01

50 10 12
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰



Memutar penglihatannya, gadis yang sedang berdiri di pinggir lapangan itu merasa kebingungan. Harus kemana dirinya melangkah? Dia tidak tahu. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di sekolah swasta itu karena sebelumnya hanya orang tuanya yang datang untuk mendaftarkannya kesana.

"Lo murid baru? Kelas lo di mana? Sini biar gue anter."

Gadis itu terkejut saat ada yang menepuk pundaknya. Lalu tanpa basa-basi dia langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya barusan.

"Sebelas IPA dua."

Mata gadis itu membelalak, seolah tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Ia menutup mulutnya ketika mengamati wajah gadis seumurannya yang berada di hadapannya itu.

"Kenapa? Ada yang salah sama jawaban gue?" gadis dengan rambut pendek itu bertanya. Ia kebingungan.

"Nggak. Cuma ...," gadis itu mengantungkan ucapannya. "Ini kebetulan doang apa gimana? Nama lo Hiraya Rumi, kah?" lanjutnya, menunjuk gadis di hadapannya itu.

"Lo tau nama gue dari mana? Kita belum pernah ketemu, 'kan?" Hiraya mengerutkan keningnya.

"Ah, kemaren wali kelas ngasih tau bakal ada murid baru di kelas kita, katanya namanya itu Hiraya Rumi. Jadi, gue pikir itu lo," jawab gadis itu lalu Hiraya pun mengangguk. "Kalau gitu, ikut sama gue aja!" Lalu tangan Hiraya dia tarik begitu saja.

Di tengah perjalanan, Hiraya mengeluarkan sebuah kotak kukis kecil dan ia memberikannya pada gadis di sebelahnya.

"Buat lo, sebagai tanda perkenalan," ucap Hiraya, lalu gadis itu menerimanya. Keduanya tersenyum lalu masuk ke dalam kelas.

"Ah iya, gue lupa nanyain nama lo. Jadi—"

"Nayesha Dilla." Nayesha segera memotong kalimat Hiraya. "Ayo temenan! Lo boleh duduk bareng gue karena gue gak punya temen sebangku," lanjutnya dengan antusias.

Hiraya mengangguk dan langsung menyimpan tasnya di kursi sebelah milik Nayesha.

"Karena udah ada banyak orang di sini, gue mau bagiin ini dulu," ucap Hiraya sembari sedikit mengangkat paper bag yang berisi beberapa kukis seperti yang ia berikan pada Nayesha sebelumnya.

"Halo, gue murid baru di sini. Gue Hiraya Rumi, senang berkenalan sama lo." Sambil tersenyum Hiraya mengatakan itu dan membagi kukisnya pada murid yang ada di sana satu per satu.

Setelah semuanya mendapat kukis darinya, Hiraya kembali ke tempat duduknya. Kukisnya masih tersisa, ia lalu bertanya pada Nayesha, "Na, ada murid yang belum datang, kah? Kemaren wali kelas ngasih tau kalau ada tiga puluh lima murid di sini. Gue udah bagi semuanya, tapi kukisnya sisa satu."

Nayesha terlihat berpikir. Ia mengamati seisi kelasnya dengan seksama.

"Ah! Satu orang belum dateng. Tunggu aja bentar lagi pasti dateng kok," jawab Nayesha, memberitahu Hiraya.

Setelah beberapa menit menunggu, sebuah notifikasi terdengar. Itu dari ponsel milik Nayesha. Dengan segera gadis itu membaca pesan yang dikirimkan oleh wali kelas padanya.

"Hiraya! Wali kelas nyuruh lo buat dateng ke kantor dulu," ucap Nayesha memberitahu teman barunya itu. "Mau gue anter?" tanya Nayesha, menawarkan dirinya.

"Boleh, kah?" tanya Hiraya memastikan.

"Aish, lo ini. Masa gak boleh?"

"Kalau gitu, ayo!"

•••

"Na, gue boleh nanya gak? Kalau gak boleh juga gak pa-pa." Hiraya menatap wajah Nayesha.

"Tanyain aja," balas Nayesha dengan sentai. Keduanya sedang berada di kantin karena sudah waktunya istirahat pertama.

"Lo gak punya temen deket, ya?" tanya Hiraya, membuat Nayesha terbatuk tiba-tiba.

"Lo gak pa-pa? Pertanyaan gue salah, ya? Gue minta maaf," ucap Hiraya panik.

"Ey, ngapain minta maaf? Gue cuma kaget. Gak pa-pa, gue emang gak punya temen di sini sebelumnya." Nayesha menjawab dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.

"Kenapa?"

"Karena gak ada yang mau temenan sama gue." Nayesha membuang napasnya. "Lo orang pertama yang mau jadi temen gue selama sekolah di sini. Selebihnya, gak ada."

"Ah .... Kalau gitu, gue pengen jadi temen yang baik buat lo, Na." Hiraya tersenyum lebar, Nayesha juga membalasnya dengan senyuman yang tak kalah manis dari Hiraya.

Memutar penglihatan, tatapan Hiraya langsung saja terhenti pada seorang pemuda yang sedang berjalan agak jauh darinya.

"Na, dia murid yang belum gue kasih kukis gak, sih?" Hiraya menepuk pundak Nayesha, membuat gadis itu menoleh.

"Bener," jawab Nayesha singkat.

"Kalau gitu, gue mau nyamperin dia dulu."

Nayesha mengangguk pelan, dia membiarkan temannya itu menyusul pemuda yang sudah berjalan lebih jauh dari Hiraya. Sambil menenteng paper bag-nya, Hiraya berlari kecil mengikuti pemuda yang tubuhnya tinggi itu.

"Hei, tunggu!" Hiraya sedikit berteriak. Pemuda yang dia panggil juga menghentikan langkahnya kemudian membalikkan tubuh, menghadap Hiraya yang sekarang sedang berjalan menghampirinya.

Mengeluarkan kukisnya, Hiraya lalu menyodorkannya pada pemuda yang belum dia ketahui namanya itu.

Terdiam, pemuda itu hanya menatap pemberian Hiraya.

"Gue murid baru di kelas lo. Ambil ini! Anggap aja sebagai tanda perkenalan," ucap Hiraya. Ia sedikit menyipitkan matanya, mencoba membaca name tag yang terpasang di dada sebelah kiri pemuda itu. "Raifan Aksa. Oh, salam kenal, Rai! Nama gue Hiraya Rumi," lanjut Hiraya, tetapi pemuda bernama Raifan itu masih terdiam.

"Rai?"

Mengedipkan matanya, Raifan mulai mengambil kukisnya dari Hiraya. Ia berterima kasih lalu pergi meninggalkan Hiraya begitu saja.

"Rai? Kayak nama perempuan aja," gumam Raifan sambil terus melangkah.

"Ah, cowok itu nyebelin banget."



𝓣𝓸 𝓑𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮



Cerita ini diikutsertakan ke dalam event Songfiction Project bersama kakak-kakak keren dari pejuangnaskah11 🤍

Cerita ini juga terinspirasi dari lagu HOLD IT IN punyanya TREASURE.

Regret [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang