.
.
.
.
Setelah tiba di studio milik Piko, Ucup dengan tergesah gesesah memarkirkan motornya dengan asal. Ucup sudah tidak peduli akan hal apapun, ia ingin melihat Piko sekarang. Namun ketika membuka pintu ia justru langsung disambut dengan Piko yang berlari kearahnya dan langsung memeluk dirinya.
Untung saja Ucup bisa menahan keseimbangannya, kalau tidak ia dan Piko bisa terjatuh. Saat ingin menanyakan apa yang terjadi, Piko malah makin mengeratkan pelukannya.
"Tolong Cup kaya gini aja sebentar, boleh ya?"
"Boleh banget Pik, mau seharian minta peluk juga gpp"
Sekitar 10 menit mereka sudah berpelukan di depan pintu, dengan tangan Ucup yang setia mengelus punggung dan rambut Piko dan juga kata - kata yang keluar dari mulut Ucup untuk menenangkan Piko. Akhirnya Piko melepaskan pelukan mereka
"Sorry ya aku tau kamu belum sembuh tapi aku malah minta kamu kesini"
Tidak langsung menjawab, Ucup malah membenarkan rambut Piko yang menutupi wajah cantiknya. Ucup lihat bagaimana muka yang selalu ia puja sekarang terlihat sangat kacau. Tanpa sadar Ucup terus memandangi wajah itu sampai suara Piko terdengar
"Kamu dengerin aku ngomong gak sih?"
"Eh sorry kamu ngomong apa tadi?"
"Aku nangis lagi nih"
"Jangan dong, lagian muka kok bisa cakep banget kan jadi lupa waktu"
"udah ah males, pulang aja sana"
Piko menutup pintu lalu meninggal Ucup yang sedang tertawa mengejek dirinya. Tapi dengan pipi merah merona.
.
.
"Udah mau cerita? Kalau belum gpp aku tungg-"
"Aku berantem sama Sarah"
Keduanya terdiam. Ucup tau sekarang kemana arah permasalahan ini. Sepertinya ia harus berhenti berjuang.
"Aku emang ngerasa jauh dari Sarah, aku yang sekarang asik sama dunia aku sendiri tanpa tau Sarah lagi butuh sosok aku"
Air mata Piko keluar tanpa harus diminta. Piko biarkan mengalir begitu saja, sampai Ucup mengusapnya dengan lembut.
"Selama ini Sarah selalu bantu aku Cup. Tapi karena aku egois, sekarang aku malah nyakitin dia"
Ketika Piko kembali menangis, Ucup langsung membawa Piko kepelukannya. Sungguh iya tidak tega melihat Piko seperti ini. Hatinya juga ikut sakit sama seperti perasaan yang selama ini tidak berani ia sampaikan.
Setelah kurang lebih 20 menit Piko menangis, akhirnya Piko tertidur. Ucup membaringkan Piko di sofa, dan tidak lupa memberikan selimut.
Tidak lama setelah itu, ponsel milik Ucup berdering menandakan ada yang menelfonnya. Di layar terlihat jelas siapa pelakunya, Sarah. Ucup ragu untuk menjawab panggilan ini, namun pada akhirnya ia menjawab panggilan tersebut.
Tidak ada salam hangat, pertanyaan akan kondisi Piko lah yang ia dengar.
"Piko sama lu?"
"Iya"
"Lu yang ke studio?"
"Iya"
Terdengar ada decakan dan helaan napas disebrang sana