6

788 83 1
                                    

Keisuke terperangah. Mendengar keluh kesah yang Chifuyu ceritakan membuatnya ikut sedih.


Bagaimana tidak, bayangkan saja kalau orang yang kalian cintai adalah keluarga kalian sendiri dan kalian tidak bisa berbuat apa - apa tentang itu.



Tapi masih ada harapan, pikirnya.





"Sudah ku bilang, kamu minta lepas hak asuh aja!"



Keisuke berteriak kesal. Tak apa, di kamar lelaki itu kini hanya ada mereka berdua. Bahkan orang tua Keisuke sedang tak ada di rumah.






"Hak asuhnya sudah disetujui. Lagian aku mau tinggal dimana kalau berpisah dengan kakak?"






"Hei, keluarga angkatmu itu orang kaya. Kamu pasti akan dikasih uang jajan sebelum pergi keluar rumah, iyakan?"





Ide yang tak terpikirkan secara menyeluruh ini terdengar sangat menggiurkan untuk Chifuyu.

Sebuah peluang yang mungkin akan menjadi keuntungan atau kerugian di masa mendatang.








"Tapi emangnya beneran ya, kalau [name] dan Takeomi tadi malam tuh..."



Keisuke membuat sebuah lingkaran dengan satu tangannya, dan satu jari telunjuk dari tangan lain memasuki lingkaran yang ia buat.

Menggerakkannya maju dan mundur, sebuah simbol yang keduanya ketahui.








"Kayaknya sih"




Wajah lesu Chifuyu sedikit membuat Keisuke merasa bersalah karena sudah bertanya. Tapi kan ia hanya penasaran saja.








"Hei"


Pundak Chifuyu ditepuk olehnya. Lelaki itu memberikan sebuah senyum yang dapat terlihat manis di mata yang salah.





"Kamu juga bisa. Kamu kan bukan adik kandungnya"


Alisnya naik turun, berusaha meyakinkan lelaki yang pikirannya semakin goyah, mulai mengikuti kata hatinya dan bisikan setan dari temannya ini.





























Chifuyu tengah menunggu kakaknya untuk menjemput dirinya. Saat itu pula seorang perempuan tak sengaja menjatuhkan telepon genggamnya.


Chifuyu yang berhati baik tentu saja menolong orang itu. Perempuan itu dengan lugunya merasa telah jatuh hati pada pandangan pertama.



"Permisi, ini punyamu"


Chifuyu melambaikan tangannya di depan perempuan yang melongok itu.

Untuk seukuran gadis muda yang baru saja menginjak remaja, perempuan itu tentu tak bisa menghentikan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya.




"Eh, iya. Terimakasih"

Chifuyu hanya mengangguk.



Sambil mengambil kembali telepon genggamnya, satu tangan ia gunakan untuk menyelipkan rambutnya ke belakang telinga agar sang pahlawan dapat melihat wajahnya lebih jelas.

Alisnya kemudian naik, menyadari sebuah benda yang menempel pada tas yang Chifuyu pakai.





"Apa kau dari jurusan Desain Interior?" tanya perempuan itu sambil menunjuk sebuah stiker yang menunjukkan logo dari fakultas tersebut.




"Iya. Kau sendiri?"

Sedikit basa - basi sambil menunggu jemputan mungkin bukan masalah, pikir Chifuyu.

Lelaki itu kemudian mengalihkan tubuhnya untuk menghadap perempuan tadi.






"Aku juga. Aku baru semester satu. Salam kenal, eh-..."




"Matsuno Chifuyu" ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.





"Senang berkenalan denganmu Matsuno. Panggil saja aku Mimori" perempuan itu membalas uluran tangan Chifuyu sambil tersenyum.



Decitan ban mobil terdengar dengan jelas oleh sepasang remaja itu.

Keduanya lalu menoleh dan mendapati sebuah mobil putih yang biasa mengantar jemput Chifuyu.




"Yok!"




Ah suara lelaki itu lagi.






"Aku duluan" Chifuyu melangkah pergi menuju mobil kakaknya.

Berjalan dengan cepat meski wajahnya mulai terlihat mual karena lelaki yang terus - terusan mengejeknya secara tidak langsung.






"Ah... dia tampan sekali"


Mimori tersenyum, memperhatikan lelaki itu hingga kendaraan yang membawa Chifuyu hilang di tikungan. 

Only U | Matsuno ChifuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang