2. Born From The Death

2.1K 63 10
                                    

---
J Note
-

Kadang, Jisung berpikir. Kenapa hari hari nya selalu terasa hampa. Ia sering kali lelah tanpa alasan jelas. Seperti ada yang kurang dalam hidupnya. Tetapi apa?

Dia, Jisung Panjaitan Kusomo -menghela nafas sejenak. Berhenti dalam langkahnya untuk beberapa detik. Lalu melanjutkan segalanya dalam diam.

-
Indonesia - 20XX - Waraya Patra Hospital

.

.

.


Ruangan putih ini terasa menyesakkan.

"Chenle, Dokter bilang kamu bisa pulang siang ini. Nanti Perawat bakal dateng buat lepas infusan. Kamu siap siap ya." Ucap wanita paruh baya dengan senyum manis di wajahnya.

Yang dipanggil- Zeano Chenle Mahardika. Ikut tersenyum, menyembunyikan raut gusar dihadapan ibunya. "Iya Mah, Lele udah mau sekolah lagi!"

"Iya sayang, besok sekolah."

Lalu hening kembali.

Hanya ada suara gaduh dari barang barang yang Ibunya kemas. Chenle menghela nafas sejenak.

-

Tittle this chapter : Born From The Death
(Lahirnya dua insan dalam gelapnya pengharapan)

.
.
.

Dunia itu dramatis- itu yang sering Ibu nya katakan kepada Chenle. Pemuda berparas elok yang sering kali di salah pahami gendernya. Pemuda ekspresif yang senang membuat onar. Hingga dikenal sebagai The Slayer.

Pentolan SMA Langit Merah memiliki Zeano Chenle Mahardika sebagai jagoan.

Di jaman yang semakin modern ini, Chenle masih senang memakai motor keluaran 17 tahun yang lalu. Ia menamai motor tua tersebut sebagai-

"Good Morning Coli."

Coli.

Itu lah nama motor tua kesayangan Chenle.

Dengan pelan juga penuh khidmat. Dia dan Coli menyusuri jalanan setapak. Dunia ini tidak senyaman dahulu kala- itu juga yang pernah Almarhum Bapaknya katakan semasa hidup.

Hingga Chenle sering penasaran. Dunia seperti apa yang ibu dan bapaknya pernah jalani di masa lampau. Seperti apa ya... Rasanya hidup berdampingan dengan kedamaian. Karna semakin hari, ibu kota semakin menyesakkan. Dipenuhi demo yang tak kunjung selesai.

"Woi Le, kadie anying." Panggil suara cempreng dari arah barat.

(Kesini anjing)

Mengikuti arahan yang memanggil, Chenle membelokkan Coli ke lain arah. Tidak jadi memasuki gerbong sekolah. Dengan bejatnya, ia menyenggol salah satu motor lain.

"KONTOL, LO MAU MATI."

"Kaga lah. By the way, kontol gue kecil nih. Jangan ngincer ya. Bukan homo soalnya."

Yang disenggol tidak melanjutkan sesi marah marahnya lebih panjang, hanya memalingkan wajah lalu melanjutkan mengendari motornya dengan pelan. Walaupun kesal, jika yang dihadapi adalah Zeano Chenle Mahardika. Sudah wajib ia hindari.

Teman teman Chenle, tertawa keras selepas melihat pengemudi motor varian terbaru yang tadi Chenle senggol diam tak berkutik.

"Gileee sohib gue, pagi pagi udah berulah."

"Mata Lo gue colok."

"Aw Atut banget lochh."

Tawa ketiga nya semakin keras- Chenle, Nolan dan Taffar. Membuat atensi para anak anak murid yang akan memasuki sekolah beralih.

JiChen : Comedy BirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang