Day 7 / Free
Theme: Betrayal.
Pair: Arthur Kirkland (again) & Readers.
TW: violence, typo, OOC, alur gajelas, ditulis dlm keadaan stress, dll
Arthur menatap dingin (Name) yang meronta-ronta minta dilepaskan. Gadis itu berteriak, meraung-raung, menggigit, dan menendang para prajurit yang menahannya. Beberapa prajurit berteriak kesakitan, beberapa mundur, hingga seseorang menarik pedangnya dan menebas kepala sang ibu, membuat jeritan gadis itu semakin menjadi-jadi. (Name) berlutut, menangis tersedu-sedu sambil sesekali menjerit penuh dendam. Dengan wajah bengkak karena menangis serta sorot mata penuh amarah, gadis itu menoleh, lalu melototi Arthur.
"Dasar pembohong! Mati saja di neraka!" pekik (Name) sambil menunjuk Arthur.
Arthur tersenyum miris, pria itu memandang (Name) yang diseret-seret oleh petugas, lalu dipukuli oleh senapan salah satu petugas. Pria itu melirik ke tubuh-tubuh tanpa kepala serta darah yang berceceran, ruangan yang porak-poranda, serta bekas cakaran di lantai kayu rumah.
Ya, dia memang pantas untuk mati di neraka.
Hetalia belongs to Himaruya Hidekaz
Inspired by; Death of a Legend - Trevor Morris
******************************
Sudah seumur hidup Arthur menjadi seorang pembohong. Baik untuk kebaikan atau keburukan, dia tak ragu untuk berbohong bahkan kepada ibu ataupun kakak-kakaknya. Keahliannya dalam berbohong tak perlu diragukan, Arthur sudah bereksperimen dengan berbagai macam mimik, nada, serta sorot mata yang berpengaruh untuk orang-orang agar percaya dengan kebohongannya. Karena itu, tak heran jika dia dipercaya untuk menjadi 'Agen Kebohongan'--- pekerjaan yang membohongi orang-orang dengan misi tertentu.
Arthur tak pernah merasakan cinta selain dari ibu dan kakak-kakaknya. Dia tidak tahu bagaimana rasa cinta terhadap lawan jenis maupun komitmen-komitmen jika berada dalam sebuah hubungan. Hidupnya penuh dengan pengkhianatan dan kebohongan, karena itu tak heran jika dirinya penuh dengan kebohongan dan mati rasa. Karena itu, tak heran (lagi) jika dirinya berkhianat, menyakiti perasaan gadisnya--- dan berujung mengirimkannya ke jembatan kematian.
Kala mereka bertatap muka, mereka saling terpikat di bawah istana megah dan air mancur Kirkland. Mereka saling bertatap, menggali lebih dalam melalui mata, sebelum Arthur mengajaknya berbicara. Kemudian, mereka saling mengenal satu sama lain. Mereka membaca di perpustakaan, mengunjungi taman-taman dan pegunungan yang tak jauh dari rumah mereka, serta saling memberitahu kesukaan masing-masing. Dari kedekatan biasa muncul buah ketertarikan serta perasaan untuk mengenal lebih dalam. Dari perasaan-perasaan itu, muncullah cinta. Cinta yang mekar dan berbunga manis di hati gadis itu, cinta yang mati rasa dan hitam di hati pria itu. Sebuah kombinasi yang buruk, karena pria itu memutuskan untuk mengabaikan rasa cintanya kepada gadis itu dan memutuskan untuk menggunakannya sebagai 'alat' untuk membasmi musuh Kirkland--- yang notabene keluarga gadis tersebut.
Keluarganya tidak tahu menahu mengenai hubungan mereka. Mereka berkenalan secara tiba-tiba, mereka bertemu secara diam-diam, mereka mengikat janji dalam sunyi, dan mencintai dalam sembunyi. Hanya perpustakaan, taman-taman, serta pegunungan yang menjadi saksi bisu mereka--- saksi bisu atas janji-janji semu yang Arthur ucapkan serta ungkapan cinta yang terdalam dari hati oleh gadis itu. Di mana Arthur mengukir kebohongan demi kebohongan, lalu gadis itu memercayainya. Di mana Arthur menyusun kebohongan-kebohongan itu menjadi akar yang saling bertautan dan membentuk pohon yang satu, lalu gadis itu dengan polosnya mencintai pohon tersebut dan tak sabar untuk menunggunya tumbuh. Di mana Arthur dengan kejamnya menggunakan kepercayaan gadis itu demi meraih ambisi keluarga, dan gadis itu yang tidak tahu apa-apa terpaksa tumbuh dalam kebohongan yang terpancar dari pria itu (karena pria itu adalah orang yang gadis itu percayai, dan dia tak punya pilihan lain).
Puncaknya adalah siang hari yang mendung dan berawan. Arthur datang ke rumah gadis itu, tidak membawa bunga dan cincin, melainkan membawa selusin pasukan dengan senjata lengkap. Kakak (Name) yang pertama kali melihatnya langsung menyuruh gadis itu mengunci kamarnya, sementara Arthur menerobos masuk dan menahan sang kakak, ibu, ayah, pembantu-pembantu, dan sepupunya. (Name) hanya mampu menguping jeritan dan pembicaraan, lalu betapa terkejutnya dia mendapati suara yang dia kenali. Suara pria yang dia cintai, suara tambatan hatinya, suara yang menjadi sandarannya kala dia lelah dan tak sanggup menghadapi kenyataan. Suara itu, bersama derap kaki lainnya, menuju lantai dua dan mendekati kamarnya--- gadis itu tak sanggup berbuat apa-apa. Dia diam saja kala pintu kamarnya didobrak, dan barulah gadis itu memercayai telinganya kala matanya melihat sosok yang dia cintai berdiri dengan tatapan dingin, lalu menyuruh pasukannya untuk ikut menahan gadis itu.
(Name) tak sanggup berbuat apa-apa selain menjerit dan menangis tersedu-sedu. Terkadang dia memberontak, menginjak kaki pasukan, menggigit tangan, dan di satu waktu dia berusaha meninju Arthur, sayang usahanya gagal dan dia keburu dicegat oleh sebuah pedang di leher. Dia mengikuti mereka, lalu melihat jasad-jasad tanpa kepala dari orang-orang yang disayanginya. Gadis itu marah, dendam, menyesal--- seribu pertanyaan berkecamuk di kepala, namun dia hanya mampu menjerit-jerit, menangis, menyakar lantai rumah, dan menuduh-nuduh Arthur. Perasaannya hancur, dunianya runtuh, kakinya lemas tak mampu berdiri kala sang tambatan hati menatapnya dengan dingin dan menendang kepala ayahnya.
Gadis itu tak terima akan kebohongan yang selama ini Arthur berikan padanya. Arthur yang terbiasa hidup dalam kebohongan--- dan tidak mengerti apa itu cinta--- hanya menatap dingin gadis itu sebelum sebuah senapan mementung kepala gadis itu.
-the end.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angst Week || Pungut Project
FanfictionTidak ada kebahagiaan di dalam kisah-kisah ini. Hanya ada penderitaan, penyesalan, pengkhianatan, kepalsuan, ketakutan, dan dendam yang membara