[1] kabut ungu

205 31 38
                                    

Di suatu ruangan tersembunyi di bawah perpustakaan sekolah, Sakasaki Natsume tengah fokus mencampur bahan eksperimennya. Peralatan kimia memenuhi meja di ruangan tersebut. Di dalam gelas dan tabung kaca, berisi cairan bermacam warna. Entah zat apa yang ada di dalamnya.

Sekarang jam pelajaran masih berlangsung. Tentu saja Natsume tengah membolos saat ini. Oleh karena itu dia di sini sekarang. Walaupun dia seringkali membolos, asal tahu saja, nilainya itu paling tinggi seangkatan. Apa apaan itu? Ini tidak adil.

"Hm, dimana akU meletakkan serbUK sari bungA teratai, yA?"

Setelah bahan itu dimasukkan, maka penelitiannya Natsume akan selesai. Ditemukannya serbuk itu di laci paling bawah meja pojok. Serbuk itu diletakkan di dalam sebuah botol racik. Cukup satu racikan saja. Tidak lebih tidak kurang.

"Baiklah, saTU raciK saーhatchi!

Serbuk sari itu membuat indra penciuman Natsume gatal sehingga terjadi fenomena bersin. Serbuk yang niat awalnya hanya akan diberikan satu racik berubah menjadi satu botol. Tutup botol tersebut lepas, sehingga isinya tertuang ke dalam wadah tempat ramuan.

"Oh.. tidAK..."

BUM!

--

"Sayang sekali Anzu gak masuk hari ini," ucap Sabaru di tengah-tengah pelajaran berlangsung. Tangannya diregangkan ke depan dan kepala yg menumpu pada meja.

"Kau benar, Akehoshi-kun." Makoto yang duduk di depan Subaru menyahut.

BUM!

Kegiatan pembelajaran berhenti sesaat akibat suara ledakan. Semua mata tertuju pada luar jendela.

"Apa itu?"

Semua orang nampak bertanya-tanya. Sebuah asap berwarna ungu keluar dari gedung tempat perpustakaan berada dan lambat laun merambat ke gedung lainnya.

"Ini bukan virus zombie, 'kan?! Teman-teman, tahan nafas kalian!!"

"Tolong jangan bodoh, Akehoshi!"

"Apa sih Hokke? Bisa jadi, 'kan? Ya gak Ukki? Seperti di game punyamu itu loh!" ucap Subaru bersemangat.

"Benar juga, ya, Akehoshi-kun!" jawab Makoto dengan riang. Di saat-saat bencana seperti ini mereka malah pura-pura menjadi pemburu zombie. Di tangan Subaru sudah ada sapu yang berprofesi menjadi pistol dadakan. Entah sejak kapan dia mengambilnya.

"Ayo Hokke! Kita main tembak-tembakan!" ujar Subaru lalu berpura-pura sedang menembakkan pistol. Makoto juga. Di masing-masing sela-sela jarinya terdapat pulpen. Entah bagaimana konsepnya, Hokuto gak paham.

"Akehoshi-dono! Apakah zombie bisa dikalahkan dengan katana?" Tak disangka-sangka Souma malah ingin ikutan. Tangannya sudah memegang katana yang masih berada di dalam sarung.

"Oh Zaki-san! Itu ide yang bagus!"

"Orang bodoh ini ..." Hokuto geram akan kelakuan temannya ini. Tidak, sebenarnya bagaimana dia bisa berteman dengan orang-orang ini?!

"Sesekali bercermin itu baik, Hidaka-sama," sahut Yuzuru tersenyum ala-ala butler restoran.

Semuanya malah sibuk merusuh tanpa memperdulikan Kunugi-sensei yang sudah mijat pelipis akibat pusing melihat kelakuan murid-muridnya ini. Sedangkan kabut ungu itu sudah mulai memasuki kelas mereka.

Tiba-tiba pintu kelas di dobrak. Penyihir merah penyebab kekacauan ini akhirnya menampakkan diri.

"Apa kaliAN baik-baiK sajA??!" heboh Natsume yang masih memakai jas labor bewarna putih itu.

Tanpa dijawab pun, dengan melihat tingkah bodoh teman-teman sekelasnya ini, Natsume tahu bahwa mereka tengah baik-baik saja sekarang. Sepertinya sia-sia dia mengkhawatirkan ini.

"Woah Natsume! Ayo ikut main perang-perangan bareng!" ajak Subaru.

"Sakasaki-kun! Kamu membolos lagi, ya?!" seru Kunugi-sensei melihat anak didiknya yang langganan bolos itu akhirnya menampakkan diri.

"...Ah." Natsume yang awalnya menatap Subaru kemudian menoleh pada guru yang memarahinya. Bom asap dilemparkan ke lantai. Membuat bagian pintu kelas tertutup asap. Saat asapnya mulai menipis, Natsume sudah menghilang. Alias kabur.

"Astaga anak-anak ini tidak pernah gagal membuat tensiku naik." Kunugi-sensei lelah. Kunugi-sensei capek. Kunugi-sensei mau resign aja rasanya. F for Kunugi-sensei 🤲

--

Natsume sudah berada di luar. Berjalan sambil memikirkan kabut dari ledakan ramuannya. Kabut ungu tersebut sudah mulai menipis seiring waktu. Namun tidak ada gejala apapun yang terjadi.

"AneH... Apa benar tidAK adA reaksi apapUN?"

Bukannya Natsume kecewa karena eksperimennya tidak menimbulkan efek apapun, tetapi ia hanya khawatir saja. Kalau memang tidak menimbulkan efek, itu bagus. Tapi jika efeknya akan muncul keesokan harinya? Ia harus bagaimana?

Pemuda pemilik iris mercury itu menghela nafas kasar. "Ya sudaH, ku lihaT besok sajA."

ー⚗️ー

Jangan lupa meninggalkan jejak ♡

❀ 𝐆ender 𝐏otionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang