Bab 03

5 1 0
                                    

"Mas...beli bakso dulu yuk" kata Rana ketika kami sudah mengantar Milla pulang, Agus dan yang lain pun sudah pada cabut. Sebenernya rumah Rana pun sudah dekat, hanya 400an meter dari rumah Milla, tapi ntah kenapa gadis cantik ini masih melipir ngajak nyari bakso juga.

"Mau bakso dimana?" tanya ku

"Hmmm...Arjuna boleh juga Mas" jawabnya

"Oke.." Lalu kami pun meluncur ke arah warung yang di minta Rana, tak terlalu jauh, hanya butuh waktu lima belas menit kami pun sampai. "Kamu mau bakso apa Ran?"

"Rana bakso campur aja Mas, minumnya es jeruk ya" kata Rana lalu masuk mencari tempat duduk di pojok warung yang tak terlalu ramai sore ini.

"Bakso campur dua, es jeruk 2 ya Mbak..." pesen ku sama pelayan di warung ini.

"Tunggu sebentar ya Mas..." kata pelayan itu ramah, aku pun mengangguk lalu menyusul Rana duduk.

"Mas...ada yang mau aku omongin, dari tadi gatel banget pingin ngomong, tapi nggak enak sama temen-temen Mas" kata Rana. Kontan saja hati ku deg-deg an, pasti soal perjodohan itu. Ya Tuhan...aku harus bagaimana?

"Mau bicara apa Ran...kok segitunya sih" jawab ku menenangkan diri, pura-pura tak tau.

"Soal perjodohan ku dengan keluarga Mas Adin..." tuh kan.....

"Emang iya?" aku pura-pura tanya.

"Mas Adin belum tau?" tanya Rana berbarengan pesanan kami yang datang "makasih Mbak..." kata Rana setelah pelayan itu menyajikan bakso kami. Sedang aku hanya tersenyum saja.

"Silahkan..." jawab pelayan itu lalu meninggalkan kami.

"Jangan terlalu banyak sambelnya Rana, ingat kamu lambung mu" kata ku melihat Rana mau menyendok sambel untuk yang ketiga kalinya.

"Tapi Mas..."

"Atau mau tak tinggal disini" ancam ku.

"Iya...iya..." Rana urung mengambil sambel lagi tapi dengan muka manyunnya yang justru membuat ku makin gemas saja. Ya Allah...gimana bisa aku tidak jatuh cinta pada gadis di depan ku ini..???

"Kami sayang sama kamu Rana, kami nggak mau kamu kenapa-kenapa, semua demi kebaikan kamu" kata ku mengelus puncak kepala gadis itu

"Ini soal sambel apa soal perjodohan?" tanya nya.

"Hmmmmm sambel... dan perjodahan juga mungkin" jawab ku asal

"Tapi Mas kan tau aku sudah punya pacar Mas... mana bisa aku terima perjodohan itu dengan begitu mudahnya"

"Rana.... umur kita masih berapa sih?? pacaran itu nggak jadi jaminan bakal ke pelaminan kan?? kamu yakin sama Cahya bisa sampai menikah? yakin nanti nggak bakal ada cinta-cinta yang lain?"

"Ya karna itu Mas... aku nggak mau di jodohin, aku masih pingin bebas...aku masih pingin menikmati masa remaja aku"

"Iya...aku ngerti, tapi kan setahu ku...perjodohan ini kan hanya bertunangan dulu, nggak langsung nikah..."

"Hmmmm...Mas Adin tadi pura-pura nggak tau doang kan...." tebak Rana... Ups!!! aku keceplosan ternyata, gini nih klo nggak pernah belajar bohong, susah....

"Mas cuma denger-denger selentingan pas ayah bunda ngobrol aja, tapi mereka nggak pernah ngomong secara langsung sama kami.., ntah klo bunda sama ayah ngomong secara pribadi sama... Mas Fatih atau Mas Fathan" kata ku membela diri, namun juga ada rasa sakit ketika menyebut nama kedua kakak kandung ku itu.

"Pokok Rana ndak mau Mas...apalagi sama Mas Fatih dan Mas Fathan....umur mereka juga jauh banget sama Rana ini...." rengeknya.

"Jalanin aja dulu...."

Setengah hati, Separuh JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang