Part-One

1 1 0
                                    

Gerimis hujan membasahi pepohonan di jalanan di ikuti hembusan angin lembut membuat bau tanah basah yang amat tercium di hidung seorang gadis yang sedang duduk di halte bus mengenakan seragam sekolah lengkap dengan sebuah payung kecil di tangannya.Tangannya mengusap usap bahu karena kedinginan,matanya terus memperhatikan sekitar menunggu bus yang ia tunggu sedari tadi.

Gadis itu melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul 18.15 sore,ia menghela nafas panjang saat tau bahwa bus yang ia tunggu belum datang juga,sudah 10 menit lebih dirinya duduk kedinginan di halte ini.

Suara ban mobil yang berpacu di jalanan yang basah buat sang gadis langsung berdiri,akhirnya bus yang dirinya tunggu sedari tadi kini berenti tepat di depannya tanpa menunda waktu gadis itu segera naik dan duduk di bagian paling pojok belakang bus. Matanya memperhatian jalanan yang basah karena hujan di tengah kota London,gadis itu mengeluarkan earphone memasangkannya ke ponsel.Di temani lagu dan menikmati hujan juga dinginnya angin malam buat sang gadis tidur terlelap di sana lelah dengan segala aktivitasnya hari ini.

"Banguun nak"

Tepukan di bahu itu membuat gadis itu terbangun,matanya melihat seorang bapak bapak tua yang membangunkannya.

"Kita udah sampai di halte 5,kamu mau turun di mana?sedari tadi saya lihat kau tidur dari halte 1" Kata bapak itu sambil tersenyum ramah.gadis itu langsung memperhatikan sekelilingnya.

"Ah maaff pak saya turun di hate ini kok,Tarima kasih" katanya dan langsung turun dari bus itu.hujan masih turun deras membuat sang gadis segera membuka payung dan berjalan pulang melewati jalanan jalanan basah.

Hanya butuh waktu 15 menit berjalan dari halte 5 tadi dan melewati beberapa gang untuk sampai di rumah gadis itu,dirinya kini berdiri di depan rumah kecil sederhana dengan pintu kayu yang sudah banyak lapuk dan terkelupas.segera gadis itu menutup payung dan meletakannya di pinggir pintu.

"APA MAKSUD KAMU HAH?!APA KAMU PIKIR AKU TIDAK LELAH DENGAN KEADAAKN KITA!" Tangan gadis itu langsung terhenti saat mendengar suara ayahnya yang berteriak di dalam.

"AKU JUGA CAPEK!AKU JUGA LELAH DENGAN SEMUANYA!!TAPI APA KAMU TIDAK MEMIKIRKAN VALERIE JIKA KAMU PERGI?" Masih di balik pintu gadis itu masih diam tertunduk medengarkan.

"CUKUP CAMILLA,AKU SUDAH CUKUP SABAR DEGAN KALIAN BERDUA SELAMA INI, KALIAN BENAR BENAR PENGHALANG HIDUPKU"

"PENGHALANG??KAMU TIDAK PERNAH BERPIKIR FRED! AKU YANG KERJA BANTING TULANG SIANG MALAM DAN KAMU HANYA TERUS TARUSAN BERMAIN JUDI DILUAR SANA!"

"CUKUP CAMILLA!!AKU SUDAH MENEMUKAN WANITA YANG LEBIH DARIMU!!KAMU TIDAK BERGUNA,URUSILAH ANAMU YANG SAMA SAMA TIDAK BERGUNANYA DENGANMU"

"DASAR PRIA TIDAK TAU DIRI!APA KAMU TIDAK BERPIKIR PERASAAN VALERIE HAH!?"

"UNTUK APA AKU MEMIKIRKAN ANAK ITU YANG JELAS JELAS BUKAN DARAH DAGINGKU,DIA ANAKMU BUKAN ANAKKU!" Masih diam tertunduk di balik pintu dengan air mata yang menetes jatuh.Tangan gadis itu mengepal kuat menahan sesak di dadanya yang semakin bertumpuk membuat air matanya sudah seperti hujan mengalir.

Sudah biasa dirinya mendengar ayahnya yang selalu mengatakan dirinya bukan darah dagingnya tapi ia selalu merasa sakit jika setiap kali mendengarnya.Anak mana yang tidak sakit hati kedengar kalimat seperti itu dari mulut orang tuanya.Bahkan walaupun bukan ayah kandung sekalipun.

Hampir 5 menit gadis itu masih terdiam di balik pintu,sudah tidak terdengar suara dari dalam lagi.Ia tidak tau entah apa yang terjadi antara percakapan kedua orang tuanya selanjutnya,hanya kalimat yang ayahnya katakan merupakan satu satunya suara terakhir yang dirinya dengar.

Menghela nafas panjang dengan segenap hati memberanikan diri membuka pintu,di dalam haya tersisa ibunya yang terduduk di sofa kecil lusuh sambil menangis.tidak ada lagi ayahnya,entah pergi kemana dirinya juga sama sekali tidak tau.

Valerie Cromwell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang