"Tidak Becus!"
Blak!
Tumpukan buku sengaja di hempaskan dihadapan Yujin.
Kini ruang kerja An Dae Jun diliputi oleh dingin menjalar yang bahkan dapat dirasakan oleh seluk beluk hati Yujin. Rasanya- kapan terakhir kali situasi ini terjadi? Ah, dua hari yang lalu.
"sudah ayah bilang bahwa itu tanggungjawab kamu An Yujin!"
Yujin menunduk. Sekalipun sudah sesering itu ayahnya bersikap seperti ini, namun talu di jantungnya tidak bernah berkurang intensitas barang sedikitpun.
"kamu lihat, lihat ayah bilang!"
Mau tak mau Yujin maju selangkah, memperhatikan buku-buku pelajaran dengan sampul yang tertulis nama sang adik.
"kenapa bisa sampai semuanya bahkan tidak ada yang lebih baik dari semester lalu hah?!"
Yujin mulai menautkan tangannya, dadanya sudah sesak karena takut.
Tap
Sang ayah berdiri, mengisi hampanya ruang dengan Langkah kakinya yang tegas
Kumohon, tolong jangan ayah-
Plak!
"akhhh!!"
Panas yang menyerbu diantara sel-sel dalam pipi tegas Yujin semula pedih, sangat pedih. Namun kemudian mulai mengebas. Tamparan itu- lebih dari rasa sakit. Sungguh, besar tangan ayahnya tidak main-main saat memberikan seluruh tenaga untuk menampar anak gadisnya.
"itu peringatan. Lebih buruk dari ini, aku tidak segan untuk Kembali menambah luka di punggungmu"
Tes
Bulir air mata turun bersamaan dengan kepergian sosok sang ayah dari ruangan itu. Tapi- ah air mata ini benar-benar!
Berkali-kali Yujin bersumpah demi kesembuhan ibunya untuk tidak lagi menangis. Bahkan saat ia harus sekarat dan mau mati pun, Yujin bersumpah untuk tidak lagi menangis karena hal ini. Hal yang akhir-akhir ini- ah tidak, sudah lama ini dilakukan oleh orang yang seharusnya menjadi pelindung utama baginya, yakni sang ayah. Perilaku yang terkadang saja Yujin tak sampai akal mengapa ayahnya yang dulu sangat lembut menjadi sekeras pun sehebat hari ini dalam urusan 'membunuh' anaknya perlahan.
Pelan, Yujin menyeka air mata yang tidak henti-hentinya turun. Meskipun sesekali ia harus meringis perih, karena yahh ternyata tamparan itu menggoreskan luka dipipinya. darah yang kembali harus menetes akibat tangan ayahnya sendiri,
"Hari ini bagaimana? Menyadarkanmu untuk menjadi kakak yang baik dan membuang kebiasaan bodoh yang sia-sia itu?"
sebuah suara menggejutkan datang dari balik pintu kamar mandi, dan saat menngetahui si pemiik suara rahang Yujin mengeras. saat sahutan dari suara ibu tirinya, Jang In Hae mulai membumbung di langit ruangan rasanya Yujin hanya ingin cepat-cepat pergi dan meninggalkan wanita itu. tapi baiklah, tampaknya Yujin mau tidak mau harus meladeni manusia ini. Dengan sigap gadis itu memejamkan matanya erat, berniat untuk menguras habis air mata yang tersisa untuk ia hapus dan ganti dengan wajah datarnya. Kini Yujin berbalik menatap lurus kearah ibunya, tampak tegar seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu apapun padanya.
"aaa~ masih belum menangis rupanya. Harus kah lebih jauh lagi, emm atau mungkin seperti bulan lalu?" senyum itu, senyum memuakkan yang selalu ibu tirinya tunjukkan setiap kali ayahnya tidak ada disekitar mereka. Senyum kemenangan setelah Yujin dalam sebulan yang lalu bahkan harus makan bubur karena pencernaannya bermasalah akibat hukuman gila ini.
"jangan banyak bicara dan jaga batasan anda
"AN YUJIN
PLAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
Her
FanfictionAn Yujin, bukanlah sekuat rantai yang kerap membelenggunya. Tidak pula sehebat kalimat dan tamparan yang sesering itu menghampirinya. Tidak, Yujin tidak sesanggup itu untuk mengahadapi semua rasa sakit lebih jauh lagi. Maka, tolong sampaikan pada l...