°°°°°Angin berhembus kencang, langit yang mendung, sangat mendukung situasi saat itu.
"Tidak! Tidak lagi!!" Teriak seorang remaja bersurai coklat dengan beberapa helai rambut putih yang terbebas dari topi yang selalu menjadi ciri khasnya.
AKHHHH!!
Remaja itu--Halilintar--menjerit kesakitan, badannya mati rasa, dan itu sangat menyakitkan.
"Halilintar!!" Teriak kedua partner nya, yang memiliki paras wajah seperti nya. Mereka berdua--Taufan dan Gempa--berusaha mendekat untuk sekedar memeriksa keadaan sang pengendali elemen petir itu.
Kilat menyambar tak teratur dimana mana, "I-ini terlalu kuat...a-aku tak bisa m-mengendalikannya!!" Halilintar menangis, ia memeluk dirinya sendiri dalam upaya yang sia sia untuk mengurangi rasa sakit. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi, ia berharap kejadian ini hanya mimpi, jika memang benar, ia berharap untuk segera terbangun dari mimpi buruk ini.
Taufan menatapnya dengan tatapan sayu. Perlahan air mata lolos begitu saja dari mata bermanik biru safir itu, kakinya melangkah, berusaha mendekat kearah Halilintar.
"Tidak!" Halilintar memperingatkan, "Jangan mendekatiku! Aku tak ingin menyakiti mu!!"
"Halilintar!!" Gempa berseru panik, perlahan air mata lolos begitu saja dari mata sang pengendali elemen tanah itu. Halilintar, saudara terdekatnya sedang dalam bahaya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Perasaan tidak berguna kembali menghampiri hatinya.
"Pergilah! Lari secepat mungkin!!"
Taufan dan Gempa tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, "A-apa? Kami tidak bisa melakukan itu, kami tidak bisa meninggalkan mu begitu saja disini!!"
"Kalian harus! A-aku...tak ingin melakukan kesalahan yang sama dua kali...aku tidak mau...a-aku tidak mau sampai melukai kalian lagi..."
Taufan dan Gempa sangat terkejut, kata kata Halilintar membuat mereka terdiam membisu, "T-tidak! Pasti ada cara la---"
Halilintar menjerit, memotong perkataan Taufan, Kilatan petir semakin kuat menyambar dengan keras, "PERGI! TIDAK ADA WAKTU LAGI! CEPAT PERGI!!"
Langkah mereka tercekat, Kilatan petir menyambar dengan keras, "PERGI! SEKARANG!"
Gempa meringis, ia meraih tangan Taufan dan berbalik, berlari secepat yang mereka bisa. Mereka berdua tidak berhenti berlari, begitupun dengan air mata yang tak berhenti mengalir dari kedua mata mereka.
Halilintar menangis. Ia tak pernah menangis, namun situasi saat ini membuat dirinya tidak bisa menahannya lagi.
"Kami berjanji Halilintar. Kami akan kembali untuk mu. Kami tidak akan meninggalkan mu lagi."
Tamat.
Gaje banget yaallah:v
Maklumlah, hanya ide yang muncul sekilas.
Terimakasih telah membaca^^Sabtu 24 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Please!
Short Story"Pergi.. aku mohon pergilah!! Aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama... aku mohon pergilah!!" Hanya Menyalurkan Ide. © Boboiboy Animonsta Studio