Twelve

1.3K 134 5
                                    

Donghyuck berteriak marah ketika melihat Jaemin hanya menggendong Ariel tanpa melakukan tugas sebenarnya. Pria itu seharusnya memanggang daging ketika mereka melakukan pesta barbekyu sore itu, tetapi alih-alih berdiri di depan pemanggang dan memegang daging ia malah sedang menggendong Ariel sambil berlari-lari kecil dan tertawa heboh.

Ariel saat ini telah berusia enam bulan, ia telah sedikit-sedikit menunjukkan berbagai kemampuannya. Ariel mulai merangkak dan duduk dengan waktu yang lama, juga mulai berbicara menggunakan bahasa bayi yang lucu. Renjun mengatakan secara teknis ia tidak mengatakan apa pun hanya mengoceh tidak jelas, tetapi Donghyuck menganggap itu adalah hal yang baik dan putrinya terlihat sangat menggemaskan.

"Kau senang bisa bersama papa? Kau senang? Huhu." Jaemin berbicara dengan suara lucu khas anak kecil dengan memajukan bibirnya, membuat Donghyuck ingin muntah.

"Ewwh." Donghyuck menatap Jaemin dengan pandangan jijik.

Sore itu Renjun dan anak buahnyaㅡNa Jaemin, Donghyuck tidak suka menyebut namanyaㅡdatang ke rumahnya untuk mengunjungi Ariel dan dirinya untuk bermain. Dari semua teman yang Donghyuck miliki hanya Renjun dan Jaemin yang mengetahui dirinya telah memiliki seorang putri.

Renjun adalah temannya yang paling setia, ia tidak meninggalkannya ketika Donghyuck berada dititik tersulit dalam hidupnya. Ia selalu berada di sisinya dan memberikan dukungan untuk Donghyuck tanpa menghakiminya.

Sementara Jaemin adalah temannya yang paling perasa, ia selalu mengetahui jika Donghyuck memiliki masalah. Jaemin dan Renjun adalah tempat yang paling aman di dunia setelah keluarganya bagi Donghyuck. Untuk itulah ia mempercayai mereka.

Donghyuck tersenyum senang ketika melihat Jaemin dan Renjun bisa menyayangi putrinya dengan tulus.

"Cup cup cup." Jaemin menepuk punggung kecil Ariel ketika putrinya mulai merajuk. "Anak baik papa." Dan Ariel mulai mendengarkan Jaemin, ia menatap wajah Jaemin dengan tatapan kagum dan tertawa dengan ceria.

Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena Jaemin mulai menciumi pipi kecil Ariel membuatnya kembali merengek risih.

Renjun datang sebagai pahlawan, ia menarik telinga pacarnya tanpa ampun, "Jangan membawa Ariel berlarian seperti itu dan menciumi pipinya, dia merasa risih, kau pikir Ariel boneka atau apa? Lagipula cepat kerjakan tugasmu, kami akan kelaparan karena kau menjadi pemalas seperti ini."

Jaemin menekuk wajahnya. Donghyuck hanya bisa tersenyum simpul melihat pemandangan itu.

"Aww, aw, ini namanya kekerasan dalam rumah tangga." Teriak Jaemin sambil memegangi telinganya yang ditarik Renjun. Ariel menertawakan mereka tanpa benar-benar memahami apa maksudnya, melihat Jaemin yang menjerit kesakitan menurutnya adalah yang sangat menghibur.

"Sejak kapan kita berumah tangga?" Decak Renjun, "kerjakan saja pekerjaanmu dan berhenti bermain-main." Renjun mengambil alih Ariel dan mulai bermain dengannya.

Jaemin menggerutu, "kau tidak mau berumah tangga denganku?"

"Berhenti berbicara omong kosong! Kita akan menikah, tapi tidak dalam waktu dekat." Renjun menggonggong.

Jaemin menyeringai dan meilirik Donghyuck, "tentu, setidaknya aku akan menikahimu dengan rencana yang matang dan memiliki bayi kita sendiri, ketika aku sudah mapan dan mendapat pekerjaan. Tidak menjadi beban orang tuanya seperti seseorang." Sindirnya.

Telinga Donghyuck rasanya berdenging mendengar ejekan Jaemin, Donghyuck mendelik tajam pada pria itu, ia memang orang tua tunggal dan pengangguran. "Aku harap kau menua dan tidak pernah bisa menikahi Renjun." Donghyuck balas mengejek Jaemin. Dan Renjun hanya tertawa melihat pertengkaran keduanya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang