Tteokbokki

125 16 4
                                    

"Entar malam jadi nonton gak, guys?" Jongseong bertanya sambil meraih bungkusan chips yang ada di atas meja di hadapannya.

"Ogah kalo lo main booking segala satu studio buat ditontonin ama orang bertujuh doang!" dengus Sunghoon kesal namun tetap berkonsentrasi pada game di ponselnya.

"Tau tuh. Mana seru nonton film bertujuh doang? Ya mending lu nyuruh Om Mingyu beliin lu bioskop pribadi sekalian. Nah itu lu bisa sambil salto kayang salto kayang deh di dalem. Seenak elu pokoknya. Bebas!" Jaeyoon menyahuti sambil membuka kaleng soda yang baru ia ambil dari kulkas sudut kamarnya.

Setelah mata kuliah terakhir mereka selesai, Jongseong dan Sunghoon memutuskan untuk mampir ke rumah Jaeyoon. Ketiganya memang kerap kali terlihat bersama ketimbang yang lain. Karena lahir di tahun yang sama, hampir setiap tahun mereka menempuh pendidikan pun pasti selalu bersama. Berbeda dengan Heeseung yang satu tahun lebih tua di atas mereka. Sunoo yang terpaut satu tahun di bawah mereka. Sedang Jungwon dua tahun dan Riki si bungsu, yang berbeda tiga tahun lebih muda. Lain halnya dengan Sunoo dan Jungwon yang selalu berada dalam angkatan yang sama. Sunoo terlambat sekolah selama satu tahun karena beberapa hal.

Jika ditanya, apakah mereka tidak bosan? Tentu, ada kalanya mereka jenuh karena harus bertemu dan berinteraksi dengan orang yang itu-itu saja.

Udah lahir bareng, mana tetanggaan, gedenya bareng, sekolah bareng, serba bareng. Namun lama-lama mereka akhirnya merasa terbiasa. Bahkan ada kala ketika salah satu di antara ketujuhnya jarang terlihat, karena harus ikut dalam urusan bisnis ataupun acara keluarga, masing-masing dari mereka pasti merasa ada yang kurang. Sama halnya dengan para Ayah, mereka bertujuh seperti tak bisa dipisahkan.

Ceklek

"Selamat sore, tiga abang yang banyak bobroknya dan sedikit gantengnya. Nih gue lagi baek, bawain jajan buat klean."

Pintu kamar Jaeyoon terbuka dan nampak Sunoo tiba-tiba masuk dengan membawa kantong plastik di tangannya. Di belakangnya ada Jungwon dan Riki ikut melangkah masuk. Sepertinya mereka juga sudah selesai dengan kegiatan kuliah mereka.

"Tunggu, dari baunya.." hidung Jaeyoon mengendus-endus.

"Tteokbokki?!" si tiga kembar berseru bersamaan.

"Ssttt, jangan kenceng-kenceng. Nanti ketahuan Tante Wendy, bakal kena marah lagi kita. Ini susah kita belinya tau!" Jungwon memberi peringatan.

"Udah tenang aja, aman kok. Nyokap lagi belanja sama Danielle. Baru aja pergi, belum ada lima belas menit."

"Asyik! Kapan lagi bisa bebas makan street food di kamar Bang Jaeyoon." Riki berucap dengan nada gembiranya.

Sudah menjadi larangan sejak kecil untuk ketujuh pemuda ini mengonsumsi makanan yang dijual di sepanjang pinggiran jalan. Para orang tua berpendapat, bahwa ada yang lebih sehat dan lebih enak dibanding jajanan street food yang jadi kegemaran banyak orang.

Bukan tanpa alasan. Mengingat para orang tua juga yang hampir semuanya berasal dari kalangan atas, memiliki pengalaman yang sama perihal beli jajanan. Mereka dilatih untuk disiplin pada hal ini dan itu, termasuk tata cara makan. Termasuk tidak diberi izin untuk jajan sembarangan, yang tentu menjadi sebuah kebiasaan yang kini mereka wujud nyatakan juga pada anak-anak yang mereka miliki saat ini.

Para Ibu bahkan sampai serempak mengambil kelas memasak secara private, agar supaya mereka bisa ahli menyajikan makanan apa saja yang enak, sehat dan tentunya bergizi untuk anak-anak mereka. Termasuk semua jajanan kesukaan para anak. Agar mengurangi kesempatan mereka untuk membeli makanan di luar.

Jadi tidak usah heran, kalau seringkali mendapati para Ayah yang selalu meluangkan waktu untuk pulang ke rumah hanya untuk menikmati masakan para istri, sekalipun mereka berada dalam jam sibuk. Atau dengan alternatif lain, para Ibu akan menitipkan bekal pada para supir, atau bahkan tak jarang mereka mengantarkan langsung ke tempat para suami.

Castle ClusterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang