Fourth

185 22 1
                                    

Seungmin menyelesaikan kelas hari ini dengan cukup melegakan. Meskipun tidak begitu mulus dan ada sedikit tragedi seperti teko kelas minum teh yang ia senggol sampai pecah. Tapi bukan suatu masalah yang serius. Joanne membantunya begitu banyak hari ini, tak lupa juga dengan Han Jisung yang selalu setia di sampingnya.

"Putri, air hangat telah siap." Han Jisung menginterupsi kegiatan melepas aksesorisnya. Seungmin mengangguk singkat lalu pergi ke arah kamar mandi. Ia menyuruh semuanya pergi agar bisa berendam dengan damai.

Badannya tenggelam di dalam air dan hanya menyisakan kepalanya yang terpejam memikirkan banyak hal. Pikirannya melayang kepada kemarin disaat-saat sebelum ia terlelap dan sampai disini, di tubuh seorang putri kerajaan. Di tempat antah berantah dengan pengetahuan minim, ia hanya tau sebagian informasi kecil dari orang ini. Begitu banyak hal yang tidak bisa ia cerna dalam sehari.

Perihal mengenai Putra Mahkota Arestian itu ... Ia nampaknya belum pulang. Ia mendengar dari Joanne tadi bahwa Christ sedang menjalankan urusan diplomatik dengan negeri yang ada di barat. Mungkin besok atau lusa ia akan kembali kesini. Seungmin tersipu lagi, itu aneh. Padahal ia tidak memiliki gambaran mengenai tunangannya itu sama sekali.

Jika ini dilanjutkan akan meledak wajah Seungmin karena memerah, maka Seungmin segera menyelesaikan acara berendamnya dan memakai pakaian simpel untuk makan malam.

°°°

Seungmin berjalan di depan Han Jisung. Ia sejujurnya ingin berjalan bersandingan dengan Han Jisung, tapi yang diajak malah menolak dengan alasan protokol kerajaan. Sungguh manusia kolot yang menyebalkan, ia kan berusaha mengorek informasi!

"Putri pelankan jalanmu, jangan terburu-buru. Itu tidak sopan." Han Jisung melangkah lebar-lebar, Seungmin berjalan dengan sangat cepat. Ia ingin meninggalkan Han Jisung dibelakang.

"Persetan! Apa pedulimu dengan langkah ku Han Jisung?!" Seungmin mengeraskan suaranya, ia menengok dan menatap remeh. Langkah kakinya tidak berhenti meskipun di depannya ada belokan.

Tanpa ia sadari dari arah berlawanan ada dua orang yang berbincang-bincang. Han Jisung menutup mulutnya agar tidak berteriak. Bagai slow motion Seungmin menubruk dada bidang seseorang.

"Aduh!" Seungmin terpental, ia memejamkan matanya. Ia berpikir dirinya akan jatuh menghantam lantai dan urat malunya putus semua. Namun tangan seseorang menangkap pinggang rampingnya, menahannya agar tidak terjatuh.

"Mohon segala ampunan bagi hamba yang telah lalai menjaga Tuan Putri, Pangeran Christ." Seungmin mengernyit, Han Jisung berbicara aneh. Ia kemudian membuka matanya, melihat orang yang menangkapnya lalu melihat ke samping. Ada Han Jisung yang sedang setengah jongkok dan menunduk, baginya itu alay. Tunggu, Han Jisung tadi menyebut Pangeran Christ???!

"Eh, ada apa?" Seungmin berdiri lalu mundur. Tangan Christ terlepas dari pinggang rampingnya dan menghasilkan raut penuh kebingungan. Seungmin memandangi Christ dari atas sampai bawah, tak lupa dengan laki-laki bermata siren di belakangnya.

"Tidak ingin menyambut kedatanganku?" Tangan Christ terbuka lebar, mengais pelukan hangat dari Seungmin. Secara ragu-ragu Seungmin mendekat lalu memberi pelukan dan elusan lembut pada punggung Christ.

"Selamat datang," kata Seungmin. Ia rasa itu kalimat yang tepat untuk menyambut Christ tanpa bertele-tele. Rambutnya dibelai dan disisir menggunakan jari oleh Christ. Sesekali Christ menciumi pucuk kepalanya, menghirup aroma candu shampoo strawberry yang biasa dipakai oleh tunangannya.

"Aku pulang cepat, tidak sesuai dengan janjiku yang berkata pulang esok. Rasanya aku tidak tega membuatmu menungguku sebegitu lamanya." Pelukan Christ mengerat, ia memeluk Seungmin dan enggan melepaskan. Orang dibelakangnya menyadari bahwa ini akan lama, ia pamit dan membawa pergi Han Jisung bersamanya. Itu pun ia menyeret Han Jisung yang sedang memasang raut wajah kebingungan.

"Kamu menjadi lebih pendiam kali ini. Apakah ada masalah yang harus ku selesaikan? Atau dirimu tidak merasa rindu kepadaku?" Christ heran, biasanya tunangannya itu berceloteh panjang lebar. Tapi hari ini ia hanya mengeluarkan beberapa kata saja saat berpelukan.

"Aku sangat merindukanmu. Jangan tinggalkan aku lagi, ajak aku bersamamu meskipun sampai ujung dunia." Seungmin merasa aneh dengan perkataannya, itu keluar secara tiba-tiba dan wajahnya mulai memanas. Tidak mungkin kan ia jatuh cinta dengan si Christ ini? Hey meskipun begini Seungmin masih berjiwa laki-laki.

"Hm? Maaf telah meninggalkanmu kemarin, aku akan mengajakmu pergi lain kali. Maaf, jangan murung." Christ merapalkan maaf, ia melepas pelukan mereka berdua kemudian menatap Seungmin dalam.

'Cup'

Christ mengecup dahi Seungmin. M e n g e c u p. Seungmin membelalakkan matanya, semua terjadi secara begitu saja. Bagaikan kaset rusak sebuah ingatan masuk ke dalam pikirannya. Ingatan milik Caroline.

Mulai dari Caroline kecil, saat ia menunggangi kuda pertama kali, saat ia bermain dengan Han Jisung dan Joanne. Saat remajanya yang dihabiskan dengan belajar tingkat lanjut, ia mempelajari banyak pelajaran mengenai kerajaan, kemudian ia yang tidak sengaja bertemu dengan Christ saat menghadiri pesta bangsawan pertamanya. Saat ia beranjak dewasa, ketika ia bertunangan dengan Christ, ketika mereka berdua berjalan bersamaan tanpa takut semua orang mencibir mereka. Semua itu perlahan masuk ke dalam pikiran Seungmin dan bergabung dengan memorinya sebagai Seungmin.

Dadanya berdegup kencang, perasaan Caroline ikut masuk ke dalam hatinya. Ini adalah perasaan yang dirasakan oleh Caroline setiap kali bertemu dengan Christ. Hangat, ramah, dan terasa lebih kuat. Matanya berkaca-kaca menahan semua perasaan itu yang meluap, hatinya ingin meledak.

Kecupan Christ terlepas, Seungmin bernafas dengan rakus. Christ tiba-tiba panik.

"Hey, hey! Ada apa? Dadamu bermasalah? Apa kamu merasakan sesak?" Christ panik, ia ingin mengecek dada Seungmin tapi tidak berani. Kepanikan Christ semakin menjadi-jadi ketika Seungmin menangis, ia pikir ada masalah serius. Namun Seungmin malah menghambur memeluknya dengan erat sembari menangis terisak.

"T—tidak ... Aku hanya ingin berkata bahwa aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku, mari hidup bersama seterusnya." Ledakan perasaan Seungmin akhirnya keluar, semua kata-kata dari rasional hingga yang irasional ia keluarkan. Christ hanya menggelengkan kepalanya sambil menepuk-nepuk pelan punggung Seungmin hingga tangisannya reda.

°°°

Pada akhirnya mereka berdua makan malam bersama kemudian menghabiskan malam itu bersama juga.

Christ memainkan piano yang ada di kamar Seungmin. Sedangkan Seungmin berdiri di balkon menikmati semilir angin dan cahaya bulan yang menyinari.

"Cantik ...." Christ berbisik entah kepada siapa disela-sela permainan pianonya. Tunangannya begitu sayang untuk dilewatkan.

Seungmin menengadahkan kepalanya, ia menatap bulan dengan intens seakan mengobrol satu sama lain. Tak lama kemudian ia mulai menari kecil karena permainan piano Christ yang begitu lihai, Christ begitu pandai menekan tuts. Christ dan Piano adalah hal yang paling indah di dunia ini bagi Seungmin.

"Berjanjilah untuk tetap bersamaku, dimanapun engkau berada, dimanapun dunia kita berdua."

Seungmin yakin jika semua ini ada tujuannya, ia akan menerima dirinya sebagai Caroline mulai sekarang dan menyelesaikan rangkaian takdir yang ada di depannya.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Prince and Double S [Chanmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang