Cerita Lalu

53 16 4
                                    


Zuu menatap keluar jendela mobil. Tidak ada yang menarik selain keramaian Seoul seperti biasanya, atau lampu-lampu jalanan besar yang terlewati. Dalam perjalanan pulang dari melepas rindunya kepada lima kakaknya tadi siang begitu sunyi. Karena, Mama mendadak harus berpisah ketika Papa menelpon memberitahukan harus segera ke perusahaan. Zuu menghela napasnya.





"Mereka ini selalu sibuk, ya?" Gumam berbisik tanda berkeluh seorang diri. Setelahnya berdecak sebal.




Bukannya apa, orang tuanya itu bahkan baru pulang, Zuu kira ia bisa menghabiskan waktu bersama selama mungkin. Zuu sudah sangat lama tidak bercengkrama bersama Papa dan Mamanya. Sejak satu tahun lebih dari kecelakaan itu, entah mengapa Zuu begitu jauh dari keluarga sendiri. Entah bagaimana perasaan kecil hati itu selalu datang disaat ia berharap Papa dan Mama menemaninya.



"Bosan sekali" Sambungnya bertambah setelah keheningan yang semakin menyeruak suasana.



"Nona Ji mau saya hidupkan musik?" Rupanya Sang Sopir mendengarkannya sedari tadi dalam hening. Beberapa kali dibuat mengintip dari balik kaca depan melihat Nona Muda Majikannya dipojok kiri berkeluh sebal sendirian.



Namun, menyadari tidak ada jawaban pasti setelahnya. Sang sopir membuka mulutnya kembali. "Dulu Nona Ji suka sekali mendengarkan musik. Tidak selalu. Hanya saat-saat Nona sangat membutuhkannya"


Zuu melirik dengan bibir yang mengerucut. Sang sopir tersenyum melihatnya dari kaca depan.



Zuu mendesis sembari menggerakkan tubuhnya. "Benarkah?". Tanyanya.
Zuu merasa antusias atas pembicaraan Sang sopir --- Paman Shin. Pembicaraan yang benar-benar baru diketahuinya. Zuu akan banyak bertanya mulai sekarang, Zuu penasaran akan siapa dan bagaimana dirinya dahulu.


Paman Shin tersenyum arti. " Nona Ji suka sekali menyuruh saya menghidupkan musik. Nona Ji selalu bilang Ya! Paman Shin, dasar tidak peka. Cepat hidupkan musik. Aku sedang galau! Dan saat dimana Nona Ji merasa bosan yang kata Pantas saja Paman tidak memiliki pacar. Paman sangat tidak seru. Terlalu monoton! Begitulah". Ungkap Paman Shin tak luput bagaimana caranya meniru Zuu yang sedang ia ceritakan itu.


Zuu mengerjap, ia melipat bibirnya. Merasa malu mengetahui kenyataan bahwa ia adalah orang gila di masa lalu. Terdengar tawa Paman Shin kembali. "Nona Ji itu sangat suka musik. Paman masih ingat, Nona Ji waktu kecil sudah pandai bermain alat musik. Gitar adalah alat musik yang sering Nona Ji mainkan". Cerita Paman Shin pelan. Suaranya pria tua tiga puluh tujuh tahun itu begitu lembut di telinga Zuu.

"Benarkah?".


"Iya". Paman Shin tersenyum manis ketika melihat binar yang sudah lama tak pernah ia lihat dari mata anak majikannya itu. Binar seperti anak usia 5 tahun yang polos, antusias, sekaligus penasaran.


Paman Shin sudah sangat lama bekerja di keluarga Tuan Ji. Awalnya ia datang sebagai pelayan, bertugas melayani ibu dari Nyonya Ji yang saat itu sudah mencapai usia delapan puluh tiga tahun hidupnya. Sudah renta, selalu duduk di kursi roda. Tetapi, ketika Ibu dari Nyonya majikannya itu sudah berpulang kepangkuan Tuhan, maka Tuan Ji memindahkannya untuk melayani putrinya. Ji Yeong Ju, gadis kecil cantik usia lima tahun disaat ia datang. Mengembankan dirinya untuk melayani sekaligus menjaga gadis kecil itu dengan sepenuh hati.



Dan saat kecelakaan itu terjadi, merenggut semuanya. Paman Shin tersadar, Yeong Ju sudah lupa padanya.


Bagaimana pun itu, Paman Shin akan terus menatap dan melakukannya sama. Terkadang ia merindukan bertapa berisiknya Yeong Ju. Paman Shin sudah menganggap Yeong Ju sebagai anak sendiri disaat dirinya belum memiliki status menikah.


TIMESHEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang