..
.
.
Hanya ada suara dentingan alat makan yang memenuhi ruangan. Ucup, Piko dan Sarah enggan mengeluarkan sepatah katapun dari mulut mereka. Mereka sibuk dengan pikirannya masing masing sampai suara decitan kursi terdengar
"Gua kasih waktu buat kalian pamitan habis itu, Piko pulang"
Sarah memandang Ucup dengan tatapan penuh arti. Yang ditatap hanya bisa menaikan alis dan lanjut makan. Sarah sengaja meninggalkan Ucup dan Piko di ruang makan karena sahabis ia selesai mencuci piring ia akan menyeret pacarnya itu keluar dari rumah ini.
"kasih waktu buat kalian? udah gila kali ya gua, padahal kan pacarnya Piko gua" ucap Sarah sambil membersihkan piring bekas ia makan tadi
Lain hal situasi di meja makan. Sehabis Sarah meninggalkan meja makan, Ucup bisa bernapas lega. Piko yang melihat perubahan raut muka Ucup merasa tidak enak dengan sahabatnya itu
"Sorry ya si Sarah gak biasanya gini, biasanya kalau sama gua dia baik kok"
"Ya iya lah lu kan pacarnya Pik, lagian gpp juga kalau lu balik gua udah mendingan banget Pik"
"Tapi lu masih demam cup, kalau kenapa napa gimana?"
"Nanti gua suruh Tuktuk main ke sini"
Mendengar nama orang lain yang keluar dari mulut Ucup, Piko merasa kesal. Ia merasa tidak terima. Kan disini Piko lah yang menjadi sahabat Ucup, Piko tau semua tentang Ucup. Orang lain belum tentu tau tentang Ucup sebaik dirinya.
"Lah, kenapa jadi Tuktuk?"
"Yakan tadi lu takut kalau gua kenapa napa kan, lagian biar rumah gua gak sepi-sepi banget Pik"
Mendengar jawaban Ucup, Piko hanya bisa pasrah. Disatu sisi ia tidak mau sampai hal yang tidak diinginkan terjadi kepada Sahabatnya. Tapi juga, ia mau dirinya lah yang berada di samping Ucup ketika Ucup membutuhkan bantuan.
"Udah sana lu beresin barang-barang lu, gua gak mau ya kalau sampe si Sarah ngamuk karna lu lama"
"Jadi ini beneran gpp kalau gua tinggal?"
"Pik buruan deh itu Sarah udah kelar nyuci piring"
Piko melihat ke arah pandang Ucup, dan benar saja pacarnya itu tengah berjalan ke arahnya. Dengan langkah seribu, Piko segera menuju ke kamar Ucup untuk mengemas beberapa barang yang ia keluarkan dari tasnya.
Ucup yang ditinggal berduaan dengan Sarah hanya bisa berpura pura memainkan ponsel miliknya. Ketika Ucup hendak berdiri meninggalkan ruang makan, Sarah menyuruhnya berhenti.
"Cup sebentar, ada yang mau gua omongin sama lu"
Ucup melihat ke arah Sarah. Ucup tertegun, yang ia lihat sekarang seperti bukan Sarah. Biasanya Sarah memiliki aura tangguh, kuat, yang menunjukan kalau dirinya tidak lemah. Namun sekarang Sarah yang berada di hadapan Ucup sangat berbanding terbalik. Terlihat sangat rapuh dan seperti kehilangan arah.
"Sehabis pulang dari sini, gua mau ngomong sesuatu sama Piko. Gua gak tau dia akan sekacau apa nanti. Jadi tolong jagain Piko ya"
Ucup merasa bersalah. Banyak spekulasi yang ada di otaknya sekarang. Ia paham kemana arah pembicaraan Sarah, tapi jika mendengar dari kata hati ia ingin sekali saja egois. Tapi ia juga berpikir, apakah tindakannya sekarang sudah benar? apakah memang harus dirinya lah yang terus mengalah?
"Tenang aja, Piko aman nanti. Dan sorry ya atas semuanya" Ucup mendekat dan mengelus lengan kiri Sarah
Sarah hanya bisa tersenyum, menepuk pelan pundak Ucup lalu pergi meninggalkan Ucup sendirian dengan pikirannya sendiri.
.
.
.
.
Tbc
Sudahkah kalian mabok Ucup Piko hari ini?
Mari peluk Sarah :(