prolog

5 2 1
                                    

Aevara Ithanea, gadis itu melangkahkan kakinya menuju salah satu ruangan di ujung lorong. dengan perasaan gugup, ia memasuki ruangan itu.

"permisi, sorry, kelas sebelas IPS 3 disini ya??" tanya Aevara pada orang orang, yang jelas akan menjadi teman sekelasnya setahun kedepan.

"iya, disini, masuk aja" jawab salah satu dari mereka.

Aevara mengangguk, ia berjalan dengan tujuan ke bangku pojok belakang. Ia menempatkan diri disana, lalu sejenak memperhatikan sekitar. Tatapannya terhenti pada satu objek, yang tengah memainkan handphonenya.

itu ... dia disana.

Althera Vanezuela, teman sekelasnya dari kelas sepuluh, parasnya yang tampan, hatinya yang baik, senyumannya yang indah, tak lupa tatapannya yang selalu teduh. Ah ... Itu semua membuat Aevara jatuh cinta padanya, Althera itu sempurna, sangat sempurna dimata Aevara.

Perlu dicatat, Althera bukan laki laki tertampan disekolah, karena posisi itu telah tergelar pada Revano. ia juga bukan laki laki terpintar, jelas posisi itu telah diposisikan oleh Fajar. apalagi laki laki Famous yang sering tebar pesona. Althera hanya laki laki biasa yang sering mencuri perhatian Aevara.

Pada akhir kelas sepuluh kemarin, Aevara berjanji pada dirinya, bahwa jika dikelas sebelas ini ia sekelas lagi dengan Althera, ia harus bisa mendapatkan hati Althera, atau paling tidak, bisa merasakan dekat dengan Althera.

Dan ntah ini kesialan yang harus ia kutuk, atau anugrah yang harus ia syukuri, mereka kembali disatukan dikelas yang sama. Yang berarti ia harus bisa menunaikan janjinya pada diri sendiri.

Ntah sudah berapa lama ia memperhatikan Althera, hingga tak terasa bell telah berbunyi, itu tandanya mereka harus turun kelapangan untuk melaksanakan upacara bendera, Aevara berjalan sendiri menuju lapangan, sebab ia belum mempunyai teman.

Ia baris pada barisan ketiga dari depan, disamping kirinya ada Rayden, teman sekelasnya dan Althera pada kelas sepuluh, di depannya ada Althera. Oh tidak, bagaimana ini ... dari belakang saja ia sangat terlihat tampan dimata Aevara.

Upacara bendera selesai, mereka semua kembali ke kelas. Sekarang waktunya perkenalan diri, semua memperkenalkan dirinya sesuai absen, Aevara mendapat giliran ke lima sebelum Althera.

"Hai semuanya, perkenalkan aku Aevara Ithanea, kalian bisa panggil aku Vara, aku berasal dari kelas sepuluh IPS dua, semoga kita bisa berteman dengan baik" ucap Aevara menepis rasa gugupnya dengan senyuman, sesekali ia mencuri pandang kearah Althera, yang juga sedang menatapnya. Tatapan Althera yang teduh membuat degup jantung Aevara berdetak kencang.

Setelah dipersilahkan untuk duduk kembali barulah ia duduk kembali dibangkunya. Setelahnya Althera akan memperkenalkan dirinya.

"Halo, selamat pagi semuanya, gue Althera Vanezuela, yang biasa dipanggil Althera, gue berasal dari kelas yang sama dengan Evara, yaitu Sepuluh IPS dua" mendengar namanya disebut oleh Althera membuat pipinya memanas, apalagi ia tidak menyebutnya dengan panggilan 'Vara' atau 'Aevara'. itu berarti seperti panggilan khusus dari Althera untuknya kan?

Ntah perasaannya saja atau memang benar, selama memperkenalkan diri, Althera menatap ke arahnya, yang tentu saja, tak berani ia balas.

Kini waktu menunjukkan pukul sepuluh siang, itu tandanya bell istirahat telah berbunyi, Aevara hendak keluar untuk pergi ke kantin, tetapi ia mengurungkan niatnya, karena seseorang memanggil namanya.

"Eva! Tunggu sebentar!" yap, siapa lagi yang memanggilnya dengan sebutan itu selain Althera. Aevara memalingkan wajahnya ke arah Althera, menunggu Althera berjalan mendekat.

"mau ke kantin, kan? Boleh bareng?" tanya Althera. Oh tuhaan, ini serius?? Althera mengajaknya ke kantin bersama?? Hanya berdua? Mimpi apa dia semalam.

"hah? o-oh, iya boleh, cuma berdua?" jawab Aevara dengan senyum merekah.

"enggak kok, itu ... nunggu Rayden dulu." mendengar nama Rayden garis wajah Aevara menurun drastis.

"oh ... sama Rayden?? Kirain berdua aja, hehe" jawab Aevara dengan senyum paksa.

"Ayo guys! sorry lama, tadi lupa naro hp gue dimana, hehehe" ucap Rayden sembari merangkul Althera. Aevara hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian mereka bertiga berjalan beriringan menuju kantin.

selama perjalanan ke kantin, sedikit percakapan antara mereka, hanya Rayden yang mendominasi dengan pertanyaan pertanyaan random yang ia lontarkan, sedangkan Aevara, hanya menimbrung sesekali saja, ia lebih banyak diam pada situasi ini.

sesampainya di kantin mereka menduduki salah satu bangku di tengah kantin. "kalian mau pesen apaan? sekalian aja sini sama gue" ucap Rayden menawarkan diri.

"gue nitip teajus aja den, yang gula batu" jawab Aevara sembari mengeluarkan uang lima ribu rupiah untuk diberikan pada Rayden.

"gak makan ev?" Althera hanya mendapat gelengan dari Aevara sebagai jawaban. "Gue burger dua, sama air mineral satu den" ucapnya sambil memberikan selembar uang dua puluh ribu pada Rayden.

"sip, sabar yee" Rayden berlalu pergi menghampiri salah satu warung kantin untuk memesan pesanan temannya itu.

selama menunggu kehadiran Rayden, Althera dan Aevara hanya ditemani keheningan, tanpa percakapan, keduanya sama sama diliputi rasa canggung. Sebenarnya Althera biasa saja, hanya Aevara yang berusaha menenangkan degupan jantungnya saat duduk berdua dan bersebelahan dengan Althera.

Aevara berusaha menurunkan gengsi dan rasa gugupnya, dengan memulai percakapan terlebih dulu. "emm, Al, kamu-" ucapannya terpotong.

"Guyss, sory lama. Nih pesenan kalian" Rayden menyelak masuk kedalam percakapan mereka.

"Woe anjir, lo cuma bawa tejus dua, ini sisanya anjing" yang itu namanya Gerald, salah satu teman dekat Althera juga, dia juga sekelas dengan Aevara semasa kelas sepuluh kemarin.

"sabar jancok, bawain ae si buset, perhitungan banget lo" sahut Rayden. "bentar ye, tu curut atu emang ribet" lanjutnya lalu membantu Gerald membawa beberapa pesanan mereka.

"tadi mau ngomong apa ev?" tanya Althera membuat Aevara mengalihkan perhatiannya.

"oh, enggak, lupain aja" jawabnya dengan senyum manis.

"ini guys pesanan kalian. Nih punya lo Ther, burger dua sama air mineral satu. Yang ini punya neng vara, tejus gulbat hehehe." Althera menggeser satu burgernya untuk Aevara.

"buat lo" katanya singkat. Aevara menatap burger dihadapannya, lalu menatap Althera. "buat aku? Gak usah Al, aku gak mood makan" Aevara menggeser kembali makanan yang disuguhkan Althera.

"Makan udah, gak ada gak mood gak mood an" kini Althera tidak lagi menggeser geser makanannya, ia langsung menyodorkannya ke mulut Aevara, membuat detakan jantung Aevara berubah menjadi tak karuan. dengan ragu Aevara menggigit sebagian kecil burger tersebut.

kejadian itu membuat Gerald dan Rayden bersorak heboh. "WADOOH, MAS THERA, MAU JUGA DONG DISUAPIN" teriak Rayden dengan heboh.

"DUHHH, SINI AYAANG AKU SUAPIN, BUKA MULUT KAMU BUKA" sahut Gerald tak kalah hebohnya.

Melihat respon teman temannya yang heboh membuat muka Aevara memerah. "a-aku sendiri aja" ucapanya lalu mengambil burger dari tangan Althera.

Degupan jantungnya yang tak terkontrol, mukanya yang merah seperti tomat, dan tubuhnya yang tiba tiba melemas, ya! Sebahaya itu perhatian kecil dari Althera untuknya.

Melihat Aevara salah tingkah, membuat Althera tersenyum kecil. "cantik" gumamnya yang tentu tak di dengar siapapun.

_________________________________________

begitulah kisah mereka dimulai. kantin itu akan menjadi tempat bersejarah bagi Aevara begitu juga Althera.

see you next time guys!

All about Al Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang