Kring ~
Kring - kring.Berdering, handphone milik Lily dari dalam ranselnya. Sejak tadi, handphone itu terus saja berdering. Namun, saat ini ia tak bisa mengangkat panggilan itu karena sedang berada di toilet.
"Sial, sebentar lagi waktunya masuk kelas. Gimana caranya bisa keluar dengan keadaan seperti ini?" ucapnya sembari melihat rok bagian belakangnya yang terdapat bercak merah.
Akhirnya, panggilan itu ia angkat. Berharap salah satu teman sekelasnya ada yang akan membantunya.
"Ha - halo."
"Halo. di mana sih Lily? Bentar lagi guru Biologi masuk nih. Kamu gak lupa kan, mesti ngasih jawaban ke anak-anak sekelas?" Ucap seseorang dari balik handphone.
"Aku, ada di toilet. Kamu mau bantuin aku gak?" Tanya Lily.
"Bantu apaan? Ngapain kamu pagi-pagi di toilet?"
"Rok aku kotor, aku gak bisa ke kelas sekarang. Kamu mau gak belikan aku pembalut di koperasi?" tanya Lily.
"Ish, kok nyuruh aku sih?"
Hening sesaat. Kemudian terdengar suara berbisik.
"Sumpah, kalau gak karena mau ada ujian, aku ogah nolongin kamu. Tunggu bentar, aku antarin pembalutnya."
Panggilan itu lalu diakhiri.
Walaupun teman sekelasnya tidak benar-benar ikhlas, tetapi Lily cukup bersyukur masih ada yang mau membantunya.
Menunggu beberapa saat, sambil membersihkan noda di rok nya dengan tissue toilet, Lily kemudian mendengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari.
Andini, nama teman sekelas Lily yang datang membawakan pembalut untuknya.
"Lily, dimana kamu?" Teriaknya dari depan toilet. Ia tak ingin masuk, hanya datang dan berdiam diri di depan toilet saja.
Lily lalu berjalan ke depan pintu toilet untuk menerima pembalut yang Andini bawakan.
"Andini, makasih ya." ucap Lily mengambil pembalut itu dari genggaman Andini.
"Terpaksa aku tuh. Kamu cepat pakai dan ke kelas, sebelum semua orang marah."
Walaupun agak kasar, Andini bukan orang yang jahat. Ia tetap peduli dengan Lily.
"Iya, sekali lagi maaf ya sudah ngerepotin kamu," ucap Lily.
Lily berbalik badan masuk ke dalam toilet, sedangkan Andini ia langsung pergi meninggalkan Kala kembali ke dalam kelas.
Tet - tet.
Bel tanda jam pelajaran akan segera dimulai kemudian berbunyi. Lily buru-buru keluar toilet untuk masuk ke dalam kelas.
Saat berjalan di lorong kelas, Lily memegangi roknya yang masih setengah basah dan kotor.
Dari belakang, ada seseorang yang menepuk pundaknya."Hei, pakai ini. Seragam kamu kayaknya kotor." Seorang cowok berdiri tepat di belakangnya. Kala berbalik, melihat jaket milik cowok itu tergantung di lengannya. Cowok itu nampak asing, tetapi seragam yang ia kenakan sama seperti yang ia kenakan.
"Kamu gak mungkin kan, masuk ke dalam kelas sambil megangin rok kayak gitu?" sambung cowok itu.
"Ah, jangan. Aku gak mau pakai barang orang lain," ungkap Lily.
Sedetik kemudian, dengan sigap cowok itu melingkarkan jaket miliknya ke pinggang Kala dan mengikatnya dengan kuat.
"Pakai ini, dan jangan permalukan diri kamu sendiri di depan banyak orang." tanpa banyak kata, cowok itu lalu pergi berlalu meninggalkan Lily.
Mematung, Lily kaget melihat sikap cowok itu. Namun, ia seketika kembali tersadar saat menyadari guru biologi yang berjalan di seberang lorong menuju ke arah kelasnya.
Dengan tergesa-gesa, ia lalu berlari berusaha masuk ke dalam lebih dulu dari guru biologi.Sesaat setelah masuk ke dalam kelas, para murid sudah ribut dan kesal karena takut Lily tidak masuk kelas.
"Duduk cepat di bangkumu, woi!" teriak salah seorang dari dalam kelas Lily.
Dengan napas engap-engapan, Lily duduk dan melepaskan ranselnya.
"Habis kamu kalau telat masuk kelas," kata Deni, salah satu murid sekelasnya.
Benar saja, sesaat kemudian guru biologi masuk kelas dan memulai ulangan harian.
"Selamat pagi anak-anak. Masukkan buku kalian ke dalam tas, letakkan di depan papan tulis dan kembali ke tempat duduk siapkan bolpoint dan lembar jawaban kosong kalian. Hari ini, kita ulangan harian." Ibu guru biologi berdiri di depan kelas menunggu para murid meletakkan tas mereka.
Para murid bergantian meletakkan tas mereka dan kembali ke tempat.
"Ly, jangan pelit kamu," bisik Sarah, salah satu siswi yang sangat terkenal di kelasnya saat kembali dari depan kelas.
"Iya," lirih Lily pelan.
Setelah seluruh murid duduk kembali di tempat mereka, bu guru membagi soal ulangan dan duduk dengan tenang memperhatikan para murid. Para murid di sekolah Mawar, terutama yang berada di kelas Lily hampir seluruhnya anak orang kaya yang malas belajar. Mereka terlalu meremehkan pelajaran dan selalu mengandalkan Lily dalam hal pelajaran. Salah persatu murid mulai gelisah. Mereka menoleh, melirik dan menunggu jawaban dari Lily.
Seperti hari-hari sebelumnya, setiap kali ujian Lily selalu membawa tissue dan disalinnya semua jawaban di lembar jawabnya itu di tissue yang kemudian dengan berbagai cara para murid oper. Kelas Lily tergolong ke dalam kelas favorit. Tetapi, entah kenapa sepertinya yang favorit hanya Kala seorang saja.
Favorit yang dimaksud, benar-benar murid yang pandai. Pelan namun pasti, Lily mengerjakan soal pertanyaan."Sstt.." Sarah yang duduk di sebelah kursi Lily sudah tak sabar menunggu salinan jawaban Lily.
Lily menoleh, tahu apa kewajibannya. Ia lalu menjatuhkan tissue itu perlahan dan diambil Sarah. Tempat duduk Lily memang berada di bangku paling belakang. Jadi, cukup mudah untuknya membagikan jawaban.
"Thank you, Lily."
Sarah dengan cepat menyalin jawaban Lily dan diberikan ke teman lainnya.
Sejujurnya, tidak semua murid menunggu jawaban dari Lily. Ada beberapa murid yang berusaha sendiri, walaupun lebih banyak yang berharap dari Lily. Sebenarnya, bukan keinginan Lily melakukan hal yang tidak baik ini. Ini adalah keterpaksaan dia. Karena, sejak masuk di sekolah ini hanya dia saja yang masuk melalui jalur beasiswa sedangkan yang lain tidak ada. Sampai, terdengar kabar bahwa Lily adalah anak kepala sekolah hasil diluar pernikahan.
Lily sendiri juga sampai saat ini tidak tahu apa yang menyebabkan ia bisa bersekolah di SMA Mawar.
Karena, saat kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, ia mendapatkan surat pernyataan dari SMA Mawar bahwa berhak menerima beasiswa prestasi dan bersekolah gratis di SMA Mawar yang cukup mahal. Untuk membungkam gosip itu, Lily selalu saja melemah dan menerima saja apapun perlakuan dari para murid. Sampai duduk di kelas 11 ini, tidak ada satupun murid yang benar-benar tulus kepadanya.Tet-tet!
Tak terasa, dua jam telah berlalu. Bel tanda jam pelajaran pertama usai telah berbunyi. Para murid yang memang sudah selesai mengerjakan ulangan mereka bergantian maju ke meja guru menyerahkan hasil ulangan mereka.
Senyum sumringah para siswa ke arah Lily hanya pada saat seperti ini saja. Kalau hari biasanya, Lily hanyalah siswi miskin pemilik beasiswa tinggal di SMA Mawar yang tidak dianggap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Mine
Teen FictionSeorang gadis yatim piatu bernama Lily Rastanti harus menjalani keseharian yang kosong dan hampa. Menjadi salah satu siswi di sekolah terkenal membuatnya tak memiliki sahabat. Dengan keadaan seperti itu, Lily meyakini dirinya harus menjadi siswi yan...