. Berjalan sampai keduanya saling berhadapan.
"Dateng juga lo, Ji..."
"Gw ga takut."
"Oh ya?-"
"ARGHH"
Laki laki itu menggenggam paksa tangan Jisung yang diperban dengan kuat. Tidak peduli fakta jika tangan itu sebenarnya patah. Senyumnya melebar mendengar erangan Jisung tadi.
"Lo milik gw.."
®Lumière
"Hoaaaaaaammm....."
Seorang anak laki laki imut tengah mengulat. Aahh tidurnya pasti nyenyak hihi... Tapi kalau kalian kira anak itu tidur diatas kasur putih empuk di kamar miliknya, kalian salah.
Nyatanya anak itu hanya anak jalanan yang terlantar karena insiden beberapa waktu lalu. Sungguh malang nasib anak itu. Ia dibesarkan di panti asuhan, namun panti itu terbakar karena kelalaian beberapa orang. Jadilah anak anak yang selamat sekarang terlantar, salah satu nya yaitu anak tadi. Jisung namanya.
"Ugh Jisung lapar."
Ujar si anak manis sambil memegang perut buncit kecilnya. Jisung bangkit dari lengsehan lorong tempat ia tidur tadi. Tubuhnya kurus, namun pipinya tembam, sangat menggemaskan!
Ia baru berumur 10 tahun. Tapi untuj anak seusia Jisung, ia adalah anak yang tabah dan berani. Suatu plus yang membantu Jisung bisa hidup sampai saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/321592600-288-k767074.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumière •Minsung
FanfictionDunia. Tempat dimana kegelapan menampakkan diri setelah cahaya. Jisung, si pencari cahaya. BxB!