..
.
.
Naruto menggenggam erat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Manik safirenya menatap sayu sang suami yang tengah tertunduk di depannya.
Dirinya tengah ada di salah satu ruang inap sebuah rumah sakit. Tadi malam dirinya baru saja melahirkan. Melahirkan putra pertama mereka, yang sudah mereka tunggu-tunggu selama 3 tahun. Dirinya bersyukur bisa lancar melahirkan secara normal, seperti yang dirinya inginkan. Tapi entah kenapa hatinya berat sekarang.
" jika kau memang sudah tak mencintaiku lagi, maka katakanlah "
Bibir pucat itu berujar lirih. Manik itu terus menatap sang suami. Mengambil nafas, dirinya mencoba untuk tak menangis. Tapi hatinya sakit, melihat kelakuan suaminya di luar sana.
" jika memang aku sudah tidak ada lagi di hatimu, katakanlah "
Sasuke tetap menunduk, hatinya tak kalah sakit mendengar kalimat yang dikatakan sang istri. Semua ini memang kesalahannya.
" aku sudah memberikanmu kesempatan kedua. Apa aku harus kembali memberikanmu kesempatan lagi? Ketiga? Ke empat ? "
Akhirnya cairan bening itu keluar saat dirinya menatap wajah pucat sang istri. Dirinya genggam tangan lentik wanita yang telah berjuang melahirkan putra mereka.
" kita akhiri saja "
Sasuke menggeleng keras. Tidak!! Dirinya tidak mau berpisah dengan istrinya ini, tidak akan pernah.
" sekarang aku sudah melahirkan. Kita bisa berpisah dan kau bisa bersamanya "
Saat usia kamdungannya 4 bulan, dirinya menemukan kenyataan pahit. Jika sang suami mulai bermain dengan wanita lain. Teman kerjanya dulu. Awalnya hanya berkirim pesan, tapi entah di luar sana bagaimana dirinya tak tau.
Dalam percakapan sang wanita, bahkan teman kerja suaminya sudah menganggap jika wanita itu adalah kekasihnya. Entah maksudnya apa. Dirinya tau suaminya sendiri yang memulai. Bahkan wanita itu merasa aneh pada sikap Sasuke. Karena dulu semasa mereka bekerja bersama. Mereka bahkan hampir tak pernah saling bicara jika tidak ada hal penting. Tapi sekarang. Bahkan setiap hari dan jam, mereka bertukar pesan. Dari mata hari terbit hingga terbenam. Bahkan dini hari.
Padahal wanita itu juga sudah berkeluarga dan memiliki putra. Apa maksud dari semua itu, jika bukan teridentifikasi menjurus perselingkuhan. Jika wanita itu memahami posisinya sebagai wanita yang sudah bersuami. Setidaknya dirinya tidak membalas pesan-pesan itu terus menerus. Seorang wanita yang memiliki suami seharusnya harus lebih bisa menjaga martabatnya sebagai istri. Dan menjaga hati pasangannya, jika seandainya suami wanita itu mengetahui tingkah lakunyadan marah.
Wanita bersuami seharusnya bisa memberi batasan pada laki-laki lain untuk mendekatinya. Agar tidak terjadi sesuatu yang buruk kedepannya. Apalagi sudah sama-sama berkeluarga.
Masalah itu sudah selesai sejak Naruto membahasnya dengan sang suami. Bahkan Sasuke menangis memohon maaf padanya waktu itu, walau dirinya mencoba menghindar. Memeluknya tanpa kata, tapi dirinya tau jika itu adalah permintaan maaf tak tersirat dari sang suami.
Hatinya terlalu kaget dan sakit menjalani kenyataan itu. Hingga dirinya hanya bisa membalasnya dengan pelukan mengambang. Otaknya terlalu linglung. Isi kepalanya hanya memutar bagaimana saat awal mereka bertemu. Awal bagaimana usaha Sasuke mendapatkannya. Menjawab semua pertanyaan Kushina yang bertanya akan keseriusannya pada dirinya. Bagaimana kehidupan pernikahan mereka yang penuh kebahagiaan beberapa tahun ini. Bahkan dirinya berpikir jika Sasuke tak akan berpaling darinya. Tapi nyatanya?
Apakah laki-laki seperti itu? Mereka akan puas setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Setelahnya akan bosan dan mencari hal baru yang lebih menantang.
Tapi mereka sudah memiliki ikatan. Mereka sudah terikat dengan tali pernikahan. Apakah pantas untuk melakukan hal itu. Ada hati yang harus mereka jaga. Ada hubungan yang harus mereka perjuangkan.
Melepas genggaman tangan itu, Naruto tersenyum tipis. Dirinya tidak yakin jika yang sekarang tidak separah yang dilakukan Sasuke dulu dengan wanita itu.
" kau tau kepercayaanku padamu tak sebesar dulu "
" .... "
" orang yang seharusnya menjadi sandaranku malah melakukan hal itu. Aku mencoba biasa, walau ingatan itu terus berputar di kepalaku. Sas- "
" kumohon jangan tinggalkan aku. Tidak bisa.... Aku tidak mau kau pergi "
" aku hanya pernah merasakan cinta satu kali, itupun bersamamu. Kebersamaan kita membuat rasa suka sebagai teman itu berubah menjadi cinta. Hingga aku terus bahagia selama ini dengan mu. Tapi-"
" ... "
" ternyata selama ini aku belum benar-benar mengerti dirimu "
Sasuke menggeleng keras.
" kita akhiri saja di sini "
.
.
.
Akhirnya keputusan itupun dirinya pilih. Berharap jika kedepannya kehidupannya akan membaik. Membuka lembaran baru dengan sang putra dan juga ibunya. Ah.. Ibunya sejak awal tak pernah tau masalah ini. Apa tidak masalah jika mengatakan keputusannya ini secara mendadak pada sang ibu?
Dirinya akan terus berdo'a dan berusaha, untuk bisa membesarkan sang putra. Seperti sang ibu yang membesarkannya sendiri, swtelah kematian sang ayah sejak usianya 3 tahun.
" ayah "
Dirinya akhirnya menangis sendirian di kamar inapnya. Mengingat senyum teduh sang ayah, yang merangkulnya dengan tangan kasar nan hangat itu.
Malam itu dua insan itu menangis meratapi hubungan yang putus.
.
.
.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
mawjou galbi ( hatiku sakit )
General Fictioncerita singkat.. tangan jung gatel buat nge post ini.. berubung dah kelar