lot lijn; laatste blad

6 1 0
                                    

selamat membaca.

*

Kuucapkan salam terbaikku kepada sang baskara dengan gemilang di setiap sudutnya.

Diriku yang fana menyambut dirimu yang begitu anindita tanpa celah bak porselen rapuh yang indah rupanya.

Oh, Tuhan. Adakah seseorang yang mengambil semua keindahan di dunia yang fana ini selain engkau, wahai baskara?

Ingin sekali kusapa dirimu, tapi diriku sadar betul dengan garis takdir kita.

Adakah seorang budak yang pantas mencintai seorang yang statusnya jelas menjulang tinggi diatas?

Bahkan, suatu kehormatan sampai nafasku hilang, bisa menatap rambut indahmu yang bersinar di bawah sang rembulan.

Ingin sekali aku menyebut namamu, barangkali sekali saja, itu adalah sebuah keajaiban yang mustahil menjadi nyata.

Aku yang tak jelita, tak pula pandai bicara, tidaklah pantas untuk bersebelahan denganmu yang tinggi derajatnya.

Ah, andai saja, novel-novel romansa yang pernah kudengar juga bisa terjadi padaku yang berangan-angan, ya.

Hatiku begitu perih melihat dirimu dan pujaan hati berjalan bersama di atas altar dengan ornamen indah.

Ingin sekali aku menjerit, berteriak ; itu tempatku! itu tempatku!

Mana mampu aku berkata demikian? Yang kulakukan hanyalah menatap getir dengan senyum lapang dada.

Buku jurnal ini, kuakhiri di lembar ini. Biarlah sakit hati, perih, dan getir di relung tetap melekat di buku jurnal yang kubeli bersamaan denganmu.

Lembarku tentangmu harus usai disini saja. Selesai tanpa memulai dari awal.

 Selesai tanpa memulai dari awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
一 𝐏𝐑𝐄𝐃𝐄𝐒𝐓𝐈𝐍𝐀𝐒𝐈 #예정Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang