#2

26 3 0
                                    

Hoseok melangkah tergesa diikuti 2 orang pengawal dibelakangnya. Tujuannya saat ini adalah kembali ke istana untuk menjemput kuda, sebab Ia akan menyebrangi bukit menuju wilayah Huin dan Geomjeong. Dua tabib andalan kerajaan sedang tak berada di tempat, mereka sedang ditugaskan di kediaman Kaisar membantu proses kelahiran anak ke-3 Kaisar Min dari selirnya.

Disaat genting seperti ini, dirinyalah yang selalu direpotkan dan selalu menjadi objek pelampiasan kemarahan. Sial sekali rasanya. Namun bagaimana lagi, mengabdi adalah jalan satu-satunya demi menghidupi anak dan istrinya.

"Hoseok hyung!" Seru Taehyung dari jarak yang tak dekat, kemudian berlari kecil sembari menggenggam tangan Kyungsa di belakangnya.

Sang pemilik nama mendongak dan mendapati dua anak manusia itu berjalan berlawanan arah dengannya. Sudah jelas ini akan menjadi pertanda kemarahan sang Raja atau Permaisuri jika dirinya disusul seperti ini. Membela diri pun rasanya percuma dalam situasi genting seperti ini.

"Bagaimana?" Tanya Ksatria Kim itu setelah langkahnya berhenti 3 langkah dari Hoseok. Sejujurnya sejak tadi ia mulai kedinginan walaupun intensitas salju turun semakin sedikit mengingat sebentar lagi akan berganti musim.

Hoseok mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Taehyung. "Mereka ditugaskan Kaisar mengurus selirnya yang sebentar lagi akan melahirkan." Ucapnya.

Kyungsa putus asa. Bahunya melemas mendengar penuturan Hoseok barusan. Ibunya tak pernah mempercayai tabib lain selain kedua orang itu.

"Jadi bagaimana?" Tanya Taehyung lagi.

"Ibu tidak akan menerima tabib baru jika kau berpikir ingin mencari." Timpal Kyungsa. Ia meringis di jalan buntu yang mereka temui.

Hoseok bertolak pinggang. Sikap yang seharusnya tak boleh ditunjukkan dihadapan petinggi seperti Kyungsa, namun itu bukan masalah untuk sang Putri Raja, sebab ia tak ingin terlalu di di segani.

"Bantu aku untuk menjelaskan pada Permaisuri. Di kelompok Huin dan Geomjeong ada beberapa tabib yang mungkin bisa membantu."

Taehyung dan Kyungsa mengangguk bersamaan, selanjutnya bergegas kembali ke istana.

•••

"Malam ini Kaisar akan mengadakan jamuan makan malam sebagai acara kelahiran anak ke-3 nya. Kau harus ikut." Ucap Raja Jeon pada Putra Mahkotanya.

"Baik, Ayah. Aku akan bersiap." Jungkook membungkukkan tubuhnya sebelum berlalu dari hadapan sang Ayah.

Jika ditanya apakah Ia bersungguh-sungguh ingin ikut? Jawabannya tidak sama sekali. Sekalipun dirinya tak pernah merasa cocok saat berkonversasi dengan Yoongi maupun Kaisar sendiri. Dinasti itu lebih cocok disebut sebagai Dinasti es, mengingat orang-orangnya yang minim ekspresi dan kurang dalam hal merespon percakapan.

Mungkin saja habitat mereka sedang dalam masa kejayaan, sebab salju sedang turun, candaan Jimin yang satu itu tak pernah gagal mengundang tawa jika diingat.

Jungkook memasuki kamarnya dan mendapati Jimin yang sedang berbaring santai di ranjangnya sembari mengunyah anggur tanpa rasa bersalah. Mungkin, pria itu adalah satu-satunya prajurit paling lancang dalam sejarah dan tak pernah hormat pada calon rajanya, kecuali dalam situasi tertentu.

"Aku harus menemukan alasan agar tak ikut dalam jamuan Kaisar malam ini." Gumam Jungkook tanpa peduli Jimin menanggapinya atau tidak.

Agaknya prajurit bermata sayu itu mendengar dan segera bangkit dari pembaringannya. "Ada apa?" Tanyanya.

SPRING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang