kosong

1K 103 7
                                    

Helaian rambutnya tampak menari-nari, wajah nya berseri-seri, tak bisa dipungkiri. Kaki nya melangkah kesana-kemari seolah kebahagiaan merenggut jiwa nya. Gelak tawa menghiasi lorong tersebut, entah berapa kali senyuman itu menampakkan diri.

"Cerita itu benar-benar menggelitik perut ku! Kamu pandai sekali membuat lelucon." Kekehan terdengar begitu jelas, kedua mata nya menyipit ketika ujung bibirnya tertarik. Mengatur napas setelah tertawa dengan sangat lantang. Pelaku pembuat lawakan, Seraina, hanya cengengesan begitu melihat manusia disamping nya tergelak. "Lucu kan?"

Perempuan yang bagai bunga matahari mengangguk. Menyetujui hal itu. Nampak nya (name), sangat menyukai apa saja yang dibicarakan oleh Seraina. Dan tanpa mereka sadari bel pulang sudah berbunyi sedari tadi. Membuat sekolah terasa sepi, hanya ada beberapa murid yang ada disana.

Disinilah mereka. Ruang kelas yang sunyi tak karuan. Mengambil tas dan segera pergi- ah, tidak. Hanya Seraina yang pulang setelah nya. (Name) tengah dicegat oleh seseorang yang memaksa nya ikut menuju suatu tempat.

Seseorang tersebut berkata dengan wajah datar, "Kau. Ikutlah denganku sebentar."

(Name) berpikir apakah ia pernah membuat kesalahan sampai-sampai dipanggil seperti ini? Kening nya mengkerut, kepala nya penuh dengan pertanyaan. Tapi ada satu pertanyaan yang menghantui diri nya. Siapa lelaki yang kelihatan nya sudah mengikuti seseorang itu sebelum diri nya?

Namun, nampak nya ia tak menyadari kalau sudah sampai tujuan. Sebuah pintu besar terbuka lebar-lebar, memperlihatkan satu orang yang melihat kearah luar jendela.

 Sebuah pintu besar terbuka lebar-lebar, memperlihatkan satu orang yang melihat kearah luar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan mengintimidasi dilayangkan orang itu. Hawa tak enak menyelimuti ruangan tersebut, dimulai dari beberapa keanehan yang terjadi di sana. Dan akhirnya (name) menyadari bahwa ia sedang bertatap mata dengan manusia berkemampuan lain nya. Tak bisa disangkal, tak bisa disangka.

Setelah pembicaraan yang cukup berat, mereka berempat duduk di sofa. Terdapat beberapa permen tergeletak di atas meja. (Name) tidak tau harus bagaimana, jadi ia hanya menurut dan menyimak apa saja yang dikatakan oleh ketua osis dan wakil nya itu.

'Areka, Alen, dan Fidelya.' Dengan jeli ia memperhatikan tiga orang yang tengah bersamanya. Mencoba untuk menghapal wajah-wajah mereka. Tapi tiba-tiba ada pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Kapan kamu akan memberikan sugesti?" Ucap (Name) sembari memasang wajah bingung. Alen tersenyum tipis, mata merah nya berkilat cahaya, jari telunjuk nya mengarah ke kepala nya. "Aku dapat memberikannya lewat pikiranku."

(Name) terdiam. Tertegun, menatap kagum. Ia mengangguk kecil sembari memakan permen coklat yang diberi oleh Fidelya, rasa manis berada di dalam mulut nya. Namun, tampaknya kegelisahan seperti memakan diri Areka. Lelaki itu bertingkah sangat gugup sedari tadi. Keringat mengalir deras di pelipis nya.

"Pasti kamu jadi berpikir kalau aku ini berbahaya, kan? Tapi bila dibandingkan dengan mu, tentu saja kemampuan milik mu jauh lebih berbahaya. Aku memberitahu mu hal ini agar kamu juga bisa dapat mempercayai kami. Apalagi kami tidak berniat untuk memberitahu kemampuan mu ini pada semua orang." Alen menaruh kedua tangan dibelakang, senyuman tak luntur dari wajah nya.

Sementara itu Areka membuka mulut nya, "kalau begitu, apa kakak ingin mengajak ku bergabung dengan osis lagi?"

(Name) tersenyum getir. Macam ada kilat petir yang menyambar. Perasaan nya memang sudah tak enak, ia yakin sekali sehabis ini ia juga akan diajak untuk bergabung dengan osis. 'Sudah ku duga.'

"Tidak, aku tidak bisa memaksa mu untuk bergabung. Keputusan hanya ada pada mu. Kali ini-" ucapan Alen terpotong tak kala suara teriakan terdengar begitu lantang. Langkah kaki berirama menghajar lantai, pintu dibuka dengan keras hingga menghasilkan bunyi gebrakan.

Lima orang datang dengan penampilan khas mereka masing-masing. (Name) sendiri sudah tak asing dengan mereka, ia sering melihat mereka disekitaran sekolah. Tak ayal jika ia tidak mengenali nya. Mereka anggota osis yang lain, dan siapa sangka kalau mereka juga manusia berkemampuan?

"Hweee! Ada orang nggak dikenal! Penyusup ya?! Penyusup!" Perempuan kecil bersurai merah muda terlihat menunjuk-nunjuk dua orang asing di ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hweee! Ada orang nggak dikenal! Penyusup ya?! Penyusup!" Perempuan kecil bersurai merah muda terlihat menunjuk-nunjuk dua orang asing di ruangan. Seila, ia berbicara begitu nyaring.

Semua yang datang segera mengalihkan perhatian mereka. Bertanya-tanya siapa kedua orang ini? Dan ketika nama Areka disebut, mereka langsung terkejut. Suasana menjadi tegang, tetapi Dante si pemilik gigi taring tersenyum lebar. Menepuk pundak Areka dengan bangga nya.

Tak lama setelahnya sebuah penolakan terjadi. Tidak menerima kehadiran Areka disini. Untung nya kalimat yang terlontar dari mulut Alen dapat membuat mereka meyakini bahwa tak akan ada terjadi hal-hal buruk. Mereka pun memperkenalkan diri dengan cara masing-masing, yang membuat (name) takut adalah Leto. Bagaimana jika ia disengat juga oleh alat yang berada di telapak tangan Leto? Itu sungguh menyeramkan!

(Name) menggeleng. Membayangkan nya saja sudah membuat nya ketakutan, karena itu ia menoleh kearah jendela untuk mengalihkan perhatian. Langit telah tersentuh warna jingga, hari sudah semakin sore. Ketika (name) kembali menatap kearah sebelumnya, Areka dan Fidelya sudah tidak ada disana.

"A-anu..." Perempuan itu berlirih. Alen yang menyadari pun kembali menarik ujung bibir nya, "maaf karena sudah membawa mu kesini secara tiba-tiba. Ayo ikut kami ke ruang rapat, pembicaraan kita akan cukup panjang."

(Name) berani bersumpah kalau ia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan para anggota osis. Namun, ia hanya cukup menyimak sampai Alen berbicara tentang urusan yang sampai membuat nya ada disini.

'Ah, sepertinya mereka sudah selesai.' Menyadari para anggota osis menutup pembahasan mereka, (name) membenarkan posisi dari membenamkan kepala nya ke meja menjadi duduk tegak.

"Langsung saja ke poin nya. (Name), kamu pasti sudah memahami bahwa kami telah mengetahui rahasia terbesar mu. Kamu mempunyai kemampuan, yang sungguh luar biasa." Ucap Alen sembari menyeringai. (Name) menelan ludah nya kasar, itu benar. Ia sudah menyangka nya.

Alen mengulurkan salah satu tangan nya, terkekeh kecil. Para anggota osis segera menatap nya. "Jadi, maukah kau bergabung dengan osis untuk membantu menyelesaikan masalah dengan kemampuan mu?"

setelah hiatus selama setahun (atau mungkin lebih, ya?) aku kembali menulis! aku minta maaf ke kalian karena udah menghilang tanpa jejak dan ga pernah up T__T

cerita ini bakalan ku rombak abis-abisan, jadi ada beberapa scene yang mungkin akan dihapus. untuk oneshot juga aku hapus karena menurutku... itu ga nyambung sama cerita ini. oh ya, bagi kalian yang merasa asing dengan 'Seraina' itu karena nama teman dari (name) yaitu 'Vera' aku ganti. bagi pembaca lama mungkin udah pada tau lah, ya!

kemungkinan besar cerita ini bakalan slow update, jadi tunggu kelanjutan nya~

tertanda, ruru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[OG] good/bad fortune , ft.readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang