"Lady, biar saya saja," ucap salah seorang awak yang langsung merebut panci yang dibawa Arletta.
Wanita itu membelalakkan mata. Ia tidak langsung menyerahkan panci itu kepada si awak kapal. Masalahnya adalah ini sudah kali ke tujuh seseorang merebut panci dan berbagai barang yang ia bawa. Ini sungguh aneh.
"Biar aku sendiri saja. Kau bisa mengerjakan yang lain." Arletta masih mempertahankan pegangannya pada panci besar itu.
"Tapi sudah tidak ada lagi pekerjaan yang bisa saya lakukan, Lady."
Si awak kapal masih bersikukuh merebut panci di tangan Arletta. Tidak mau kalah, Arletta menambah tenaganya untuk menarik panci itu.
"Kau bisa membantu yang di atas untuk memancing."
"Di sana juga sudah penuh, Lady."
Seolah tak ada habisnya, ada saja alasan yang diungkapkan untuk mematahkan ucapan Arletta.
"Kalau begitu lakukan saja apa yang kau mau, tapi jangan merebut barangku."
"Tidak bisa, Lady. Jika Duke dan Tuan Dave melihat saya tanpa melakukan pekerjaan, saya bisa dihukum."
Kalau sudah membawa Alaric sebagai alasan, pada akhirnya Arletta tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk melepas panci yang telah berusaha ia pertahankan sekuat tenaga. Dengan wajah tidak rela, Arletta melepas panci itu ke tangan si awak kapal yang tampak sangat kegirangan bak mendapatkan bongkahan emas.
Kini Arletta dan rombongan itu terpaksa berhenti di sebuah pulau tak berpenghuni. Hal ini mereka lakukan karena banyak barang-barang dan perlengkapan yang mereka bawa sebagai perbekalan telah hanyut terbawa gelombang laut yang sempat menerjang mereka. Tak hanya itu, hal paling penting sebagai petunjuk ke sana pun lenyap. Ya, peta untuk pergi ke Kerajaan Gloria turut hilang terbawa arus.
Mempertimbangkan banyaknya kekurangan yang ada dalam perjalanan ini, terlebih beberapa bagian kapal juga tampak hancur dan membutuhkan perbaikan ringan hingga berat. Selain itu, simpanan batu bara yang mereka gunakan untuk pembakaran energi juga basah secar keseluruhan, sehingga untuk sementara, mungkin membutuhkan waktu berhari-hari sampai bisa membuatnya kering kembali jika dijemur di bawah terik matahari.
Arletta melihat ke sekeliling ruang dapur. Banyak alat memasak yang sudah diangkut keluar. Selain karena di sini tempatnya terlalu basah dan lembah, ini juga karena agar lebih memudahkan para pekerja lain untuk memeriksa kerusakan. Selain itu, memasak di luar kapal, sepertinya adalah ide yang cukup bagus.
Akhirnya, karena banyak barang yang suda diangkut oleh para pekerja dengan berbagai cara mulai dari angkat sendiri-sendiri hingga memakai tandu, dan Arletta sudah tidak kebagian barang untuk dibawa keluar, wanita itu pun melangkah keluar dari dapur. Ia menyusuri koridor bersama beberapa pekerja yang berlalu lalang, lalu keluar melalui pintu di lambung kapal yang terhubung dengan jembatan kayu ke pasir pantai.
Kedua mata Arletta melebar, menari-nari ke seluruh penjuru pulau yang dapat ia lihat. Pasir putih membentang dengan air laut yang begitu bening menciptakan warna biru yang indah membentang. Sangat indah. Apalagi disempurnakan dengan pepohonan kelapa yang berjajar rapi di sepanjang bibir pantai.
Di balik pohon-pohon kelapa itu agaknya tampak sedikit gelap karena di dalamnya dipenuhi pohon-pohon yang lebih kompleks. Barang kali, di balik jajaran pohon kelapa ini adalah hutan. Arletta tidak yakin dengan luasnya pulau ini. Namun, jika mengingat saat mereka berlayar mendekat tadi, sepertinya pulau ini cukup luas.
"Duke!" sapa Arletta melihat Alaric yang tampak baru menjatuhkan pohon besar yang diangkut bergotongroyong dari dalam hutan.
Kedua mata Arletta terpaku saat menyadari pria itu bertelanjang dada. Hanya menggunakan celana bahan berwarna hitam. Jelas, hal itu membuat bagian tubuh atasnya jadi terekspos bebas. Beberapa laki-laki lain juga melakukan hal yang sama. Namun, entah mengapa, atensi Arletta hanya terpaku pada bentuk otot tubuh Alaric yang sangat kokoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...