cw // 21+ explicit sexual scene.
***
Maudina Sonya adalah perempuan penuh perhitungan juga pekerja keras. Seluruh yang ia miliki saat ini semuanya datang karena kerja kerasnya selama bertahun-tahun.
Mengambil jurusan desain di salah satu universitas besar di Amerika bahkan membuang hari libur supaya bisa bekerja sambilan di berbagai toko brand ternama membuat Maudina bisa mencapai kesuksesannya di usia muda.
Dengan mudah, resumenya terlihat menarik di mata orang-orang penting di dunia fashion. Sehingga ketika ia lulus kuliah, pekerjaan di majalah Vogue US langsung ia dapatkan secepatnya.
Bahkan kini ia bisa berdiri tepat di bawah Terry Watson, si bos yang terkenal perfeksionis tapi memang perfect.
Ini bukan soal jabatan Maudina, tapi soal bagaimana orang-orang di industri fashion percaya padanya. Apalagi Maudina hanyalah perempuan Indonesia berwajah oriental tanpa dukungan nama belakang yang menguntungkan.
Maudina ada di titik ini karena dirinya sendiri.
"I have no time for breakfast, Nis. Gue kayaknya akan telat? You know, sudden notice, katanya gue harus udah ada di tempat like in 30 minutes?"
"You know lah gue naik subway ke sana tuh harus 1 jam dari sini. Sinting emang si Terry!"
Denise yang sedari tadi menatap lelah Maudina yang terus berbicara sambil mondar-mandir cuma bisa menyimak.
"Ya berarti lo mutlak telat gak sih?"
"Yups. Wah gue benci sih kalau sampai nanti disindir, like, so it's true that orang Indonesia hobi ngaret. Terus bla bla bla."
"Emang siapa sih yang bakal marahin lo? Aren't you like... Watson's favorite?"
"Favorite bukan berarti gak pernah dimarahin lah. Gue ini tahan banting aja sama omongan dia."
"Hmm," gumam Denise. "Terus lo ngapain masih di sini? Bukannya lo telat?"
"Oh? Fuck. Fuck you Denise kenapa lo ngajak gue ngobrol!" pekik Maudina sambil berlari cepat menuju pintu depan.
Denise mendengus sebal. "Fuck you too, Maam! Lo duluan yang ngajak gue ngobrol!"
***
Maudina telat? Tentunya!
Gak mungkin perjalanan normal yang biasa ditempuh 1 jam tiba-tiba ajaib berubah menjadi cuma 30 menit. Itu pun belum ditambah durasi dirinya berlari-lari menuju stasiun dan menunggu lampu merah berubah warna.
Napas ngos-ngosan segera ia hentikan ketika pintu masuk gedung ada di depan matanya.
Bangunan kosong yang disulap menjadi studio pakaian tempat para model mengepas penampilan itu adalah tempat Maudina janjian hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fashioning A Coup: Love, Lies, and the Presidency
Fanfic(Series #17 Widjaja) Syan dan Mody menemukan surga dan neraka ketika mereka bersama.