MP'11

823 74 1
                                    

Baekhyun sudah dilarikan ke rumah sakit, Jeno datang dengan cepat setelah tahu Jisung sedang dalam kesulitan.

Sedangkan Jisung tidak berhenti menangis, dia khawatir dengan kondisi papanya. "Papa akan baik-baik caja kan hyung?"

Posisi Jisung ada diatas pangkuan Jeno, mata dan hidung bocah itu sudah memerah karena terlalu lama menangis. "Papa ga akan ninggalin Icung kan hyung?"

Jeno tidak mengatakan apa-apa, dia tidak ingin memberi harapan pada Jisung. Tapi Jeno yakin, jika Baekhyun akan baik-baik saja. "Kita berdoa buat papa Icung ya."

"Semoga semuanya baik-baik aja."

Tidak ada balasan, Jeno tersenyum gemas ketika tahu Jisung tertidur, mungkin lelah karena terlalu lama menangis.

Cup. Jeno mengecup pipi gembul Jisung berkali-kali, lalu mengecup bibir mungil Jisung. Dia tidak bisa menahannya lagi, bocah dipangkuannya sangat menggemaskan.

"Mark hyung pasti iri." Jeno tersenyum puas, membayangkan reaksi kakaknya saat tahu dia sudah ada satu langkah didepan.

Dan benar saja, laki-laki yang ada didepan layar monitor itu kini berusaha keras untuk tidak memecahkan gelas yang ada ditangannya, karena rasa kesalnya sudah mencapai ubun-ubun apalagi setelah melihat senyum Jeno yang seperti sedang meledeknya.

"Park Jeno sialan!"

--o--

3 tahun yang lalu.

Baekhyun, lelaki mungil itu tersenyum-senyum sendiri ketika mengingat malam panasnya bersama lelaki yang dicintainya.

Bahkan sentuhan-sentuhan lelaki itu masih terasa jelas dan terekam diingatannya, bagaimana bibir tipis lelaki itu mencumbunya dengan lembut, seolah tak ingin menyakitinya.

Baekhyun tak menyesal sudah mendatangi club itu, dan meminum minuman beralkohol itu sampai mabuk. Karena dengan begitu dia bisa bertemu dengan orang yang paling dirindukannya selama 17 tahun ini.

Walau sudah tiga bulan berlalu, Baehyun tetap tak bisa melupakan malam itu dan tak ada niatan sama sekali untuk melupakannya.

Memutar kemudi ke kanan, tiba-tiba saja Baekhyun dikagetkan dengan bunyi handphonenya, tertera nama ‘Yongiedisana.

Segera saja Baekhyun angkat, lalu mendengarkan dengan seksama apa saja yang dikatakan orang disebrang sana.

"…Hyung, berhati-hatilah."

Tepat setelah orang disebrang sana berkata seperti itu, Baekhyun merasa panik karena remnya tak berfungsi, kecepatan mobilnya terus melaju dan bertambah semakin cepat.

Dalam keadaan genting seperti ini, Baekhyun menyempatkan untuk melihat lockscreen ponselnya, ibu jarinya mengusap layar itu yang menampilkan tiga bocah laki-laki yang sangat dia sayangi. Setetes air matanya jatuh, apakah begini akhir hidupnya?

"Maafkan papa.…"

BRAK!

--o--

Dalam ruangan bernuasa putih dan berbau obat-obatan itu terasa hening sekali, hanya suara dari EKG yang menemani Jeno.

Kedua mata tajamnya senantiasa menatap seseorang yang terbaring lemah dibrangkar rumah sakit. Pikiran Jeno berkecamuk, dia ingin tahu seburuk apa mimpi orang itu hinggga terlihat tidak tenang dalam tidurnya?

Disisi lain, Baekhyun mulai tersadar dari pingsannya. Dia ingin membuka matanya namun rasanya sulit sekali, seolah ada yang menahannya.

Setelah beberapa menit terlewati, Baekhyun akhirnya berhasil membuka matanya. Dia mengerjap berulang kali untuk membiasakan diri dengan cahaya yang menerpanya begitu membuka mata.

Penglihatannya sedikit demi sedikit semakin jelas, Baekhyun mulai mengedarkan pandangannya sekeliling ruangan, lalu tatapannya jatuh pada sosok yang duduk disampingnya.

Setetes air matanya jatuh, Baekhyun tak menyangka tuhan mau berbaik hati memberinya kesempatan satu kali lagi untuk bisa melihat sosok yang sangat dirindukannya.

"Putraku…"

MAFIA PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang