“Menjadi dewasa tak seindah yang kita bayangkan. Dimana kamu harus tetap tersenyum disaat hatimu menangis.”*
*
*Happy Reading
“Kita pulang sekarang?” ajak Jaemin dengan nada cuek.
Jiah masih diam dan menikmati es krim yang tinggal tersisa sedikit itu. Omongan Jaemin merasa terkacangi oleh Jiah. Dan itu membuatnya sedikit kesal.
“Kamu dengerin aku nggak sih?”
“Iya, dengerin kok! Kamu pikir aku budeg? Aku makan, juga sambil dengerin kamu,” jawab Jiah.
Mereka memang kadang suka aneh. Nggak kadang sih, sering. Tapi Jaemin membentak bukan berarti dia kasar. Dia memang seperti itu orangnya. Nada suaranya yang tinggi dan cool.
“Ya udah, yuk!” ajak Jiah kembali.
Dia berdiri dan mengambil tasnya untuk segera pergi dari sana. Sedangkan Jaemin masih stay duduk dan melihat pergerakan Jiah. Itu membuatnya jadi lebih sinis.
“Gimana sih, tadi ngajak pulang, sekarang malah duduk! Mau nginep sini? Atau mau jagain wahana?” ledek Jiah dengan wajah julid.
“Bisa duduk sebentar nggak?” tawaran Jaemin justru membuat Jiah agak aneh dan bingung.
“Duduk? Loh gimana sih, Na? Katanya mau—”
“Duduk!”
Jiah menghela nafas dan kemudian kembali duduk di sebelah Jaemin. Kini jaraknya lebih sedikit dekat. Entah apa yang akan di bicarakan Jaemin kali ini. Apa itu penting?
“Kenapa? Kamu mau ngomong apa?” tanya Jiah mulai melacak.
“Jiah-ssi, kamu—udah mulai move on—dari Kak Jeno?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Kalbu | END
Roman pour Adolescents"Kamu mau tau apa yang paling penting?" "Apa?" "Kamu harus paling banyak tertawa di dunia, apapun penyakitnya, orang yang selalu tersenyum nggak akan terkalahkan. Jadi, aku harap kamu yang paling bahagia, Yoon Ji Ah-ku," - Na Jaemin ------ "Jaemin-s...