Hufttt...
Aktivitas seorang pelajar yang sehari-hari harus ku lakukan. Bangun pagi dengan segala 'keribetannya'.
"Sabar Shan! Tinggal 1 semester lagi dan lo bakalan bebas."
Satu persatu anak tangga ku pijak menuju lantai bawah rumah ini. Aku berjalan melewati ruang tamu dan dapur. Ku lihat seorang wanita yang selalu berada disana setiap pagi menyiapkan sarapan untuk kita berdua namun tak pernah sekalipun aku duduk bersamanya hanya untuk sekedar makan bersama dengannya.
"Aku tunggu di mobil." Masih dengan egoku yang tinggi aku berjalan hendak menuju garasi.
(Udah formal nih pake aku-kamu wkwk)
Siapa sangka ia menahan tanganku dan menariku perlahan, "kita makan dulu!"
Ku lepas perlahan tangannya dan berniat menolak kembali setiap ajakannya, "aku belum laper..."
Belum selesai aku berbicara ia memotong ucapanku dan kembali menarik tamganku, "kali ini tolong hargai usaha aku. Setelah satu bulan lamanya, sekali ini saja aku mohon."
Aku melihat matanya yang memohon padaku. "Ah, kenapa rasanya gue gak bisa nolak permintaan dia akhir-akhir ini."
Aku mengangguk dan perlahan berjalan mengikutinya untuk duduk berhadapan dengannya di meja makan. Diatas meja terdapat dua piring nasi goreng dengan telur dadar diatasnya. Ini pertama kalinya aku merasakan masakannya karena selama kami tinggal bersama aku sedikitpun tak pernah menyentuh masakannya.
"Kenapa cuma dilihatin? Aku nggak naruh racun kok, tenang aja." Dia berkata sambil bersiap melahap nasi goreng itu.
Aku yang masih ragu-ragu masih belum menyentuh piring tersebut. Tapi sumpah aku tidak menaruh pikiran aneh-aneh hanya sedikit ada perasaan mengganjal yang tak ku ketahui apa itu.
"Atau mau aku suapin?" Lanjutnya yang membuatku sedikit terkejut.
Aku menggeleng dan segera mengambil sesendok nasi itu, "nggak! Aku bisa sendiri kok."
Aku menyuap nasi goreng itu dan...
"Tidak sesuai ekspektasi ku."
"Ini sangat enak."
"Gimana? Udah merasa ada yang aneh?? Atau racunnya udah langsung bereaksi??" Tanyanya yang kurasa sebuah sarkas namun aku cukup kaget mendengarnya.
"Kalau emang beneran racunnya bereaksi, terus aku mati. Orang pertama yang aku datengin ya kamu." Balasku.
Dia tertawa pelan, "aku bercanda, Shan. Aku nggak mau bikin heboh sekolah dengan berita 'seorang guru memberi racun pada muridnya yang ternyata adalah istrinya'."
"Cukup rumit. Kaya judul sinetron aja." Aku sedikit tertawa menanggapi leluconnya.
Dia memperhatikan aku yang sedang makan ini. Bukan aku 'ge-er' atau bagaimana tapi pasti kalian juga merasa kalau sedang diperhatikan oleh seseorang.
"Piringnya diatas meja loh kak bukan di depan kakak." Aku sengaja berkata tanpa memandangnya karena tak ingin menatap matanya.
Dia kembali melemparkan senyumannya kepadaku, "tau kok."
"Terus ngapain ngelihatin aku kaya gitu?"
"Emang gak boleh lihatin kamu??"
"Hftt.. Terserah deh." Ucapku pasrah.
"Aku seneng aja, kamu udah gak jutekin aku kaya kemarin-kemarin." Jawabnya sambil melanjutkan aktivitas makannya.
Aku tak menanggapi, aku fokus menghabiskan makanan di piringku dan bergegas berangkat ke sekolah.