He's another side

202 15 10
                                    

[Wootae]

Lelaki itu sedang melatih seperti biasanya. Latihan dance routine yang dibuat sendiri oleh dia. Wootae selalu terlihat galak kalau sedang menari. Dia dan karismasnya membuat orang yang melihat akan terkagum-kagum. Setiap gerak yang dia buat selalu terlihat indah, karena dia memang menaruh semua hatinya di setiap gerakan itu.

Gue melihat dari kejauhan, menanti dia selesai karena memang kami akan pergi ke toko komik hari ini.

"Ulang lagi bisa ga?", mungkin itu sudah kalimat ke-sepuluh dia hari ini. Gue baru menunggu sekitar 15 menit tetapi dia sudah menyuruh hal itu berulang kali.

Wootae dan sifat perfeksionisnya. Akan selalu menjadikan dia coach tergalak di crew ini. 5 menit lainnya berlalu, akhirnya dia selesai mengajar. Dia berjalan mendekat ke arah gue yang duduk di lantai dekat pintu masuk. Senyumnya terlihat sepanjang dia berjalan dari ujung sana sampai di depan gue.

"Lo tuh ya, dikit aja senyum pas ngajar tuh ga dosa tau." Ucap gue sembari memberikan handuk dan air mineral ke dia.

"Dih, lo tuh kalo ga protes ga bisa apa?" Bukan Wootae namanya kalau ga berakhir galak dan membalas pertanyaan gue dengan pertanyaan lain.

"Hari ini jadi kan?" Tanya gue sembari mengambil air mineral dari tangan dia.

"Ya jadi lah, lo ke sini ngapain kalo ga jadi ih?" Suaranya melunak. Sudah tidak galak seperti sebelumnya.

"Ngeliatin lo aja." Ucap gue singkat.

"Basi lo. Ayo." Dia sudah membereskan barang dan tasnya.

"Kak, boleh ngomong bentar ga?" Di perjalanan sedang keluar seorang gadis menghampiri kami berdua.

Wootae dengan pandangannya menoleh ke arah gue. Gue hanya memberikan isyarat ke dia "pergi aja, gue di sini."

"Mau ngomong apa? Di sini aja." Ucapnya datar.

Bener-bener nih cowok satu bikin gue geleng kepala sama sikapnya. Bahkan es batu aja kalah dingin sama sikap dia ke orang lain.

"Tapi kak...." Si gadis terlihat ragu dan melirik ke arah gue. Gue yang merasa dilirik ini akhirnya sadar diri dan bermaksud untuk pergi. Wootae menarik tangan gue, menghentikan langkah gue.

"Ngomong di sini atau ga sama sekali." Ucapnya lagi.

"Woo, jangan gitu ah. Gue pergi aja." Kali ini gue yang ga enak ke gadis itu.

"Ngomong depan gue dan cewek gue aja." Deg. Kata-katanya masih datar tapi berhasil membuat gelombang di hati gue.

Bukannya berbicara, gadis itu malah berpamitan dan meninggalkan kami berdua.

"Lain kali kalo mau improve bohong tuh briefing dulu napa sih?" Kali ini gue mengomel saat kita berdua sudah di parkiran motor.

"Gue ga boong ya." Ucapnya datar.

Gue hanya bengong sembari melihat ke arah dia yang sedang memakai helm.

"Ayo berangkat. Bengong mulu kayak keong." Dia berbicara sembari memasangkan helm ke gue.

"Lo kok ga nyadar-nyadar sih kalo gue cuma bisa senyum depan lo? Cuma bisa halus kalo ngomong sama lo? Kalo gue ga suka sama lo terus apa namanya?" Ucap Wootae sambil tersenyum manis ke arah gue. Senyum termanis yang pernah gue liat selama gue sahabatan sama dia.


Street Man Fighter's One Shot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang