Apa cita-citamu? (PROLOG)

79 4 4
                                    

✳ >>•<< ✳

Jalanan malam di kota jakarta masih seperti biasa, ramai akan berbagai macam orang yang berlalu lalang, entah pulang kerja atau kegiatan lain. Begitu pula dengan kendaraan beroda dua dan empat, masih banyak yang berparkir di area mall dan juga hotel.

Malam hari jakarta akan nampak lebih cantik dilihat, lampu-lampu berjajar di sisi jalan raya memberikan kehangatan bagi para pengendara, gedung-gedung tinggi yang begitu menjulang juga memberikan cahaya di malam hari, berbagai macam toko dan restoran pun masih buka. Banyak pula pedagang jajanan tradisional yang masih terjaga di pinggir jalan, karena katanya semakin malam bekerja maka semakin banyak pula penghasilan yang didapatkan. Tak peduli ada pengecekan dari bagian satpol PP selama mereka tidak ada maka pedagang masih bisa berjualan.

Dari jakarta, kita paham kalau hidup itu memang keras. Semua orang melewati semuanya dengan sisa tenaga yang mereka miliki.

Mereka menjalankan kehidupannya sambil berpura-pura melupakan semua impian, membenamkan semua impian dan terus menjalani hidup sesuai alurnya. Mereka merelakan pagi sampai malamnya hanya dihabiskan dengan pekerjaan lalu mereka hanya pulang ke rumah untuk beristirahat, setelah hari esok tiba, mereka akan melakukan kegiatan yang sama dan pastinya sangat melelahkan, membosankan dan menjengkelkan.

Gadis dengan wajah suntuknya itu berjalan gontai setelah turun dari busway yang baru saja ia tumpangi. Beberapa menit setelah turun dari busway, ia menyadari ada satu hal yang janggal. Totebag-nya yang berwarna hitam itu dirogoh sedalam-dalamnya dan benar saja ia tidak menemukan headphone-nya yang baru saja digunakan selama perjalanan menaiki busway.

Derap kakinya mulai terdengar kencang ketika ia menyadari kalau alat kesayangannya itu tertinggal di dalam busway. Sampai ia tak memyadari kalau ada seseorang di belakang ada yang memanggilnya sedari tadi.

Setelah mendapat sentuhan bukannya menoleh ke belakang, ia hanya bisa mematung sampai akhirnya lelaki yang memanggil itu menghadangnya berjalan.

"Mbak," panggil lelaki itu. Masih saja tidak mendengar, hingga tubuh gadis itu menabrak tubuhnya.

"Maaf, bang." Gadis itu masih tak sadar dirinya dipanggil sedari tadi. Ia kembali merogoh isi tasnya sembari mengumpat kesal dan berjalan begitu saja melewati lelaki yang baru saja menghadangnya.

Lelaki itu masih menggunakan kesabaran dan keberaniannya untuk kembali memanggil gadis di depannya. Ia sedikit mempercepat langkah dan kembali menyentuh bahu gadis itu dengan jari telunjuknya.

"Mbak, ini loh mbak .... Alat yang daritadi mbaknya cari bukan?" Lelaki dengan pakaian serba hitam itu kembali menghadang dan berusaha menyodorkan Headphone berwarna putih yang ia lihat saat terjatuh dari tas gadis di depannya.

"Anjir, mau nangis banget kirain bakal ketinggalan di busway, makasih ya, Bang." Setelah gadis di depan meresponnya, akhirnya ia merasa lega dan segera memberikan barang itu ke pemiliknya. Niat hati ingin sekali-kali berbuat baik, sudah berbuat baik tapi harus menguji kesabarannya.

Mereka kembali melakukan perjalanan masing-masing setelah drama headphone yang hilang telah ditemukan. Selang beberapa menit setelah drama mereka selesai, terlihat keramaian di flyover Jakarta yang tempatnya juga bersampingan dengan hotel dan beberapa restorant.

Orang-orang ikut berkerubung menyaksikan sesuatu yang terjadi, seperti ada konser dadakan di sisi flyover jalan raya. Awalnya gadis yang sibuk mengurus headphone itu tak mau menghiraukan keramaian di sana, tapi rasa penasaran menariknya datang ke sana.

Ia berjanji setelah mengetahui apa yang terjadi, ia akan segera pergi dan meninggalkan kerumunan itu.

Angin berhembus sangat kencang, cuaca malam yang dingin mulai menusuk ruam kulit. Sisi jalan flyover menjadi sangat ramai hingga menyebabkan kemacetan yang luar biasa di jalanan. Klakson mobil dan motor mulai terdengar, ada beberapa orang juga yang berparkir asal hanya karena penasaran apa ada hal besar terjadi hingga membuat jalanan macet.

Terdengar teriakan dari beberapa polisi di sana, "Bapak dan ibu yang tidak berkepentingan mohon kembali melanjutkan perjalanan, ini sudah menyebabkan kemacetan, saya mohon kerjasamanya."

Dari kejauhan akhirnya ia melihat apa yang sedang terjadi, betapa tercengangnya ketika melihat seorang gadis dengan dress kuning bermotif bunga yang sedang duduk di pagar pembatas ke arah depan sembari menundukkan kepalanya. Bahunya terlihat bergetar kencang, rambut hitam panjangnya tertiup angin malam yang begitu dingin.

"Oh iya, waktu itu lo pernah nanya kan cita-cita gue mau jadi apa? Cita-cita gue simpel aja sih, gue pengen bisa terbang."

"Gimana ya rasanya terbang ke atas sana? Seru nggak sih?"

"Pengennya sih terbang naik pesawat aja gitu, tapi gak mau naik apa-apa juga, coba gue punya sayap. Haha, lucu banget sayap mainan banyak juga sih, tapi mau yang beneran gitu loh terbangnya."

Mengingat percakapan saat itu membuat dirinya merasa bersalah karena dia tidak bisa membantu di masa-masa sulit, hanya memberi saran seolah dia paling mengerti tentang kehidupan.

Mendadak seluruh tubuhnya gemetar hebat, ia awalnya berusaha berpikiran positif tidak mungkin temannya melakukan hal itu, mungkin hanya kebetulan saja tubuh, pakaian dan rambutnya yang terlihat mirip.

Tidak, kali ini pikirannya salah. Saat gadis berpakaian dress kuning itu sedikit menoleh ke arah orang-orang yang sedang menyaksikannya kini terlihat jelas wajah temannya yang sempat terbesit di otak.

Sontak ia terjatuh sembari menutup mulut, tapi begitu melihat kesedihan di wajah temannya saat menoleh, ia berusaha bangkit dan mencoba mendekat dengan seluruh tubuh gemetar dan mata yang berkaca-kaca.

"San, sani .... Ka-kamu bercanda kan, San? Kamu cuma pengen duduk di sana aja ya kan?" Langkahnya perlahan mendekat. Orang-orang yang menonton hanya menatap ngeri dan takut kalau bujukan itu tidak berhasil.

"Masih banyak yang sayang sama kamu, San." Suara sesenggukan mulai terdengar dan air matanya mulai mengalir.

Langkahnya terhenti ketika temannya itu mengeluarkan suara lantang yang terdengar gemetar, "SIAPA YANG SAYANG SAMA AKU SIAPA? AKU TANYA KAMU SIAPA YANG SAYANG SAMA AKU .... SIAPA ...." Tangisan deras gadis itu mulai membuat orang-orang di sekitar ikut menangis.

"AKU! AKU SAYANG BANGET SAMA KAMU SAN!"

"Sini sama aku, kamu diem disitu aku tolong kamu, ya ...." Tangannya berusaha menjulur bersama langkah yang cukup pelan.

"SANIIIIIIIII!!!"


-

-



Apa cita-citamu?


Masih belajar banyak tentang kehidupan, yang suka bolehlah ikutin baca, terus kelanjutannya. 📝☕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dreams In YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang