PROLOG

12 2 1
                                    

Hay, assalamualaikum

Aku senang banget bisa ketemu kalian di versi cerita baru aku, semoga kalian suka ya

"Nilai itu tidak menetukan kesuksesan, melainkan usaha, doa dan kerja keras kita lah yang bisa menuntun menuju kesuksesan itu"-Ayka Salsabila-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nilai itu tidak menetukan kesuksesan, melainkan usaha, doa dan kerja keras kita lah yang bisa menuntun menuju kesuksesan itu"
-Ayka Salsabila-


📚📚📚

Suara dentingan jarum jam masih terdengar jelas bak alunan musik yang menggiring suasana malam yang sunyi dan sedikit mencekam. Angin berembus sangat kencang, ranting-ranting bergoyang mengikuti alunan angin malam. Suara gemuruh masih terdengar dan saling sahut-menyahut. Bintang dan rembulan yang biasa menghiasi malam, kini tergantikan awan hitam yang siap menumpahkan segala kesedihannya di atas bumi.

Ayka, gadis itu tengah menahan kantuknya yang sedari tadi ia tahan. Sebisa mungkin ia menyelesaikan belajarnya ketika jam menujukkan pukul 22.00 WIB. Kalau tidak ia tuntaskan belajarnya, maka ia akan kena amukan serta amarah dari sang ayah. Ayahnya sangat overproktektif dalam mendidiknya. Ia sangat berharap jika Ayka bisa meneruskan kepemimpinannya di dalam perusahaan yang telah turun-temurun dari keluarga ayahnya.

Sejujurnya, Ayka sangat lah malas untuk menjadi seorang wanita karier, keinginan dia tetap lah ingin menjadi seorang dokter namun ia telan mentah-mentah impian itu demi impian sang ayah.

"Ngantuk." Ayka terus berulang kali menguap dan sesekali tertidur namun sebisa mungkin ditahan agar ia tidak membuat sang ayah marah.

TAPI...

"OH, BAGUS YA. DI SURUH BELAJAR MALAH TIDUR, BANGUN!" bentak Devan-Ayah Ayka dengan sangat keras dan membuat Ayka langsung terbangun dan duduk dengan keringat dingin. Ia sedikit takut jika ayahnya sudah berkata kasar. Rasanya ia teramat ingin menolak permintaan ayahnya. Namun, sebagai anak ia harus menuruti perintah walau dengan berat hati.

Devan masuk ke dalam kamar Ayka dengan langkah besar dan serta amarah yang selalu melekat padanya. Dengan cepat ia berdiri disamping meja belajar Ayka dan melihat tugas yang diberikan guru dikerjakan dengan baik.

"Bagus, kamu boleh tidur, tapi ingat, kamu harus tingkatkan lagi NILAI kamu, paham!" ucap Devan yang menekankan kata NILAI yang membuat Ayka terdiam dan hanya mampu mengangguk paham.

Setelah mengucapkan kata itu, Devan pergi begitu saja dan tak melupakan, ia menutup pintu kamar Ayka dengan sangat keras sehingga seisi rumah bakal mendengar.

BRAK

Ayka menghela nafas, kehidupannya sangat berbeda jauh dari temannya. Setiap hari selalu dirinya mendapat kekerasan, baik fisik dan mental.

Baginya, perlakuan kasar itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Ia sudah tidak kaget lagi ketika ayahnya harus main tangan atau cambuk yang Ayka sendiri tidak tau Devan mendapatkannya di mana. Bahkan bentakan ataupun makian kasar itu seperti menjadi bagian dari kehidupannya. Sudah sangat kebal jika Ayka akan mendapatkan itu semua. Yang terpenting, ia sudah tidak peduli apapun itu yang terjadi dalam hidupnya. Ia sudah terlanjur kecewa dengan semua ini.

"AKH, NILAI, NILAI, DAN NILAI. HANYA HAL SEPELE NAMUN BISA MEMBUATNYA MARAH." teriak Ayka kesal dan kecewa kepada ayahnya yang memperlakukannya sangat tidak biasa dan tidak pada umumnya seperti anak perempuan di luar sana.

🎓🎓🎓

Tebing Tinggi, 29 Maret 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tebing Tinggi, 29 Maret 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang