Setelah beberapa saat tangisan itu berhenti, ayden menatap ke sekitar ruangan yang menurutnya asing, ia sama sekali belum tahu kalau dirinya di pesawat mengingat seluruh jendela di tutup.
"Dad kita ada dimana?", tanya ayden sembari memberikan botol susu yang sudah kosong."Ada di pesawat", jawab mateus santai, ayden melototokan matanya kaget saat mendengar perkataan daddy nya.
"Daddy pasti bercanda kan?".
"Tidak, daddy tidak bercanda, apa kau tidak merasa kalau ini sedikit bergoyang?", setelah mateus berujar ayden baru mengerti kenapa sedari tadi kepala nya sedikit pening.
"Kita memangnya mau kemana?", tanya ayden balik.
"Ke mansion daddy", oh ayolah sekarang ayden kaget untuk kedua kalinya, kenapa secara tiba-tiba sekali? bahkan oma atau opa pun sama sekali tidak memberitahukan nya kalau ia akan ke mansion daddy nya.
Melihat ayden yang hanya diam saja mateus langsung membawa ayden ke dalam pangkuannya dan menatap mata bulat itu intens, "apa ayden tidak suka?", tanya mateus, langsung saja ayden menggeleng ribut, bukan itu maksudnya ia diam karena masih mencerna semuanya.
"Jadi kenapa ayden tidak terlihat senang?".
"Tidak, ayden senang kok", jawab ayden dan langsung memeluk daddy nyaa untuk menghindari pertanyaan yang lain.
"Daddy ayden sedikit pusing, usap-usap", pinta ayden untuk mengalihkan topik, tanpa berbicara sedikit pun mateus langsung mengusap rambut ayden yang sudah cukup panjang sekarang.
"Apa poni ayden tidak menusuk mata?", tanya mateus sembari menyingkirkan semua poni yang menutupi jidatnya.
"Tidak, hanya sesekali saja", ujar ayden, mateus mengangguk dan mengambil kunciran dan mengikat poni ayden menjadi apple hair, dan jangan lupakan mateus yang menambahkan jepitan agar kunciran itu bertahan lebih lama.
"Nanti kita potong ya rambutnya".
"Tidak mau, ayden tidak mau memotong rambut ayden", kesal ayden, mateus terkekeh melihat muka kesal anaknya, ia sangat tahu kenapa bungsunya ini marah, wajar saja sebelum nya ia pernah membuat ayden botak karena ada alasan tertentu.
"Baiklah, nanti kita hanya memotong poni yang sudah menutupi mata saja", ujar mateus dan langsung memeluk anaknya gemas.
"Dad kita kapan sampai nya?", tanya ayden lagi.
"Masih cukup lama, ayden ingin sesuatu?", ayden menggeleng sebagai Jawaban, ia turun dari pangkuan daddy nya dan berjalan mengelilingi seluruh ruangan.
Setelah beberapa saat ia kembali lagi duduk di sebelah daddy nya dan menyandarkan tubuh kecil itu di kepala kursi, "lelah hmm?", tanya mateus.
"Tidak, ayden hanya bosan, ayden tidak selemah itu dad, hanya berjalan sebentar saja masa sudah kelelahan", jawab ayden kesal, selalu saja seperti ini, keluarga nya selalu melihat nya sebagai anak yang lemah.
"Iya daddy tahu ayden adalah anak yang kuat, tapi kita harus memakai nabulizer sekarang, nafasmu terdengar sangat berat", ujar mateus dan ingin menggendong ayden tapi langsung di tolak oleh sang empu, "ayden bisa berjalan sendiri", ujar ayden dan berjalan mendahului daddy nya menuju ke kamar tempat ia tidur tadi.
Mateus menghela nafasnya pelan, setelah tinggal bersama orang tua nya ayden menjadi lebih nakal, waktu masih tinggal dengan nya ayden tidak pernah membantah perkataannya, tapi sekarang ia selalu melanggar peraturan yang sudah ia buat, mateus tau semua karena setiap hari ada seseorang kepercayaan nya yang akan melapor.
Ayden membanting dirinya di atas kasur, sepertinya karena terlalu banyak pikiran ia jadi lebih mudah lelah, ayden menatap langit-langit dengan dada yang naik turun tidak teratur, akhir-akhir ini penyakitnya sering sekali kambuh padahal ia sama sekali tidak kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYDEN
Teen FictionAyden adalah seorang anak dari pengusaha terkenal bernama mateus, sedari kecil hidup nya selalu di kekang, bahkan untuk pertemanan pun semua nya telah di atur, ayden sudah sangat biasa akan hal itu, sendiri tanpa ada seorang pun teman, tapi saat ia...