16 April 2014

30 0 0
                                    

tragedi 16 April 2014 ini, merupakan peristiwa pahit dalam kenangan masyarakat Korea Selatan, di mana saat itu Kapal Feri Sewol yang akan berlayar dari Incheon menuju Pulau Jeju tiba-tiba tenggelam.

Kapal tersebut tenggelam pada pukul 08.52 waktu setempat. Kapal gagal belok saat melewati alur Maenggol dengan arus bawah laut yang deras. Ditambah lagi kelebihan penumpang membuat kapal limbung dan terbalik ke sisi kiri.

Jumlah korban sebanyak 476 penumpang berada di atas kapal itu. Dari angka tersebut, 325-nya adalah siswa SMA Danwon, yang berencana melakukan perjalanan sekolah yang berakhir di pulau wisata Jeju.

Kepanikan melanda seisi kapal. Disaat ratusan penumpang terjebak di dalam kapal, para ABK dan kapten kapal justru menjadi orang pertama yang menyelamatkan diri. Bahkan ketika kapal mulai oleng dan air laut mulai masuk, kru kapal berteriak meminta penumpang untuk tetap berada di dalam ruangan. Penumpang yang bingung karena kondisi kapal mulai miring, menuruti perintah tersebut diselimuti kepanikan yang luar biasa.

Saat kejadian tersebut, tak ada panggilan darurat yang dilakukan oleh awak kapal. Namun terdapat satu murid yang melakukan panggilan pada stasiun pemadam kebakaran setempat untuk meminta pertolongan. Butuh beberapa saat untuk mengidentifikasi bahwa kapal tersebut adalah Kapal Sewol. Setelah itu, helikopter penyelamat bergegas mendatangi lokasi untuk melakukan penyelamatan.

Bukan hanya itu, puluhan tentara dan ratusan penyelam dikerahkan untuk mencari penumpang dan awak kapal yang menjadi korban. Proses penyelamatan ini juga mendapat bantuan dari kapal perang Amerika Serikat, USS Bonhomme Richard yang sedang berpatroli di kawasan tersebut. Dari hasil penyelamatan, sebanyak 304 penumpang dan awak kapal ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, dan hanya 172 orang yang berhasil selamat.

Salah satu korban yang selamat adalah Kang Seulgi, usianya baru 5 tahun. Keberadaannya pun menyentuh hati banyak orang. Ibu, ayah, dan kakaknya belum ditemukan. Ia sebatang kara dan dirawat di Rumah Sakit Hankuk di Mokpo, Provinsi Jeolla Selatan.

Menurut informasi pihak rumah sakit, saat itu Seulgi sekeluarga hendak pindah ke Jeju. Sang ayah memutuskan untuk menjadi petani jeruk profesional di pulau wisata itu, menghindar dari gaya hidup sibuk dunia urban.

Mereka berada di atas Sewol dengan sebuah truk berisi furnitur. Dengan segenggam harapan bisa sukses menjalani kehidupan di pedesaan baru, di pulau yang pernah ditinggali sang ayah sebelumnya.

Sementara itu, suster yang merawat Seulgi mengungkapkan bahwa kondisi bocah malang itu kini dalam masa sulit. "Dia tidak menderita luka-luka, namun tanda-tanda trauma mental terlihat jelas," kata sang perawat kepada media.

Pahlawan' penyelamat Seulgi ternyata bernama pria bermarga Kim. Pria itu mengaku melihat Kwon sendirian di salah satu kabin feri.

Kim pun langsung mendatangi dan memegang Seulgi erat-erat dalam pelukannya sambil memanjat kapal yang dalam kondisi miring. Ia pun berhasil keluar bersama 4 pria termasuk dirinya.

beberapa saat kemudian, akhirnya saudari perempuan Ayah Seulgi tiba di rumah sakit untuk menjenguk keponakannya.

bibinya mengatakan gadis kecil itu menunjukkan tanda-tanda stres saat menyadari apa yang terjadi pada keluarganya. "Aku memberinya cemilan, tapi ia membuang semuanya," tutur Bibi Seulgi.

karena kejadian tersebut Seulgi mengalami trauma yang sangat dalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kapal SewolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang