"Kenapa sih, Mil?" tanya Mark gemas, ia menatap punggung Mila yang memunggunginya.Saat Mark sampai di tempat makan di mana Haechan dan Kamila berjanji, keduanya ternyata janjian untuk makan malam bersama dan itu membuat Mark sedikit kesal karena dirinya tidak diajak. Sepanjang makan malam di tempat itu Kamila tak banyak bicara dan terus menghindari tatapan dengannya. Setelah masalah hari itu, mereka belum bertemu lagi, sebenarnya Mark terkadang merasa bersalah juga karena ia benar-benar menjaga jarak dari Kamila guna memberikan waktu untuk hatinya dan pikirannya.
Namun semakin lama tak bertemu Kamila membuat rasa rindu itu semakin membesar dan tak bisa Mark tahan-tahan lagi, apalagi saat melihat Kamila yang duduk merapat ke pintu mobil, kening gadis itu bahkan menyentuh kaca mobil, kedua tangannya sibuk memainkan ponsel atau lebih tepatnya berpura-pura sibuk di depan Mark yang telah membuatnya salting dan gugup saat ini.
Setelah percakapan dengan Haechan hari itu Kamila merasa begitu gugup ketika harus bertemu dengan Mark seperti saat ini, mungkin karema keduanya cukup ama tidak bertemu membuat kecanggungan terjadi di sana.
"Kamu gak kangen aku?" Mark menyentuh bahu Kamila hingga membuat gadis itu tanpa sadar menggigit bibir bawahnya karena sentuhan kecil itu menghantarkan sengatan kecil pada tubuhnya.
Kamila masih diam di tempatnya, tak bergerak sama sekali. Kamila merasakan detak jantungnya makin menggila.
"Mila..." Ah, rasanya Kamila ingin berteriak sekencang mungkin saat suara Mark kembali menyapanya pendengarannya. Kali itu, suara Mark memberat dan terdengar begitu sexy.
Detik itu rasanya Kamila lupa caranya bernapas saat ia merasakan hangat melingkupi tubuhnya sebab Mark memeluknya dari belakang. Kamila bisa merasakan napas hangat lelaki itu di lehernya.
"Kamu marah sama aku, Mil? Aku minta maaf, tapi jangan diemin aku kaya gini, bisa gila aku." Mark berkata lirih dan tentu saja Kamila merasa bersalah setelah mendengarnya.
Gadis iru menoleh cepat, melupakan jika saat itu wajah lelaki dengan kumis tipis itu begitu dekat dengan dirinya hingga tatapan keduanya bersitubruk. Sorot mata Mark terlihat lelah, lelaki itu pasti begitu sibuk hingga lupa beristirahat dengan benar.
Haechan juga bilang Mark bahkan terkadang melupakan makan saking sibuknya di hima dan juga tugas kuliah yang semakin menumpuk. Dan, ditatap seperti itu oleh seorang Mark Lee tentu saja membuat Kamila tidak tahan untuk terus bungkam.
"Gue gak marah cuma malu aja soal grup," cicit Kamila pelan, kedua sudur bibir Mark terangkat, membentuk sebuah senyuman yang benar-benar membuat Kamila gila.
Manis banget buset!
"Kamu ... udah mulai suka aku?" tanya Mark pelan namun pasti.
Bohong sekali jika Kamila menjawab tidak sebab saat ini hatinya sudah dipenuhi oleh lelaki manis berkumis tipis ini. Mark sudah terlalu jauh masuk ke dalam hatinya dan itu tentu saja membuat Kamila juga susah untuk mengusir Mark selain menerimanya.
Kamila tersenyum kecil kemudian mengangguk malu-malu.
"Bohong banget sih kalau gue bilang enggak setelah lo baperin gue terus tiba-tiba ngilang."
"Gak ngilang, cuma lagi nenangin hati sama pikiran aja."
"I know. But, i'm sorry."
Mark menggeleng. "Aku yang minta maaf karena pasti kamu bingung sama sikap aku kemarin. Tapi Mil, aku beneran jatuh cinta sama kamu. I want you everyday, Mil."
Bagaimana sekarang? Bagaimana Kamila bisa bersembunyi lagi setelah Mark terus menerobos masuk pertahanan dirinya. Pada akhirnya Kamila sendirilah yang mendatangi lelaki itu. Kamila tidak tahu, tapi dia merasa benar-benar sadar malam itu, namun akal sehatnya sepertinya telah menghilang karena tatapan Mark, suara lelaki itu yang membuatnya gila setiap hari dan hembusan napasnya yang hangat membuat Kamila benar-benar berani untuk memagut lembut bibir itu terlebih dahulu.
Mark mematung dengan pergerakan kecil yang terasa begitu hangat di bibirnya. Lelaki itu tersenyum tipis sebelum akhirnya tangannya menarik tengkuk gadis itu kemudian memembalas ciuman Kamila lebih dalam, basah dan menuntut. Kamila harus tahu bahwa selama ini Mark tidak pernah main-main dengan perasaannya, rasa suka itu memang sebesar ini untuk Kamila.
Ini mungkin bukan yang pertama untuk keduanya, namun Mark berharap ia adalah pelabuhan terakhir di mana gadis itu berpijak dan melanjutkan sisa hidupnya di sana, bersama dirinya.
-Selesai-
.
.
.
.
.Terimakasih untuk yang berkenan mampir di lapak gabut ini dan mendukung tulisan ini. Salam hangat dan selamat malam 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVEON?
Teen FictionSebesar apapun aku menginginkanmu kembali, nyatanya sudah tidak bisa. Sebab, putusnya kita membawa hal lain yang lebih baik dari hal-hal yang kita lalui kemarin. -Kamila Larasti