SATU

882 33 31
                                    

"Sen, lo di mana?" tanya Naya ketika Arsen berhasil menjawab dalam sambungan telepon.

"Di kampus!"

"Bisa jemput gw gak? Motor gw mogok!" keluhnya seraya berkacak pinggang melirik motornya lagi.

"Bentar lagi dosen gw masuk! Cari ojol kek atau taksi, atau naik angkot aja!"

"Sen .... Sebentar aja!" pinta Naya yang sudah hampir menangis

"Lo nyusahin anjir!" kata Arsen dengan nada ketus. Namun tetap pemuda itu beranjak dari duduknya dan segera menjemput Naya.

***

"Arsen!" panggil Naya setelah turun dari motor Arsen.

Arsen pun segera mengunci leher motornya sebelum ia berjalan menjauhi Naya tanpa melirik ke arah gadisnya.

"Apa lagi sih!" kesal Arsen yang beralih berdiri berhadapan.

"Pulang nanti bareng, ya?"

"Gak bisa. Motor lo nanti juga selesai ditambal!" jawab pemuda itu sebelum kembali berjalan keluar area parkir.

"Tapi masa gw ke bengkelnya jalan kaki!"

"Gw ada kumpulan mahasiswa nanti ...." kata Arsen yang membuat Naya mengangguk nurut.

"Yaudah ...."

***

Siang harinya memang benar, Arsen tidak menghubungi Naya seharian itu. Pemuda itu tidak sedikit pun penasaran menanyakan bagaimana keberadaannya.

"Nay!"

"Iya?" ucap Naya membenarkan rambutnya. Helm yang ia pakai terasa kebesaran dan kini tangannya sedang melingkar pada pinggang Rian.

"Apa yang gw lakuin gak salahkan?"

"Maksud lo gimana?" tanya Naya memajukan wajah ketika angin terasa membawa kabur pertanyaan Rian.

"Coba lo tengok kanan! Di bahu jalan ada siapa!"

"Gw tau ...." lirih Naya menghela nafas dan langsung menoleh pada arah lain. Bahkan Naya tahu lebih dulu sebelum Rian memberitahu kepadanya.

"Makin lengket ya mereka ...." kekeh Rian memanasi. Motornya kini ditambah kecepatan lajunya. Ia ingin segera pergi dari jalan yang bisa membuat Naya semakin tidak bagus mood.

"Mereka ada kerja kelompok bareng setelah ini ...."

"Iya iya iya iya ...." kata Rian mengangguk.

"Kita mampir dulu makan, yuk! Gw tau tempat makan yang enak." Rian menoleh ketika membawa laju motornya lebih cepat lagi.

"Rian!"

"Hm?"

"Lo gak seharusnya kayak gini .... Gw jadi ngerasa diistimewakan oleh orang lain dibanding pacar sendiri ...." kata Naya yang terdengar oleh Rian.

"Tapi makasih banget, lo selalu ada disaat gw butuh ...." lanjut gadis itu melirik jalanan yang dilalui keduanya.

Rian hanya terdiam mendengar ucapan kali ini. Ia mencoba mengalihkan perhatian Naya dengan pertanyaan yang bisa membuat Naya sedikit tersinggung.

"Kapan lo putus sama Arsen?"

"Kok lo nanyain itu?"

"Gak papa, penasaran aja. Saran gw, jangan jadi cewek bego! Hati lo bukan buat dimainin, kan?" kata Rian mulai menuturkan pendapatnya.

"Cinta memang buta, tapi otak lo gak berhenti berpikir tentang perlakuan Arsen selama ini kan? Dan gw yakin, hati lo juga masih sensitif buat ngebedain mana yang beneran sayang sama mana yang beneran main-main." katanya lagi yang langsung Naya cekal.

BAD LOVE (5) | HUANG RENJUN (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang