Im Yoona mendekati seseorang yang tengah duduk sendirian di ruang tunggu, tanpa ragu merentangkan tangan untuk memeluknya dari belakang dengan posisi sudah sedikit membungkuk.
Pelukan yang berbeda dari biasa, hangat serta sarat akan perasaan yang ikut mengalir, berusaha memberi isyarat agar wanita itu mengerti lalu tahu apa yang dirinya sudah selama ini pendam.
Yoona tak hanya menganggapnya teman, sahabat, atau sebatas unnie. Perasaan Yoona lebih dari itu. Yoona memiliki cinta di dalam hatinya untuk wanita yang sekarang berusaha ia peluk dengan erat.
"Terima kasih sudah datang." Jessica berucap tulus, meraih jemari Yoona kemudian mengamit dalam genggamannya.
"Umm...." Yoona menjawab singkat sembari mengangguk, memejamkan mata perlahan.
Sudah lama rasanya.
Bahkan memang sangat-sangat lama semenjak mereka bertemu terakhir kali dan hari ini Yoona datang untuk memberikan dukungan terhadap Jessica yang sedang menjalani sebuah photoshot untuk brand kacamata miliknya.
Lama bertahan di posisi yang sama, Jessica berusaha menarik Yoona agar berpindah tempat. Ia menempatkan sebuah kursi tepat di depannya kemudian menyuruh wanita itu untuk duduk saling berhadapan.
Mereka sudah bisa menatap dari mata ke mata sekarang. Tatapan yang begitu dalam Yoona tujukan pada sang pemilik juluk ice princess. Berusaha menyelami netra indah tersebut lalu membisikin sesuatu padanya, bahwa ia merindukan wanita itu. Sangat merindukannya.
Lebih dari rasa rindu Jessica terhadapnya.
Akankah Jessica bisa memahami sirat tersembunyi yang coba di sampaikan melalui diam serta tatapannya itu? Yoona tak bisa banyak bicara tentang perasaannya. Bukan dikarenakan enggan, melainkan keadaan yang tak mengijinkan.
Sekali lagi, Yoona tidak bisa melakukannya. Bukan demi dirinya, melainkan demi apa yang sudah Tuhan tuliskan pada garis tangan mereka.
Jessica tersenyum memandangi Yoona. Jemarinya bergerak merapihkan beberapa helai rambut wanita itu, tengah berterbangan melintasi wajah cantiknya sendiri.
"Kau ingin ku buatkan kacamata? Desain khusus untukmu. Dan hanya kau yang akan memilikinya." Lagi-lagi Yoona sebatas memberi anggukan dan kebisuan.
Ia tak ingin suara darimana bahkan siapapun, menghilangkan memori yang berusaha merekam senandung indah Jessica di telinganya.
Yoona benar-benar terhipnotis oleh wanita di depannya ini.
Melompat-lompat kegirangan, hatinya bersorak bahagia atas reaksi Jessica. Dengan perhatian yang tentu saja hanya sebatas untuk status "adik", sudah Jessica sematkan padanya.
"Bisakah kau menciumku?"
"Apa?"
"Apa? Lagipula unnie sudah sering melakukannya padaku dulu." Yoona mengerucutkan bibir, berusaha mengelabui wanita tersebut agar tak bisa menolak permintaan tengilnya.
Yoona tahu, Jessica pasti melakukannya bahkan meskipun ia tak memelas sekalipun. Namun rasanya nyaman, saat Jessica memberi perhatian lebih jauh saat Yoona bertingkah demikian.
Jessica akan sekaligus membujuknya.
"Di tempat seperti ini?" Jessica bertanya-tanya sembari memperhatikan sekitar ruangan.
Matanya bergerak liar, memperhatikan dengan awas, takut kalau-kalau ada seseorang tiba-tiba masuk ke sana lalu melihat mereka sedang berciuman, pun tetap berarti untuk sekedar kecupan singkat di pipi.
Mungkin tak apa bagi Yoona, tapi tidak dengan Jessica sekarang.
"Disini tidak ada orang. Lagipula dulu kau pernah mencium pipiku sembunyi-sembunyi saat di tempat ramai, kan? Aku masih mengingatnya." Pipi Jessica sontak memerah malu.