CHAPTER 8

782 83 13
                                    

"Tuan tidak boleh menahannya terborgol seperti itu, dia akan memar dan pegal setengah mati nantinya." Wonwoo, tangan kanan Soobin sekaligus pelayannya yang setia mengernyitkan keningnya ketika melihat Soobin keluar dari kamar tempat Yeonjun dikurung dan menguncinya.

Soobin mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau begitu peduli kepadanya, Wonwoo?"

Wonwoo langsung menatap Tuan-nya itu dengan tatapan mata tajam dan penuh makna yang hanya bisa dimengerti oleh Soobin.

"Tuan tahu saya pasti peduli." dia menatap Tuan-nya dengan berani, tahu bahwa Tuan-nya akan setuju dengan tindakannya, "Saya akan mengirimkan pelayan laki-laki dan penjaga untuk membantu Tuan Yeonjun supaya dilepaskan borgolnya."

Soobin terdiam, tahu bahwa biar pun dia tidak mengizinkan, pelayannya yang keras kepala ini pasti akan tetap melaksanakan niatnya. Kadang kala Soobin berpikir bahwa Wonwoo sama sekali tidak takut kepadanya, lelaki itu terlalu lama bersamanya untuk merasa takut.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Tapi pastikan pengawal laki-laki itu tidak melihat apapun, biarkan pelayan laki-laki itu saja yang membantu melepaskan borgolnya." tatapan Soobin menajam, "Yeonjun telanjang bulat di balik selimutnya, dan kalau sampai pengawal itu ataupun banyak mata laki-laki lain yang mencuri pandang, aku akan membunuhnya."

Lalu dengan langkah lebar-lebar, Soobin meninggalkan pintu kamar itu dan melangkah menuju ruang kerjanya, dia mengangkat telepon di atas meja kerjanya yang besar dan menghubungi nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala.

"Halo?" sebuah suara yang tenang menjawab langsung pada deringan pertama. Karena nomornya adalah nomor khusus yang mana hanya orang-orang tertentu yang bisa menghubunginya, jadi siapapun yang meneleponnya pastilah untuk urusan penting.

"Sunghoon." Soobin menyapa dengan tenang, menyebut nama rekan sekaligus sahabatnya ketika mereka pernah bertemu di masa lalu ketika sama-sama berada di Jerman.

Sejenak hening di seberang sana lalu Sunghoon menyapa setengah terkejut. "Choi Soobin?" lalu ada senyum dalam suara Sunghoon, "Kau menghubungiku akhirnya." sudah lima tahun sejak Sunghoon memberikan nomor pribadinya ini kepada Soobin, tetapi kemudian Soobin sepertinya menghilang ditelan bumi, dan berapa lama pun Sunghoon menunggu, lelaki itu tak pernah menghubunginya lagi.

"Ya. Aku membutuhkan bantuanmu, Sunghoon. Aku harap tawaranmu waktu itu masih berlaku."

Sunghoon tercenung di seberang sana, masih merasa terkejut karena tiba-tiba saja, sahabatnya yang menghilang bagai ditelan bumi ini menghubunginya. Seharusnya Sunghoon tidak terkejut, dia tahu Soobin memiliki dua sisi kehidupan, yang satu sebagai seorang pengusaha yang sukses, lelaki kaya pemilik berhektar-hektar area perkebunan yang begitu luas dan subur, dan yang lainnya adalah kehidupan misterius yang penuh bahaya.

"Masih." jawab Sunghoon akhirnya, pada akhirnya dia harus membalas budi kepada Soobin dan Sunghoon tidak keberatan melakukannya, dia berhutang nyawa kepada sahabatnya yang satu itu. "Kapan kau ingin bertemu?"

Soobin tersenyum, "Aku selalu yakin aku bisa mengandalkanmu, aku akan menghubungimu lagi nanti untuk membahas pertemuan kita." gumamnya sebelum mengakhiri percakapan.

~ DATING WITH THE DARK ~

Di seberang sana, dalam ruangan kantor sementaranya ketika berkunjung ke kantor cabang, Sunghoon termenung sambil menatap ponselnya yang dia letakkan di meja kerjanya.

Choi Soobin, laki-laki yang ditemuinya tanpa sengaja ketika dia melanjutkan kuliahnya di Jerman, kota kelahiran ayahnya. Waktu itu Sunghoon masih seorang pemuda yang mencari jati dirinya, menggoda bahaya merasa tidak pernah takut akan apapun. Lalu dia terlibat dengan sekelompok orang berbahaya yang mengancam nyawanya, sekelompok pengedar obat bius yang semula menganggapnya sasaran empuk, tetapi kemudian menyadari bahwa Sunghoon tidak bisa diajak kerjasama dan lebih baik dimusnahkan.

DATING WITH THE DARK (SOOBJUN VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang