💐💐💐
Hari ini cerah, seperti biasa motor Vespa biru milik Habil sudah terparkir di depan rumah Raidan, siap untuk menjemput."Bang itu adek kok belum muncul-muncul ya, padahal didepan udah Habil loh." Mama Wanda berbicara pada Aheng yang saat ini duduk di meja makan. Sudah disuruh masuk si Habil kedalam biar sarapan bersama, tapi sama si Habil hanya di senyumkan nya aja karena katanya dia sudah sarapan dirumah.
"Biasalah ma anak mu yang satu itu kan memang paling ribet anaknya, turunan nya mama kan?" Papa Cahyo menjawab, di kasih lirikan mautlah sama mama Wanda, membuat Aheng tertawa.
"Ahahaha bener pa memang si Rai itu begayaan banget, tapi ngga papa sih maa walaupun begitu si Habil udah bucin pake banget sama si bontot, entah pake pelet apa si Rai." Aheng berujar.
"Enak aja bilang anak kesayangannya mama pake pelet, adek kan memang mempesona, siapa dulu mamanya." Ketawa lah papa Cahyo melihat tingkah sang istri, sedangkan Aheng hanya bisa iyain aja soalnya mama sama Raidan itu dua kali lima kalau di debat, ada aja jawabannya.
Tidak lama Raidan turun dari tangga dengan tergesa-gesa, keluarganya sampai ngeri sendiri melihat tingkah Raidan.
"Mamaaa Papaaaa good morning." Teriak Raidan berlari menciumi pipi mama Wanda dan papa Cahyo, si abang mah diabaikannya aja soalnya ngeselin kan menurut Raidan.
"Akhirnya si beban keluarga dan beban tetangga muncul juga." Nah kan, sudah Raidan bilang jika Aheng itu ngeselin banget. Raidan hanya menjulurkan lidahnya mengejek pada Aheng.
"Pelan-pelan jalannya Rai, jangan lari-larian kak Habil mu itu ngga bakal kabur." Papa Cahyo menasehati Raidan diselingi godaan yang membuat Raidan malu-malu kucing (garong).
"Nih sarapan di sekolah aja, udah mama bekalin." Ujar mama Wanda memberikan bekalan pada Raidan.
Di cium lagi lah tuh pipi mama Wanda, "Makasih mama ku sayang yang paling cantik. Yaudah aku kesekolah dulu ya." Pamit Raidan bersalaman dengan papa dan mama.
"Wahhh durhaka banget abangnya ngga di salim." Raidan merotasikan bola matanya malas, lalu pergilah dia menyambut tangan Aheng.
"Lu sekolah yang bener cil, ngga usah Habil aja terus di dalam otak lu."
"Memang kak Habi ngga ada di otak gue, orang adanya di dalam hati."
Mama Wanda dan papa Cahyo saling melirik dan sontak terkekeh bersama melihat tingkah laku anak bungsu mereka. Sebenarnya tuh keluarga Raidan maupun Habil mah udah tau semua pasal kedekatan anak mereka, dan sama mereka di biarin aja malahan di dukung gitu, dengan ayah Farhat yang sering kasih uang saku sama Raidan, dan papa Cahyo yang sering menanyakan keadaan Habil melalui Raidan. Intinya mereka berdua tuh sudah kantongi restu ibaratnya mah.
"Selamat pagi kakakk." Sapa Raidan semangat empat lima.
"Pagi juga aii." Balas Habil lalu menyodorkan helm pada Raidan setelah menurunkan pijakan kaki untuk pria itu.
Duhh Raidan sebenarnya masih ngga nyangka kalau ternyata dia bisa sedekat ini sama Habil, ck ck ck entah kebaikan apa yang sudah Raidan perbuat, kalau di tanya senang sih yaa sudah pasti senang lah yaa, gila kali bisa dekat sama crushh tapi ngga senang.
Raidan membuyarkan lamunannya, melihat helm yang di sodorkan padanya membuat Raidan mau tidak mau harus kesusahan untuk ingin meletakkan bekalnya terlebih dahulu biar bisa menggapai helm yang di kasih sama si Habil.
"Kalau kesusahan langsung minta bantuan aja aii." Habil menarik Raidan untuk mendekat, berinisiatif untuk memasangkan Raidan helm.
Raidan cemberut, merasa kesal karena tidak bisa melakukan apa-apa, tapi walaupun dengan ekspresi seperti itu Raidan tetap maju lah tuh tepat di depan Habil sambil nundukin sedikit kepalanya, ekspresinya masih cemberut.
"Nanti aku nya ngerepotin, masa gini aja minta tolong alay banget." Dumel Raidan kesal sendiri.
"Ngga papa aii, kalau aku masih bisa ya kenapa ngga?" Setelah selesai memasangkan helm, Habil sedikit menundukkan kepalanya untuk men-sejajarkan kepalanya dengan kepala Raidan yang sedikit nunduk.
Raidan balas liat Habil, dia senyum bahagia lagi yang juga diikuti oleh Habil, Raidan senang ternyata mah Habil ngga ambil pusing, dia sempat takut kalau Habil capek sama dia yang memang paling ngga bisa mandiri.
"Hehehe gitu yaa, yaudah kalau gitu yok cus berangkat." Raidan kembali ceria lagi, setelah Raidan duduk nyaman di kursi belakang Habil langsung menjalankan motor nya setelah melirik spion memastikan bahwa Raidan sudah benar-benar siap.
Nah seperti biasa perjalanan mereka selalu di temani oleh celotehan Raidan yang tidak ada habisnya dan jawaban seadanya dari Habil, bukannya Habil ngga suka, Habil suka kok dengar ocehan Raidan, tapi memang Habilnya aja yang ngga tau mau respon apa, orang bentukannya memang sudah kayak gini. Intinya jangan bilang Habil ngga suka ya, Habil tuh suka, suka dengar ocehan Raidan maksudnya.
Sesampainya mereka di sekolah, Habil tidak langsung menaiki tangga menuju lantai tiga, Habil lewatin aja itu tangga dan malah mengikuti langkah Raidan menuju kelas pria itu, menghantar Raidan sampai kedepan kelas.
"Hehe makasii kakak." Raidan membiarkan tubuhnya menghadap ke Habil yang saat ini telah sampai menghantar Raidan tepat di depan pintu kelasnya.
"Sama-sama aii, aku naik dulu ya." Setelah mengatakan kalimat tersebut naiklah Habil menggunakan tangga yang tadi dilewatinya. Meninggalkan Raidan yang juga sudah masuk kedalam kelas.
"Ekhmm makin nempel aja gue liat-liat." Jemian langsung berujar begitu Raidan sampai ditempat duduknya.
"Nah iya jangan bilang ada yang udah jadian tapi diam diam lagi Jem." Yeremy ikut bersuara menggoda sahabatnya.
"Awali pagi kalian dengan sesuatu yang lebih berguna, bukannya malah gibahin gue. Fans kah deckk?" Itu Raidan, sangat suport sekali yah teman-temannya pagi-pagi sudah memberikannya pahala hasil dari pergibahan pikir Raidan.
Jemian langsung memasang ekspresi ingin muntah, "kadang gue bingung kenapa yah ada manusia senarsis lo di dunia yang suci ini."
"Betumbuk lah kita anjeng."
"Plis masih pagi jangan ganggu ketenangan gue ya anak Dajjal." Yeremy menutup matanya sebentar guna mempertebal kesabaran nya, sungguh malang nasib Yeremy yang memiliki teman aneh bin ajaib sekaligus dua.
"Yaudah gimana hubungan sama tetangga lo itu, makin dekat aja gue liat." Daripada debat mending Yeremy mengangkat satu topik.
"Yaa gitu kayak biasanya." Balas Raidan tak acuh.
"Tcih! Nempel nempel elit jadian sulit."
"Songong banget ya manusia satu ini, mentang mentang lo udah official ya anjeng." Jemian yang di bilangin kayak gitu sama Raidan makin sombong lah dia dengan memasang wajah bangga nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙚𝙢𝙚𝙨𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙗𝙞-𝙧𝙖𝙞 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Novela Juvenilfluffy area💗💐 •(very) short story •bxb (hyuckren) •100% fiksi semata •non baku •homophobic and para penjiplak plis huss huss •area anti angst dan sad end oh iya fyi aja semua foto/gambar/picture yang ada di dalam story ini bukan punya aku, semuany...