00. Prolog 🍂

6 3 0
                                    

Selamat datang di lapak ini semoga suka ya, btw ini cerita pertama jdi masih bnyak yg harus d perbaiki lgi.

Ceritanya santuy gk tegang-tegang bngt☺

Ceritanya santuy gk tegang-tegang bngt☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--Happy reading--

*
*
*

Memandang tajam kearah cermin yang memantulkan pantulan dirinya. Itu lah yang Givan lakukan saat ini. Ia mengeraskan rahang menatap manik matanya yang pekat-menunjukkan betapa kesalnya Ia dengan sosok di cermin.

"Sialan!" Umpatan kekesalan terlontar begitu saja, ditujukan pada pantulan cermin yang kini menampilkan sosok anak kecil yang sedang manangis tersedu-sedu. Air mata membasahi pipinya yang berisi, matanya menjadi bengkak akibat menangis.

"Diam!" Lontaran keras terus Ia keluarkan untuk menghentikan suara tangisan anak itu, namun seolah tak ada suara anak itu terus menangis. Menunjukka betapa lemahnya dia.

"Gue bilang diam!" Merasa sangat kesal Givan melayangkan kepalan tangannya kearah cermin menciptakan suara nyaring di susul oleh pecahan kaca yang jatuh ke lantai.

Givan memandang sisa cermin yang masih retak-melihat pantulan matanya yang memerah akibat marah. Ia tak peduli dengan tangannya yang kini mengeluarkan cairan merah dari sela-sela jarinya yang masih menempel pada cermin yang tersisa.

"Lemah.." Ucapnya dengan nada rendah namun penuh dengan kekesalan.

--🍂--

Givan memasuki sebuah ruangan bernuansa putih dan langsung di sambut senyum hangat dari seorang pria paruh baya yang tengah duduk di kursi kerjanya. Pakaian lengkap berjas snelly panjang dengan kacamata bulat menghiasi wajah rupawan nya.

Ia berjalan mendekat dan duduk berhadapan dengan pria itu. Meja persegi menjadi sekat diantara mereka.

Tanpa bersuara Givan hanya menatap lurus kearah pria itu, tatapannya datar tanpa ekspresi berbeda dengan pria di hadapannya yang terus melemparkan senyum hangatnya.

"Bagaimana Givan? Kamu sudah mencobanya?" Tanya pria itu penuh harap.

"Sudah." Sahutnya datar.

"Lalu bagaimana? Apa kamu berhasil melihat sesuatu di cermin?" Pria berkaca mata bulat itu bertanya tanpa mengalihkan tatapannya terhadap Givan.

"Mm.. Menyebalkan.." Gerutu Givan menatap dingin membalas tatapan hangat pria di hadapannya.

Pria itu menghela nafasnya samar, terlihat raut sedikit kecewa terpancar di wajahnya. Bosan menatap pria di hadapannya Givan beralih menatap sebuah akrilik di atas meja dan melihat tulisan 'Dr. Wirawan Derloan SpKJ.'

INNER CHILD (First story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang