Prolog : Sakitnya

170 30 1
                                    





Air langsung keluar ketika kran dibuka.. Airnya langsung meluncur menyapu permukaan westafel sehingga darah itu ikut mengalir kedalam --- membersihkan setiap noda merah yang melekat walau sulit tersamarkan.





Telapak tangan menangkup air untuk dibasuh ke bawah hidungnya. Tidak perlu berbohong bahwa mimisan ini masih terus saja mengalir keluar meski sudah sedari banyaknya mengalir.




Membasuhnya berulang kali dengan gemetar. Cukup ketakutan melihat darahnya yang tidak berhenti keluar. Serta kakinya terasa lemas entah karena berdiri terlalu lama atau hal lainnya. Zuu tidak begitu memahami semua yang terjadi padanya disembilan bulan terakhir.



Terlebih mulai Zuu merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri. Disertai dengan pandangan buram lalu berbayang selanjutnya. Memejamkan matanya kuat-kuat dengan tangan yang sudah berkeringat dingin itu bertumpu seutuhnya pada ujung wastafel. Sakit sekali.




Menarik napas yang kini terasa berat nan sesak, terlalu sibuk dengan pusing dikepala Zuu lupa dengan darah yang masih membanjiri wajahnya. Mendadak telinganya berdengung dengan kebisuan melandanya. Tidak bisa mendengarkan.



Dalam linglungnya, Zuu membuka mata untuk menatap dirinya pada cermin. Seketika takut memandangi sosok yang tak lain adalah dirinya sendiri.



Sejak lama ia merasa tidak baik-baik saja. Hari-harinya terasa menyakitkan. Zuu sering mimisan, kelelahan berlebihan atau hal lainnya.


Sekarang Zuu merasa mual, gejolak dalam perutnya memaksa memuntahkan sesuatu. Beberapa kali tersedak akan air asam yang keluar dari mulutnya. Muntahan terakhir membuat peningnya menjadi.



Pada akhirnya Zuu menyerah, tubuh mungil itu rebah dilantai keramik kamar mandi yang dingin. Tidak sempat mematikan kran air yang masih mengalir.





Zuu tidak tahu pasti apa ini adalah akhirnya?
























Boneka kelinci putih.


Zuu tidak bisa ingat pasti kapan ia memilikinya. Tahu-tahu boneka itu sudah ada di tempat kasur pesakitannya disembilan bulan lalu. Saat --- katanya terbangun setelah sembilan bulan koma lamanya.


Zuu diceritakan orang-orang mengalami kecelakaan. Itu juga didukung atas berita yang keluar dari televisi atau plafon berita. Akibat kecelakaan itu, Zuu juga dijelaskan bahwa kepalanya cedera berat. Akibatnya ia mengalami lupa ingatan, juga harus duduk dikursi roda sebab sempat mengalami mati otot kaki akibat saraf ikut andil mengalami kerusakan. Itu dulu, sekadang Zuu bisa menggunakan kakinya kembali setelah rajin cek up untuk berlatih berjalan.


Zuu tidak bisa mengingat apapun walau sekedar menyebutkan namanya. Hari-hari dulu ia sempat mengalami kehilangan identitas diri. Namun orang-orang yang mengaku sahabat, kakak, adik, keluarga itu membantunya. Zuu merasa beruntung dikelilingi orang-orang baik dan menyanyanginya.



Tangan yang perlahan kembali berisi mengusap bulu boneka kelinci putih miliknya. Sekarang ia harus kembali kerumah sakit. Zuu menebak seseorang menemukannya sekarat dikamar mandi malam kemarin.


Saat pintu kamar terbukapun, Zuu tidak terganggu sedikitpun. Sampai usapan dikepala belakang ia rasakan.

"Tidak penasaran tentang boneka kelincinya?" Tanya orang yang sangat Zuu tahu dari suaranya.

Lee Soodam. Katanya lebih tua darinya. Yang mengaku teman sepekerjaan, satu grub dalam Kpop Idol dengan nama Grub Idol Secret Number bersama Lea, Dita, Jinny, Minji, Soodam, dan Zuu sendiri.

Zuu mengangguk menjawab. Memang benar, sedari dulu ia begitu penasaran tentang boneka kelinci miliknya.

Soodam terkekeh, lantas gadis itu menaiki ranjang setelahnya melipat kedua kakinya.
"Boneka kelinci ini, ya?" Ungkap Soodam sembari menepuk kepala boneka pelan. "Seseorang memberikannya padamu". Sambung Soodam sembari tersenyum manis.

Zuu diam. Setelah apa yang terjadi Zuu lebih banyak diam dan menampilkan wajah datarnya. Soodam melihatnya sendu, tidak bohong Soodam merindukan wajah ekspresif itu.


Soodam berdecak. Ia juga mengangkat bahunya "Sayangnya aku tidak tahu pemberinya. Hari itu kau datang ke dorm sudah membawa boneka kelinci itu. Aku curiga, kau punya pacar". Delik Soodam diakhir kalimat.

Zuu mengerjap cukup terkejut akan tindakan Soodam yang tiba-tiba. Aku punya pacar? Tetapi, kenapa tidak ada satupun yang mengaku hari itu?


"Sudah. Tidak usah dipikirkan. Nanti kepalamu sakit lagi". Suruh Soodam mengelus kepala Zuu sayang. Jujur, Soodam takut ketika Zuu sudah mulai merintih kesakitan mengingat seberapa parah cedera kepala yang diderita adiknya itu.


Zuu membenarkan. Ia menuruti Soodam karena tidak ingin menambah sakit dikepalanya yang sekarang memang sudah sakit.


Tetapi, Zuu teringat sesuatu.
"Kak". Zuu memanggil pelan dan Soodam langsung menatapnya dengan senyum damai. "Yang lain kemana? Kenapa kakak datang sendiri?".











Pada dasarnya Soodam tidak pandai berbohong.
















Kak Dita meminta aku menemanimu. Sementara yang lain bersama manager dan dokter.













Benar juga.





Zuu lupa ia sakit.














Tbc

TIMESHEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang